Masih ingat, kan tulisan saya mengenai program Go to Zero Waste School yang diinisiasi oleh mbak Amilia Agustin? Nah, saya jadi kepikiran juga ini, ternyata masalah sampah di kita tuh benar-benar seperti benang kusut. Contoh sederhana saja di depan gang menuju rumahku, setiap sore berjajar sampah yang minta diangkut. Padahal diangkutnya baru pagi hari karena petugas DLH baru bergerak pada pagi hingga siang hari, sekitar pukul 8.00 sampai 9.00 pagi.
Nah, sampah yang sudah dibuang dipinggir jalan itu, berakhir saja dengan begitu saja. Padahal sekarang sudah mulai musim hujan. Sampah yang basah akan mudah cepat busuk dan membuat jalanan tercemar oleh sampah yang tercecer di jalan. Belum lagi air cemaran yang terbawa hujan, akan menjadi sumber penyakit.
Tapi bukan salah masyarakat juga sih jika masalah sampah yang menggunung itu terus saja terjadi. Saya termasuk salah satu warga yang sampah kering dan sampah basah dipisah. Maksud saya supaya petugas kebersihan tidak perlu membongkar sampah-sampah saya lagi. Datang sampah basah langsung diangkut ke truk sampah. Sementara sampah kering, seperti botol plastik bekas dan produk plastik lainnya dipisah di kantong sampah lainnya. Eh, alaaaah, itu sampah tetep dibongkar dong, dan hasilnya sampah yang sudah dipisah itu kecampur lagi. ckckckck. Saya cuma bisa senyam-senyum, mesam-mesem sambil dongkol.
Pernah juga suatu ketika saya bertanya kepada petugas DLH itu, sampah macam apa sih yang mereka kumpulkan, agar saya bisa membuat flyer tentang pemisahan sampah organik dan anorganik. Lebih spesifik lagi barang apa yang mereka ingin kumpulkan. Eh dapat jawabannya begini: gak usah repot-repot bu, antar saja sampahnya, nanti kami yang bereskan. Hadeuh, dibantu malah maunya repot. Ya, sudahlah.
Akhirnya keinginan idealis saya seperti yang sering saya lakukan dalam pengelolaan sampah waktu tinggal di Jepang dan Malaysia, akhirnya luntur juga. Lanjut campurin aja sampah-sampahnya, Pak Bapackkkkk heuheu
Okey, itu sebagian dari intermezo soal sampah rumah tangga yang rasanya akan terus begitu kecuali ada itikad baik dari pertugas kebersihan untuk melakukan perubahan dalam pengelolaan sampah.
Di samping berita carut marutnya persampahan, saya sedikit lega karena ada seorang bapak yang melakukan edukasi zero waste dengan Si Gemes dengan membuat inovasi tempat sampah yang dijadikan tempat bermain game yang asyik alias Si Gemes Game Main Sampah. Permainan seru ini dia jadikan sarana edukasi kepada anak-anak SD di Jagakarsa.
Selain itu Dede juga membuat mesin isi ulang air mineral. Jadi konsep dari mesin isi ulang ini setiap orang yang melakukan isi ulang dari dispenser air mineral dia hanya tinggal mentap kartu langganannya lalu saldo akan terpotong dan dia bisa mengisi botol minumannya dengan air mineral dari dalam dispenser.
Biaya pengisiannya juga lebih murah dari sebotol air mineral yang dijual di toko atau pasaran. Jadi setiap pelanggan air mineral dari dispenser isi ulang ini sangat diuntngkan karena harganya yang murah.
Nah, penasaran, kan, siapa sih orang yang membuat mesih isi ulang air mineral ini? Yuk, baca artikel ini sampai akhir.
Dede Nurdiansyah Edukasi Zero Waste dengan Si Gemes
Dialah Dede Nurdiansyah, seorang inovator pembuat edukasi zero waste dengan Si Gemes permainan Game Main Sampah. Zaman now, perlu inovasi baru untuk membuat anak-anak paham pentingnya mengurangi sampah plastik dan membuang sampah ke tempatnya dengan penuh kesadaran.
Dede membuat tempat sampah yang terhubung dengan permainan game untuk anak-anak yang dinamainya game Si Gemes atau game main sampah. Semakin banyak mereka membuang sampah di tempat yang telah disediakan, maka mereka akan mendapatkan poin. Poin-poin ini dapat ditukarkan dengan hadiah yang mereka inginkan seperti peralatan sekolah.
Dengan inovasi ini anak-anak sekolah menjadi bersemangat membuang sampah pada tempatnya. Sehingga tidak memerlukan waktu lama untuk mengingatkan anak-anak untuk membuang sampah di tempat sampah.
Selain itu, Dede juga membuat inovasi dispenser isi ulang air mineral Mas ECO berbasis IoT atau internet of Things dari Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Dede membuat sebuah mesin dispenser isi ulang air mineral yang dikendalikan dengan perangkat wifi. Keren, yaa!
Dispenser ini sudah diuji di Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta. Selama seminggu ujicoba dengan dispenser air mineral ini ternyata dapat mengurangi 130 botol plastik. Wah luar biasa yaa.
Dispenser refill station Mas ECO hasil penemuan Dede Nurdiansyah ini juga sudah diterapkan di kampus Pamulang dan IBI Kosgoro dan mendapatkan positif atas peran pentingnya mengurangi sampah botol plastik.
Selain dapat mengurangi sampah plastik juga harga beli dari dispenser ini jauh lebih murah dari harga air mineral di dalam kemasan botol plastik.
Namun sayangnya, inovasi penting dalam mengurangi sampah plastik ini belum sepenuhnya diterapkan di seluruh Indonesia. Misalnya diletakkan di tempat-tempat pelayanan umum, sehingga dapat membantu masyarakat mendapatkan air mineral yang sehat dan mengurangi sampah plastik.
Padahal jika saja diseluruh Indonesia bisa menerapkan dispenser Mas ECO ini, maka minimal kita tidak akan kelabakan lagi dengan bertambahnya sampah botol plastik bekas air mineral.
Penghargaan atas Inovasi yang Dilakukan Dede Nurdiansyah
Banyak penghargaan yang telah diterima oleh Dede Nurdiansyah. Tahun 2017 atas inovasinya membuat permainan game main sampah atau Si Gemes Dede Nurdiansyah ini dia mendapat penghargaan dari Satu Indonesia Awards 2017.
Dede Nurdiansyah adalah seorang inovator yang tidak berhenti untuk membuat sebuah penemuan penting dalam mengurangi sampah di Indonesia. Namun juga dia terus bekerja dengan membuat inovasi-inovasi baru dalam mengurangi sampah, utamanya sampah plastik.
Salah satu inovasi terbarunya yang dia buat pada tahun 2019 Dede membuat dispenser refill station smart eco yang bertujuan untuk mengurangi sampah plastik, utamanya sampah botol plastik kemasan air mineral. Disain dispenser pintar ini diterapkan pertama kali pada tahun 2019. Dispenser ini tak hanya diperuntukkan untuk mengisi ulang air mineral saja, namun juga bisa untuk sabun, shampoo, sabun detergen dan benda cair lainnya menggunakan teknologi QR nirkontak atau kartu prabayar elektronik.
Sungguh mulia tujuan utama dari pembuatan dispenser ini adalah untuk menghilangkan kebutuhan manusia dari penggunaan botol kemasan plastik sekali pakai sehingga akan mengurangi sampah plastik botol kemasan yang beraneka ukuran dan beragam bentuknya.
Atas inovasinya yang benar-benar smart ini membawa Dede Nurdiansyah mendapatkan berbagai penghargaan atas karyanya ini. Dede juga mempresentasikan inovasinya di ASEAN Blue Innovation Challenge 2024 yang didukung oleh UNDP, untuk mempromosikan solusi sampah yang berkelanjutan di Asia Tenggara.
Simpulan
Dede Nurdiansyah adalah seorang inovator yang peduli sampah sejati. Inovasi pada teknologi yang dia kembangkan bertujuan untuk mengurangi masalah sampah plastik yang semakin hari semakin bertambah banyak. Sebut saja varian dari botol minuman kemasan saja ada puluhan mungkin juga ratusan, apalagi sekarang banyak betebaran kafe-kafe yang menjual minuman kopi dengan kemasan plastik, makin banyak lagi sampah plastik yang akan memenuhi dunia.
Harapan saya, semoga game main sampah Si Gemes Dede Nurdiansyah bisa disebarkan ke seluruh sekolah di Indonesia dan memberikan dampak positif pada pengurangan sampah di lingkungan sekolah dan lingkungan rumah.
Post a Comment
Post a Comment
iframe komentar