Love after married perjalanan cinta setelah menikah. Hallo Mommys sahabat sriwidiyastuti.com. Apa kabarnya nih? Judul artikel saya kali ini mirip judul drama china, yaa. hihihi. But, saya enggak sedang mau mengupas drama 28 episode itu kok, karena belum nonton. Kali ini saya mau ngomongin drama di kehidupan cinta saya setelah menikah.
Saya dan suami di pantai Desaru Johor Bahru, Malaysia |
Saya sering banget menceritakannya kepada anak-anak bagaimana awal pertemuan saya dengan abinya. Banyak sekali kelucuan yang terjadi saat itu dan banyak momen yang berkesan. Sampai saya rasa, ada benang merah yang namanya jodoh itu yang kemudian mengikat kami dalam sebuah perjanjian agung. Mitsaqun galidza.
Love After Married: Menikah Tanpa Pacaran
Love after married perjalanan cinta setelah menikah, apa bisa? Memangnya mudah menikah tanpa ada rasa cinta? Kamu kenal udah berapa tahun? Kok ujug-ujug mau menikah sama dia? Memangnya ada orang yang menikah tanpa pacaran?
Ada.Yap, itu saya.
Dulu, waktu saya tinggal di Jepang, sensei saya sampai terbelalak matanya tak percaya mendengar saya menikah tanpa pacaran dulu. Katanya, "Honto desu ka? heee ... subarashi!"
Di Jepang, orang pacaran sebelum menikah itu biasa. Sama lah dengan di kita, yaa. Alasannya agar mereka bisa saling mengenal satu sama lain. Bisa mengenal keluarga dengan baik. Bahkan orang tua mereka cemas kalau anaknya belum punya pacar. Kuatir punya kecenderungan seksual yang menyimpang dan kekhawatiran lainnya.
Saya bukannya tidak tertarik pada lawan jenis. Malah banyak banget yang ingin dekat dengan saya. Hanya saja, saya takut pacaran. Banyak yang pacaran bertahun-tahun terus enggak jadi menikah juga, ada yaa. Kuatir gak bisa move on saja.
Lagipula sejak saya mengetahui seluk beluk pergaulan dalam Islam, saya membatasi diri dengan tidak pacaran. Jadi meskipun saya tertarik pada lawan jenis, saya bisa menekan keinginan itu. Saya terkadang malah takut jika kemudian pacaran dan terus tidak jadi menikah. Biasanya rugi di pihak perempuan, yaa.
Banyak kasus terjadi disebabkan berpacaran. Kasus-kasus kekerasan seksual yang dilakukan pasangan belum menikah yang berujung maut banyak di beritakan di media.
Kemenppa pada tahun 2018 melaporkan sebanyak 42,7% perempuan belum menikah pernah mengalami kekerasan. Pelakunya siapa lagi kalau bukan pacarnya. Sebanyak 34,4% mengalami kekerasan seksual dan 19,6% mengalami kekerasan fisik.
Ngeri banget, kan! Jadi, sebelum menikah, sebaiknya stop jangan berpacaran dulu deh. Mendingan berteman, malah kelihatan aslinya kan. Kalau pacaran biasanya banyak kepalsuan.
Bagaimana Love After Married Membuat Perjalanan Cinta Bahagia
Nah, Moms, di bawah ini saya ingin bernostalgia nih. Sebelumnya saya pernah bilang pertemuan saya dengan pak suami hanya 3x saja ya, eh ternyata pertemuan saya dengan suami 5 x, ini sudah termasuk dengan pertemuan tak diduga hihi
Pertemuan Pertama yang Tak Terduga
Pertemuan pertama saya dengan pak suami ketika saya hendak pulang dari mengikuti munashoroh untuk Palestina di lapangan Sempur. Waktu itu saya dan teman-teman saya (bergerombol) menyebrang jalan setelah selesai acara.
Waktu itu jalanan macet banget, karena angkot sengaja berjajar di sebelah kiri jalan untuk menunggu penumpang. Kendaraan terbanyak waktu itu motor yang seperti biasa tidak pernah bisa sabar menunggu. Bunyi klakson berteriak di mana-mana.
Saya dan teman-teman menunggu waktu yang tepat untuk menyebrang. Begitu saatnya tiba, saya menyebrang dengan tergopoh-gopoh, setengah berlari. Dan saat itu sebuah motor vespa biru hampir menyerempet saya.
Saya tidak begitu melihat wajahnya karena saya panik sendiri. Lain lagi dengan orang dengan vespa biru itu. Dia juga sama terkejutnya dengan saya. Saya mengomel kepadanya karena tidak memberi jalan kepada penyebrang.
Belakangan, setelah menikah, saya baru tahu bahwa orang dengan vespa biru itu calon suami saya heuheu. Dia juga baru saja mengikuti acara Munashoroh Palestina. Dan pada kesempatan itu, dia nazhor, melihat saya dari jauh. Katanya dia melihat saya di belakang panggung. Kebetulan memang saya waktu itu jadi panitia. Biasalah, mahasiswa baru lulus kuliah ini, mengisi kegiatan dengan menjadi volunteer di kegiatan sosial seperti itu.
Makanya dia kaget karena orang yang hampir dia tabrak itu saya. Padahal katanya, waktu itu ada kesempatan untuk keluar dari kemacetan. Ketika dia sudah ngegas, dia baru lihat ada yang tiba-tiba menyerbu menyebrang jalan. Dia agak kesal karena saya katanya menyebrang sembarangan dan mengomel sambil haha hihi sama temen-temen saya. Untung saja enggak kejadian tertabrak beneran. Kalau enggak mungkin akan beda lagi ceritanya.
Habis dikasih tahu itu, entah saya mau menaruh wajah saya di mana. Maluuu. Ya, Allah, sinetron banget, kan! Entah kenapa dia kemudian meneruskan proses taaruf dia dengan saya. Sepertinya sih penasaran, hihihi.
Pertemuan Kedua yang Membuat Jantung Berdebar
Pada suatu hari, Bu Ami, guru mengaji saya bilang dia telah mengatur pertemuan saya dengan seseorang. Kata beliau, lelaki muda itu telah melihat saya. Jujur saya kaget banget dan enggak siap ta'aruf atau kenalan dengan seseorang saat itu. Apalagi saya baru saja dengar curhatan teman yang udah kepengen menikah. Rasanya gak enak sekali karena harus mendahului dia.
Saya pun beralasan dan menyampaikan nama-nama yang menurut saya mereka lebih siap menikah. Padahal saya pun sudah siap sih, karena usiaku saat itu sudah menginjak 27 tahun. Tapi perasaan tidak enak itu membuat saya serba salah.
Tapi beliau menggeleng. "Tidak, dia sudah melihat kamu. Kamu pilihannya. Tinggal kamu bersedia atau tidak. Bagaimana kalau minggu depan ketemuan di rumah Ibu, yaa?" tawarannya membuat jantungku semakin berdebar.
"Masih ada waku, istikharah dulu gih!" katanya lagi sambil memberikan sepucuk surat berisi biodata seorang lelaki sholih. Bergetar tangan ini menerima sepucuk surat itu. Ya, Allah, gak sabar ingin membukanya di perjalanan pulang, tapi gak berani.
Sampai di rumah, saya mengajak kakak perempuan saya membaca biodata lelaki itu. Orang Bogor ternyata dan usianya hanya terpaut setahun dengan saya. Ada foto yang diprint sekalian di dalam biodata, namun hanya tampak belakang.
Wah, penasaran banget ini. Kok curang sih. Saya waktu mengirim biodata pakai pasfoto tampak depan kok. Sebab memang itu yang saya punya. Pas foto buat ijazah itu lho hiihhi belum zamannya foto digital jadi males juga kalau mau foto di studio foto.
Mengobrol sama kakak, kebetulan waktu itu kakak perempuanku belum menikah. Kata kakak, dia gak keberatan kalau saya menikah lebih dulu. Apalagi calonku juga sama-sama tinggal di Bogor, jadi lebih mudah mengurusnya.
Kakak perempuanku ini sudah seperti pengganti mama, karena mama sudah tiada. Kakaklah yang kami andalkan di keluarga. Lalu setelah berbincang dengan kakak, saya pun menyampaikan kepada Papa dan minta pertimbangannya. Alhamdulillah papa mendukung dan gak masalah dengan calon menantu papa.
Akhirnya waktu pertemuan pun tibalah. Saya bersama Bu Ami duduk agak mojok di ruang tamu Bu Ami yang lumayan luas. Saya bener-bener ingin bersembunyi saat itu. Takut sekaligus malu. Selama pertemuan saya hanya menundukan kepala tidak berani melirik ke arah luar di mana si dia duduk bersama suami bu Ami dan ustaznya pak suami.
Foto masa kuliah dulu, bekal tukeran biodata ^_^ |
Saat saya akhirnya ditanya, bagaimana? apakah mau diteruskan atau tidak? Saya pun harus mengangkat kepala dong, dan saat itulah saya melihatnya. Seorang lelaki muda, rambutnya dicukur macam ABRI, mata sipit dan berkulit putih, mirip keturunan cina. Mata kami bersirobok sebentar, saat itu saya langsung menunduk lagi. Diam seribu bahasa. Pikiran saya berputar-putar apakah saya mengenal dia atau tidak? secara tinggalnya dekat sekali dengan rumah saya. Tapi tidak ada memori yang muncul saat itu.
Lalu seperti biasa bapak-bapak bilang, "kalau gadis diam saja, artinya ok! Baiklah, kita rencanakan kunjungan berikutnya, yaa. Karena awal ramadan, datang ketika menjelang maghrib, ya." semua pun sepakat.
Singkat cerita, si abi pun datang ke rumah bersama guru ngajinya. Sopan banget, karena motor vespanya tidak dihidupkan dari mulai gang depan sampai depan rumah dia menuntun motor vespanya .
Alhamdulillah, akhirnya saya resmi dikhitbah atau dilamar sama si abi. Dia menyatakan permintaan itu ke papa dan kakak laki-laki sulung. Ada nenek juga di sana karena saya tinggal bersama nenek. Nenek sangat senang karena mendapat oleh-oleh Kurma Fatimah yang enak banget.
Namanya tinggal di gang berpenduduk padat. Gosip mengenai saya yang mau menikah segera tersebar. Tetangga pun memuji calon suami karena aksinya ketika masuk ke dalam gang rumah, dia menuntun motor dari mulut gang sampai ke depan rumah. Katanya, sudah ganteng, sopan pula. Saya yang mendengarnya cuma bisa tersipu-sipu.
Pertemuan Ketiga Lamaran
Alhamdulillah setelah mengkhitbah, pak suami langsung menyampaikan kepada keluarga besarnya. Awalnya ibu tidak setuju karena ibu merasa perlu mengenal calon menantunya dahulu. Tidak ujug-ujug menikah. Katanya sih sempat heboj juga sih, tapi saya enggak begitu tahu detilnya bagaimana. Namun berikutnya mereka akhirnya setuju juga.
Setelah lebaran, disepakati pertemuan dua keluarga besar. Acaranya lamaran sekaligus menentukan hari pernikahan. Alhamdulillah semua berjalan mengalir begitu saja. Saya pun tidak minta yang aneh-aneh seperti lamaran harus membawa segala macam bingkisan dan teman-temannya. Tak lama kemudian tanggal pernikahan pun telah ditentukan, yaitu tanggal 28 Januari 2001.
Penentuan tanggal pernikahan ini tidak pakai penerawangan dulu seperti biasanya orang tua zaman dulu. Semua memikirkan hal yang logis dan realistis, dari mulai persiapan mau menikah di rumah atau di gedung, mau katering atau masa sendiri, berapa undangan yang akan diundang, souvenir dan lain sebagainya.
Alhamdulillah saudara sepupu keponakan mama semua siap menjadi panitia. Jadi punya saudara sepupu banyak itu benar-benar terasa banget ketika persiapan pernikahan. Semua persiapan kami yang menyiapkannya sendiri. Karena ada permintaan dari ibu mertua untuk menikah di gedung dengan budget tertentu, kakak yang menyiapkan rancangannya. Dia sudah seperti marriage organizer aja padahal belum menikah.
Saya dan kakak perempuan mencari tempat yang sesuai dengan bugdet. Begitu juga dengan katering. Kami mencari katering yang dikelola oleh ibu teman saya. Alhamdulillah menunya mewah dengan budget rendah.
Pakaian pengantin pinjam punya temanku yang menikah terlebih dulu. Hasil jahitanku, lho. Alhamdulillah keterampilanku ini akhirnya terpakai juga ketika teman-teman menikah. Jadi busana pengantin yang saya pakai itu, hasil jahitanku. Dan tahukah Moms, busana pengantin wanita itu dipakai berkali kali oleh teman teman yang menikah, muter hhihihi legend banget!
Pertemuan Keempat Membeli Cincin Kawin dengan Ibu Mertua
Pengalaman yang berkesan saya dengan ibu calon mertua adalah saat saya dan ibu membeli cincin pernikahan. Kata ibu, takut enggak cukup kalau dibelikan. AKhirnya saya diminta ikut saat ibu membeli cincin kawin. Hanya saja, tidak ada disain yang sesuai dengan impianku. Waktu itu baru lebaran, jadi pegawai pembuat cincin kawin custom belum pada balik ke kota, mereka balik kampung semua. Jadilah saya membeli cincin kawin yang ada saja.
Oiiya, pada kesempatan itu pun saya membelikan baju pengantin untuk calon mempelai laki-laki karena Bu Endeh yang akan mendekorasi pelaminan dan merias saya dan suami tidak punya busana yang serupa dengan milik saya. Jadi akhirnya mendadak beli di pasar. Pak calon suami pun ikutlah jalan-jalan di pasar hihihi
Pertemuan Kelima Walimatu Ursy
Alhamdulillah akhirnya saya pun resmi menjadi istri Pak Arien pada tanggal 28 Januari 2001. Lokasi pernikahan di Masjid As-Syifa RS PMI Bogor. Masjid ini menyediakan aula yang bisa dipakai untuk walimatu ursy di bagian bawah masjid dan masjid di atas sebagai tempat akad nikah.
Saya dan anak-anak |
Rasanya waktu sebulan menyiapkan pernikahan itu benar-benar amazing buat saya. Bagaikan mimpi. Saya tidak menyangka akan semeriah itu. Menikah di gedung sekaligus masjid, dekorasi yang indah, pembagian ikhwan dan akhwat dipisah dengan pot bunga yang dijejer rapi. Tidak ada standing party, semua bisa duduk. Souvenir disediakan oleh adik-adik dari IPB. Ada taman landscape hadiah dari teman-teman sepupu. Ada persembahan nasyid dari binaanya saudara sepupu saya salah satu anggota nasyid Izzatul Islam. Benar-benar meriah dan syahdu!
Benar-benar terharu sekali. Dengan budget yang minim banget, tapi bisa mempersembahkan walimatu ursy yang berkesan untuk keluarga besan. Mereka pun puas dengan perhelatan yang dibuat oleh keluarga saya. Ini semua karena kemudahan Allah kepada keluarga kami dan kesolidan antara saudara sepupu yang membantu selama persiapan hingga hari H.
Tak cukup saya memberikan kata terima kasih namun saya tidak bisa memberikan apa-apa. Hanya Allah yang dapat membalas semua kebaikan dan kerja keras keluarga, kakak, adik, saudara sepupu and team yang menyukseskan acara pernikahan saya. Alhamdulillah ala kulli hal.
Kadang saya suka senyum-senyum sendiri ketika mengingat bagaimana pertemuan saya dengan pak suami itu. Beneran gak nyangka aja. Mau ketabrak segala hihihi
Waktu itu, sempat ada perasaan ragu juga sih. Apa bisa ya, saya bergaul dengan orang yang tidak saya kenal. Apakah dia nanti akan mencintai dan menyayangi saya dengan sepenuh hati?
Alhamdulillah tahun ini sudah 21 tahun saya hidup bersama pak suami yang awalnya notabene orang yang tidak saya kenal sebelumnya. Kami bahagia menikah tanpa pacaran, karena kami pacaran setelah menikah. Bisa melakukan berbagai aktivitas bersama tanpa takut dan tanpa risih karena kami sudah sah sebagai suami istri.
Kami bisa saling mencintai dan menyayangi meskipun tidak diawali dengan berpacaran. Love after married perjalanan cinta setelah menikah ini memang luar biasa. Meski awalnya mungkin rikuh, namun semua hubungan awalanya memang perlu penyesuaian.
Simpulan: Love After Married Pernikahan Karena Allah
Alhamdulillah, 21 tahun hidup bersama dalam keluarga dengan 6 orang anak membuat hidup saya menjadi lengkap. Mohon doakan kami, semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawadah dan rahma. Menjadi keluarga yang insyaAllah menjadi keluarga ahli surga. Aamiin.
Jadi kesimpulannya, menikah karena Allah, tanpa pacaran tetap bisa lho awet sampai tua. Jangan takut dan bimbang untuk yang belum menikah dan belum pernah pacaran. Love after married, tentu menjadi perjalanan cinta yang berkesan banget. Namanya cinta tentu saja perlu pengorbanan dan penyesuaian yaa. Just share your love, jangan berpikir dulu take and give, namun kita lakukan dulu take, maka kita akan give, kita memberi maka kita akan menerima. Sepakat?
Salam cinta dan bahagia selalu,
Sri Widiyastuti
Mbak aku terlena membaca kisah cintamu dengan suami. Ikutan heran awalnya menikah tanpa pacararan terlebih dahulu. Seperti bapak dan ibu saya yang dijodohkan. Kalau dirimu sih gak dijodohkan ya Mbak tapi langsung dipertemukan oleh Allah lewat senggolan vespa biru. Semoga selalu bahagia ya Mbak :)
ReplyDeleteMasya Allah ... 21 tahun. Usia yang dewasa ^_^
ReplyDeleteLove after married itu memang nyata ... beberapa kawan saya juga menjalaninya.
Senang banget membaca kisah perjalanannya. Saya termasuk yang tidak pacaran dulu lho. Eh kenalan tapi saya di Taiwan dia di kampung. Pulang langsung menikah. Jadi pacaran my setelah menikah juga hahaha ...
ReplyDeletebener banget mbak. menikah tanpa pacaran itu ada sensasinya sendiri. jadi setelah nikah kita bisa saling sharing dengan pasangan, quality time dengan pasangan masih fresh lah yaa intinya. kalau pacaran dulu habis itu nikah kayak hambar aja gitu karna seneng-senengnya udah dilaluin pas masa pacaran kek apapun yang dilakuin itu kelihatannya biasa aja.
ReplyDeleteMasya Allah tabarakallah so sweet...semoga sakinah mawaddah warrahmah sesurga ya mbakuuu.
ReplyDelete21 tahun bukan perjalanan yg sebentar bisa melewati semua dg bahagia.
aaaahhh, gini amat baca cerita orang, bisa-bisanya ikutan berbunga-bunga, senyum2 sendiri pula. Adegan tabrakan itu emang beneran berasa film-film ya. "ah ternyata jodohku" xixixixi gemes.
ReplyDeleteSaya ini hidup dari cerita-cerita perjodohan, dari nenek, ortu, temen2 pas kuliah, sampai akhirnya ngerasain perjodohan untuk diri sendiri. Bedanya saya dipilihkan ortu.
Bagi sebagian orang yang pacaran agak aneh ya, tapi ya alhamdulillah berhasil aja sampai sekarang, hehehe. Sama cerita weddingnya yang murah meriah, kalau di spill angkanya, banyak yg masih gak percaya, bisa nikah dengan budget segitu, tapi lagi-lagi kalau Allah ngizinkan gak ada yang gak mungkin.
Sehat selalu mba bareng suami dan anak2nya, turut mendoakan sakinah mawaddah warrahmah dan tetap berkumpul di surga kelak.
Makasih udah share cerita indahnya, saya berasa hidup kembali, hehehe
Sukaaaa banget bacanya mbaaaa..semoga langgeng yaaa, waktu 21 tahun dalam mengarungi bahtera rumah tangga tuh pasti ada aja struggle nya yah. Aku juga sih hehe, melewati pernikahan yg tanpa pacaran, nikah sm org yg beneran g dikenal dan bukan dari satu circle hehe. Jadi aku banyak belajar dari mbaaa nihhhh
ReplyDeleteWah, menarik sekali kisah perjalanan cintanya mba. Kalau jodoh takkan kemana ya. Dan sekarang sudah 21 tahun pernikahannya. lSemoga anggeng dan bahagia selalu ya mba.. :)
ReplyDeleteJadi sinetron yang awal pertemuannya dari tabrakan itu benar adanya ya, kaya cerita Mbak, hehehehe. Alhamdulillah ketemu jodohnya mudah gitu dan sama-sama siap. Pasti gak mudah selama perjalanan pernikahan. Belajar terus nih
ReplyDeleteMasyaallah tabarakallah... semoga sakinah mawaddah warahmah selalu ya mbak. Baca ceritamu jd teringat kisahnya kakakku yg mirip juga. Kenalan via ustadz trs biodatanya dikirim ke rumah utk dilihat ortuku waktu itu kakak kwrja di jakarta. Ketemu 2x aja abis tu lamarqn 2 minggu kemudian nikah. Kalo udqh jodoh semua dibuat gampang ya sama Allah mbak.
ReplyDeleteEh iya...soal baju nikah hampir sama jiga nih kisahnya. Waktu itu sepupu, kakak dan aku nikahnya berdekatan tqpi Klo baju nikah pengantin perempuan beda2 tapi baju nikah para suami sama. Jadi 1 baju dipake 3pengantin pria yg kebetulan badannya hampir2 sama sizenya hehehe
Seweett banget sih mba... Kayak sinetron tapi bneran yakkk... Seneng baca cerita nya semoga terusss samawa smp akhir ya... Selalu sehat2
ReplyDeleteMasha Allah terharu dan terhanyut mengikuti cerita Mbak. Saya pun dengan suami nggak pacaran dulu, tapi memang kami kakak adik angkatan di Kampus, jadi ya sudah tau, mski tidak dekat. Tapi memang menyenangkan ya mbak, pacaran setelah menikah hihihi.
ReplyDeleteMasya Allah mbak, pertemuan pertama berasa kisah drakor ya hahahaha. Senang banget mbak baca ceritanya. Baarokallah, segat, bahagia selalu yaa mbk dan keluarga
ReplyDeleteAamiin ... semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawadah dan rahma. Menjadi keluarga yang InsyaAllah menjadi keluarga ahli surga.
ReplyDeleteKisah awal pertemuannya kayak di sinetron-sinetron, Mbak, ternyata nyata ya hihihi...
MashaAllah~
ReplyDeleteBarakallahu fiikum, kak Sri.
Senang sekali membacanya.
Menjadi semangat dan doa yang terbaik untuk anak-anakku agar bisa bertemu tanpa pacaran dan sama-sama meniti kebahagiaan dengan pasangan hingga jannahNya kelak.
Masya Allah.
ReplyDeleteKisah perjalanan cinta love after married yang menyentuh sekaligus menginspirasi, menurutku.
Btw,
Baru merayakan anniversary ke 21 tahun dong ya.
Selamat ya Mba.
Barokallah.
Last but not least,
Aku percaya, pernikahan itu bukanlah akhir dari hubungan pasutri justru baru dimulai. Apalagi bagi pasangan yang baru berkenalan intens setelah menikah ya. Pasti ada up and down. Namun karena sudah sah, beberapa aktivitas malah dihitung ibadah, Insya Allah.
Dan setelah 21 tahun, mba Tuti dan suami masih awet muda juga, terlihat jodoh itu udah diatur oleh Allah SWT ya. Cuma kita yang tidak menyadarinya sebelumnya. So sweet banget cerita cinta setelah pernikahan. Orang tuaku juga mengalaminya, ada juga sepupu yang dikhitbah dan mereka malah kayak orang paacaran karena LDM.
ReplyDeleteMasyaa Allah tabarakallah. Indah banget kisahnya Mbak. Aku senyum-senyum pas baca. Ternyata hampir ketabrak vespa ini bukan kebetulan Semata ya.
ReplyDeleteSemoga selalu sakinah mawadah warahmah. Berjodoh langgeng di dunia dan surga.
Terharu baca kisah perjalanan cinta sahnya umi Sri. 21 tahun itu perjalanan pernikahan panjang. Ibarat sekolah, udah masuk universitas semester 3. Semoga saya bisa mencapai usia pernikahan kayak Umi S6.
ReplyDeleteMasya Allah sudah 21 tahun ya mbak, barokallah...
ReplyDeleteSenang banget baca kisah cintanya yang indah dan terjaga. Semoga langgeng selalu dan bahagia dunia akhirat.
masyaallah tabarakallah. selamat ulang tahun pernikahan untuk mbak tuti dan pak arien. samara selalu. btw aku juga engga pacaran lho mbak sama suami, sama seperti mbak tuti, pacaran setelah menikah itu jauh lebih seru karena semuanya menjadi halal
ReplyDeleteSamawa selalu ya mbak semoga bisa sampai usia pernikahan perak, emas, dan seterusnya. Membaca kisahnya saya jadi terinspirasi untuk menjaga pernikahan saya juga yang baru menuju 10 tahun.
ReplyDeleteIh teteh, terharu banget baca ceritanya. Keren ih gak pacaran dulu, dan awet ya. Insya Allah selamanya dunia akhirat. Saya, dibilang pacaran dulu, gak mau. Tapi apa namanya da emang iya sih, sebelom nikah deket dulu sama calon suami. Walopun selalu bareng-bareng. Karena memang kakak kelas dan satu himpunan. Tapi, aku waktu itu belom cinta dia sih. Dan, cintanya setelah menikah. Setelah tahu baiknya dia, kerja kerasnya, dan sayangnya ke anak-anak dan keluarga. Barakallah teteh.
ReplyDeleteMasyaAllah yah mba perjalanannya panjang bener, seperti mamaku udah 50 tahun pernikahan tapi pas menjelang 50 tahun alm. Ayah udah ga ada. Semoga pernikahan ku sama suami kayak orangtua ku dan kayak kamu kak
ReplyDelete