Belum lama ini, saya membaca kisah seorang bidan Uzuzozo selamatkan ibu hamil dan turunkan angka stunting di daerah Nusa Tenggara Timur. Terharu banget, sekaligus sesak di dada. Iya, secara sekarang kan tahun 2000an, gitu, lho. Ternyata di daerah Uzuzozo itu ibu hamil masih diperiksa sama dukun beranak dan terpaksa melahirkan ditolong dukun beranak. Mengapa demikian? karena letak desa Uzuzozo ini merupakan desa yang terpencil dan desa tertinggal, tidak banyak petugas tenaga kesehatan apalagi bidan yang mau bertugas di sana karena akses masuk ke desa itu sangat sulit.
Dukun Beranak VS Tenaga Kesehatan
Sejak tahun 1980-an, pemerintah Indonesia sudah melarang praktik dukun beranak di Indonesia dan menggantinya dengan bidan yang telah terlatih secara keilmuan medis. Hal ini dilakukan untuk menurunkan angka kematian ibu karena melahirkan.
Mengapa demikian?
Karena pada umumnya melahirkan dengan bantuan dukun beranak memiliki risiko kematian yang tinggi dibandingkan dengan bantuan tenaga medis. Oleh karena itulah praktik dukun beranak dianggap praktik ilegal, karena dukun beranak tidak memiliki lisensi dari kementerian kesehatan, dukun beranak tidak memiliki pengetahuan medis, dukun beranak juga terbatas saran dan prasarana kesehatannya, dan penanganan persalinan yang dilakukan dukun beranak dikhawatirkan akan menimbulkan komplikasi pasca melahirkan.
Meskipun praktik dukun beranak dilarang dan dianggap ilegal, namun ada masa di mana masih banyak ibu melahirkan yang meminta pertolongan dukun beranak disebabkan karena sebagai berikut:
Pertama, faktor ekonomi yang sulit. Kedua, faktor kepercayaan pada dukun beranak setara dengan kepercayaan kepada tokoh agama pada masyarakat tradisional.
Kedua hal inilah yang kemudian akhirnya kebanyakan menghambat petugas kesehatan melakukan pelayanan kesehatan pada ibu hamil dan melahirkan.
Nah, ini juga terjadi di Uzuzozo. Tahun 2016 ibu hamil diperiksa oleh dukun beranak, dan melahirkan dengan bantuan dukun beranak. Hal ini disebabkan oleh dua faktor di atas itu. Ditambah lagi belum banyak tenaga medis/kesehatan seperti bidan yang bisa menolong ibu melahirkan di sana. karena akses ke Desa Uzuzozo itu sulitnya minta ampun. Sedih, gak sih membayangkannya. Sebegitu jauhkah NTT dari pusat pemerintahan sehingga infrastruktur seperti akses jalan menuju desa masih belum bisa disebut layak?
Tentu perjuangan bidan yang bertugas di Uzuzozo tak semudah membalikan telapak tangan. Apalagi di daerah pedalaman, terpencil, dan disebut termasuk dalam desa sangat tertinggal. Tentu mengubah paradigma warga setempat akan membutuhkan kesabaran dan waktu yang panjang.
Nah, mungkin Moms bertanya-tanya, yaa, siapakah bidan Uzuzozo yang telah berjasa menekan angka kematian ibu melahirkan dan memberantas stunting pada anak di sana?
Dialah ibu Theresia Dwiaudina Sari Putri yang kerap dipanggil Bidan Dini.
Berkenalan dengan Bidan Dini
Bidan Dini atau nama lengkapnya Theresia Dwiaudina Sari Putri adalah seorang bidan yang lulus tahun 2016 dari Program D3 Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan di Surabaya.
foto dari bisnis Tempo |
Bidan Dini lahir dan besar di Nusa Tenggara Timur, tepatnya di Desa Kekandere, Nangapanda. Menjadi bidan sebenarnya bukanlah cita-cita masa kecilnya. Dulu, setelah lulus SMA, keinginan Dini adalah kuliah di bidang seni. Dini senang bernyanyi dan mengajari menyanyi kepada anak-anak di gereja. Kecenderungan Dini adalah kepada seni musik dan seni suara.
Namun, kedua orang tuanya tidak setuju Dini menjadi seorang seniman. Mereka meminta Dini untuk kuliah di bidang ilmu kesehatan. Akhirnya Dini setuju dan kuliah di Universitas Surabaya. Namun kuliah di sana tidak lama karena biaya kuliah mahal, Dini pun pindah ke Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surabaya mengambil D3 Ilmu Kebidanan.
Tak bercita-cita menjadi bidan, Dini harus rela kembali ke kampung halamannya agar dekat dengan orang tua dan ketiga adiknya. Dini melamar menjadi tenaga honorer kesehatan di Puskesmas di Desa Kekandere, Nangapanda, NTT.
Bidan Dini mengabdi dengan bersungguh-sungguh dengan gaji yang tak besar. Akhirnya tahun 2017, ada kesempatan bekerja sebagai bidan desa. Bidan Dini pun mengajukan diri menjadi bidan desa dan diterima. Bidan Dini dikontrak menjadi bidan di desa Uzuzozo.
Namanya bidan desa, kontrak pula. Gajinya juga kecil banget, hanya 1 juta per bulan. Mana perjalanan ke Desa Uzuzozo itu sangatlah tidak mudah, namun Bidan Dini sudah bertekad akan mengabdi di desa itu dengan bersungguh-sungguh. Gaji yang diterima Bidan Dini setiap bulan hanya 1 juta per bulan dari itupun dari dana desa. Setiap bulan akhirnya ada kenaikan gaji sebanyak 100.000, sehingga akhirnya gajinya pun sampai pada 1,5 juta per bulan.
Awal Bidan Dini bekerja di Desa Uzuzozo, ibu hamil di sana masih ditolong melahirkan oleh dukun beranak dan sebagian besar anak-anak di sana mengalami stunting.
Perjuangannya selama di Desa Uzuzozo tergolong sangat sulit, karena masyarakat setempat bukanlah masyarakat dengan taraf pendidikan tinggi, sehingga harus melakukan perubahan dengan perlahan dan penuh kesabaran.
Bidan Dini melakukan banyak penyuluhan terkait kesehatan ibu dan anak agar warga setempat memiliki pengetahuan yang sama terkait pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan kepada bidan, pemenuhan gizi pada ibu hamil dan keselamatan dalam persalinan.
Berkat ketekunannya dalam memberikan edukasi kepada warga setempat, akhirnya tahun 2023 Bidan Dini mampu menurunkan angka stunting pada anak yang pada tahun 2019 berjumlah 15 anak, angka stunting pada anak turun menjadi 3 anak saja. Alhamdulillah.
Bidan Dini dan Penghargaan Satu Indonesia Awards 2023
Keberhasilan Bidan Dini dalam menurunkan angka kematian pada ibu melahirkan dan menurunkan angka stunting di desa terpencil Desa Uzuzozo ini memang patutlah diacungi jempol. Perjuangannya yang luar biasa sekali, mungkin tak banyak orang atau tenaga medis yang mampu bekerja di desa yang minim fasilitas tersebut.
Patutlah jika kemudian Bidan Dini atau Theresia Dwiaudina Sari Putri ini mendapatkan penghargaan Satu Indonesia Awards 2023 di bidang kesehatan karena jasa-jasanya di bidang kesehatan ibu dan anak yang tidak semua orang mampu melakukannya.
Post a Comment
Post a Comment
iframe komentar