Kira-kira, jika moms ada yang bertanya: Muda Ratu Sampah Sekolah Tua Jadi Apa? Jawaban moms apa? Pertanyaan model begini, jika ditanyakan kepada orang yang belum tahu soal ratu sampah sekolah mungkin akan berpikir: oh, kamu mau menghina saya, ya? atau: apa sih pakai tanya-tanya begitu? saya bukan ratu sampah sekolah tahu!
foto dari instagram @agustinamilia |
Nah, dua jawaban yang berbeda ini membuat saya semakin memahami karakter manusia. Pertama, ini ciri-ciri orang yang kurang pengetahuan dan tidak mau tahu. Karena kurangnya pengetahuan, orang jadi mudah nge-gazzz!
Kedua, orang yang memiliki pengetahuan tentang sesuatu, akan menjawab dengan jawaban positif sesuai kapasitas pengetahuannya. Biasanya orang yang berpengetahuan akan lebih bijak dalam memberikan jawaban.
Nah, mungkin moms juga bertanya-tanya, ada apa nih, kok tiba-tiba bikin pertanyaan seperti itu?
Jujur, pertanyaan itu tiba-tiba muncul ketika saya membaca kisah Amilia Agustin yang sejak SD sudah peduli sampah, baik di lingungan rumahnya maupun di lingkungan sekolahnya.
Jadi, terbetiklah pertanyaan itu: kalau masih muda sudah menginspirasi, masa tuanya apakah masih melakukan hal yang sama? begitu kira-kira yaa.
Oke, kita berkenalan dulu, yuk dengan yang nama Amilia Agustin, pemenang Satu Indonesia Awards 2010.
Mengenal Amilia Agustin
Tak berlebihan jika akhirnya Amilia Agustin dijuluki Ratu Sampah Sekolah, karena kepeduliannya terhadap sampah di sekolahnya itu begitu besar. Sejak usia belia, 12 tahun, Amilia sudah peduli pada sampah yang berserakan di rumahnya maupun di sekolah. Sehingga ketika Amilia bersekolah di SMP, dia membuat sebuah gerakan "Go to Zero Waste School".
foto dari IG @agustinamilia |
Lalu Amilia mulai mengelola sampah dengan lebih terorganisir dan lebih beragam, seperti mengumpulkan sampah organik dan sampah anorganik.
Amilia tak hanya memobilisasi pengumpulan sampah organik dan anorganik, namun lebih dari itu, Amilia juga melakukan edukasi terkait masalah sampah di sekolah kepada teman-temannya juga kepada guru di sekolah. Amilia dan teman-temannya mengelola sampah menjadi 4 karakteristik, sampah organik, sampah plastik, sampah tetrapak, dan sampah kertas dan mengolahnya menjadi barang yang bernilai ekonomis lebih tinggi.
Puncaknya, Amilia, alumni siswi SMPN 11 Bandung ini membuat proposal yang diajukannya dalam ajang Young Changemakers Program dari Ashoka Indonesia dan mendapatkan penghargaan serta hadiah berupa uang operasional untuk mewujudkan cita-citanya dalam mengelola sampah di sekolah, yaitu mendukung komunitas lokal dalam mengolah sampah kain perca menjadi benda yang bernilai ekonomis lebih tinggi.
Amilia Agustin menjadi bukti, anak muda belia pun bisa menjadi seorang motor dalam gerakan perubahan di lingkungan rumah dan sekolah. Adanya kemauan kuat dan dukungan dari luar membuat Amilia dapat mewujudkan dunia yang ingin dibangunnya.
Amilia Agustin tak hanya mengedukasi pentingnya mengelola sampah, namun juga menularkan prinsip-prinsip menjadi pemuda yang mampu bergerak dibidang social entrepreneur.
Berkat gerakan go to zero waste school ini, sekolah Amilia Agustin menjadi sekolah yang paling bersih dan paling rapi di kota Bandung.
Muda Ratu Sampah Sekolah, Tua Jadi Apa?
Tahun 2010, saat Amilia Agustin berusia 18 tahun, dia menjadi salah satu pemenang Satu Indonesia Awards. Saat itu Amilia kelas XII SMA. Dia tidak pernah menyangka akan menjadi pemenang ajang bergengsi tersebut, karena merasa masih terlalu muda untuk bisa memenangkan ajang tersebut. Namun dia salah, Amilia Agustin terpilih menjadi pemenang Satu Indonesia Awards 2010 termuda.
Setelah memenangkan beberapa penghargaan berkat pengelolaan sampah yang dilakukannya di saat teramat muda belia, apakah program pengelolaan sampah itu berhenti?
Tidak.
Lulus SMP, Amilia Agustin meneruskan program Go to Zero Waste Schoolnya di SMA tempat dia belajar. Hal ini dilakukannya agar teman-temannya, sebagai generasi muda bangsa peduli atas semakin banyaknya sampah di lingkungan rumah dan sekolah, sehingga membutuhkan banyak orang dalam menyelesaikan masalah sampah ini.
Lulus SMA, Amilia Agustin kuliah di sebuah universitas di Bali dan membentuk sebuah komunitas yang diberi nama Green Community.
Lewat komunitas Green Community, Amilia dan teman-temannya melakukan banyak program lagi. Selain mengelola sampah kertas dan sampah kain, Amilia dan komunitas hijau melakukan penanaman dan perawatan tanaman mangrove, tranplantasi karang, mengedukasi mengenai diet sampah plastik, dan pengelolaan bank sampah.
Simpulan
Pengelolaan sampah yang efektif dan efisien diperlukan untuk menjaga lingkungan dari dampak global sampah. Amilia Agustin seorang gadis muda yang mampu menginspirasi kita semua bagaimana dari sampah menjadi berkah.
Sampah tidak seharusnya menjadi benda yang menjijikkan, jika diolah dengan benar. Amilia Agustin telah membuktikannya sehingga dia bisa mewujudkan sekolah tanpa sampah. Sampah-sampah yang dikelola dengan baik justru akan menjadi barang lainnya yang bernilai ekonomis tinggi.
Nah, muda Ratu Sampah Sekolah, tua tetap jadi motor kebaikan dalam pengelolaan sampah. Yuk, dukung Amilia Agustin mewujudkan Go to Zero Waste Everyday, Everywhere, Every moments! dengan cara hidup tanpa sampah plastik dan kelola sampah organik. Kita mulai dari dapur kita masing-masing.
Referensi:
- https://daaiplus.com/kenalan-dengan-amilia-agustin-sosok-muda-yang-dijuluki-ratu-sampah-dari-bandung/
- https://csr-indonesia.com/di-lombok-empat-penerima-apresiasi-satu-indonesia-award-kembali-meramu-ide-kreatif-bagi-bangsa/
- foto dari instagram @agustinamilia
Post a Comment
Post a Comment
iframe komentar