Gara-gara rayap, akhirnya saya sadar pentingnya melakukan decluttering bijak singkirkan kenangan. Dari dulu sebenarnya sudah ada tekad untuk mulai memilih dan memilah benda di rumah yang enggak dipakai tapi masih layak pakai. Namun apa daya. Saya masih saja sayangggg mau menyingkirkannya.
Karena semua yang ada di rumah ini punya kenangan semua. Terutama benda anak anak hiks. Historynya itu lho. Menancap dalam dari belum jadi siapa siapa, akhirnya jadi istri, terus jadi ibu. bangga banget kalau baju anak anak bisa awet dan kepake turun temurun, terutama yang bawaan dari Jepang. awet banget.
Decluttering cara bijak singkirkan kenangan.
Seorang temanku berseloroh, berkah juga ya si rayap hihi. Jadi beberes kan gara gara rayap attack.
Haha saya ngakak jadinya.
Bener juga, sih. Kalau gak karena gara-gara rayap, saya mungkin gak beberes rumah, terutama kamar kecil di rumah kami yang penuh kardus yang isinya bawaan dari Jepang.
Jadi ceritanya, karena saya itu kan keluarga nomaden. Beberapa tahun lalu saya pernah tinggal di Jepang dan Malaysia. Jadi gak sempat buka buka kardus bawaan dari Jepang karena emang ga ada tempatnya. Namanya numpang di rumah mertua ya. Jadi saya biarkan saja di kardus.
Isi kardus itu, selain buku, mainan, boneka ada juga kain tirai yang saya bawa dari sana. Bahannya beda sama bahan di sini, makanya saya bawa. Ada selimut dan jaket musim dingin. Ada slayer dari benang wol.
Ternyata, wow, keluarga rayap bersarang di atas lemari. Padahal kardus ditaruh di atas lemari lho. Saya kira aman. Ternyata, keluarga rayap anteng di sana.
Sebagian besar barang tidak bisa diselamatkan. Beberapa buku dan mainan dari kayu, habis. Alhamdulillah ada yang bisa diselamatkan juga. Jaket, selimut dan slayer dari wol itu.
jaket cantik ini usianya sudah 16 tahun - awet! |
Lalu selimut biru kotak kotak itu dan slayer saya beli di flea market. Murah meriah tapi kualitas bagus dan bermerk. Selimut itu saya lihat buatan England. Kelihatannya oleh oleh dari jalan jalam ke sana dan tidak digunakan lagi.
Selimut itu dulu saya pergunakan untuk menyelimuti anak saya ketika jalan jalan menggunakan baby stroller ketika musim dingin. Hangat banget.
Melihat jaket hijau itu, saya jadi teringat waktu tinggal di Jepang. Foto di atas waktu saya pulang dari hanami bersama teman-teman Indonesia di sebuah taman. Saya lupa nama tamannya, mungkin Yoyogi Park. Karena waktu itu stasiun kereta terdekat itu Shibuya Eki (stasiun Shibuya).
Tamannya indah dan luas. Meski orang Jepang setiap tahun melihat bunga Sakura, tapi tetap saja setiap tahun rame terus taman-taman yang mereka datangi untuk hanami bersama keluarganya.
Dulu, saya juga setiap tahun hanami bersama teman-teman di dekat Utsunomiya. Biasanya yang dekat rumah saja di taman dekat Udai Nogakubu dan Hachiman Yama.
Nah balik lagi ke decluttering, cara ini tuh menjadi cara bijak dalam menyingkirkan kenangan. Yah, namanya manusia ya. Selalu suka dengan kenangan indah. Rasanya tidak ingin berpisah dengannya meskipun sekejap saja.
Tapi, kalau itu hanya sekadar kenangan indah sih gapapa ya. Jika berdampak kita jadi penumpuk barang, kan, serem juga, yaa. Bisa-bisa rumah kita jadi gudang sampah karena kita sayang pada barang-barang kita dan tidak ingin membuangnya karena merasa itu semua sejarah.
Nah kalau sudah seperti ini katanya sih, bisa jadi ada gangguan kejiwaan pada diri kita. Karena kita merasa memiliki semua barang yang ada kenangannya itu. Malah ada yang sayang banget makan kue, karena sayang, terus akhirnya bulukan dan tetap aja disimpan sampai bertahun-tahun. Akhirnya kan jadi mubazir dan jadi sarang penyakit, kan?
Decluttering terinspirasi orang Jepang
Saya pernah membaca buku Marie Kondo. Buku ini buku yang membahas how to decluttering ala KonMari. Membaca buku ini membuat saya paham mengapa orang Jepang mudah sekali mengeluarkan baju-baju yang tidak dipakai lagi.Selain baju juga ada gelas, piring, karpet, alat dapur dan sebagainya.
Saya pernah mengutip boneka, tas, gelas lucu-lucu dan gelas kristal dari tempat sampah di dekat rumah. Awalnya malu juga. Tapi kok keterusan haha Bagus-bagus sih yang dibuang dan dibuang dalam keadaan bersih.
gelas kristal dari mungut |
Waktu pembuangan sampah itu diatur jadwalnya. Sampah pakaian, harus diletakan pada waktu tertentu dan sudah dicuci dan disetrika rapi. Lalu dibungkus dengan plastik putih transparan. Kalau hari hujan tidak boleh diletakkan di jalan. Harus dibawa pulang kembali.
Segitu rapinya tata kelola sampah dan disiplin warganya yang baik. Sehingga saya terinpirasi untuk melakukan decluttering juga seperti mereka.
Cuma, ya gitu deh. Banyak sayangnya. Banyak gak teganya hihi padahal ini di rumah udah banyak banget baju yang udah ga dipake anak anak.
Decluttering itu apa sih?
Decluttering adalah menyingkirkan barang yang tidak digunakan agar bisa menyimpan barang yang benar benar diperlukan sehari-hari.
Prinsip decluttering ini tak sekadar hanya beberes saja, lho, Moms. Namun juga keterampilan menyortir barang-barang yang kita miliki.
Kalau beberes kan kita hanya membereskan barang ya. Kalau declutteting itu beneran beberes sambil dipilih, apakah ini masih diguna atau tidak. Sehingga goalsnya kita akan hidup dalam gaya hidup yang minimalis dan jauh dari mubazir.
Decluterring dan kesehatan mental
Decluttering juga ada yang bilang bisa meningkatkan kesehatan mental kita.Karena dengan decluttering kita jadi hemat waktu dan energi dalam menemukan barang-barang yang kita butuhkan karena barang cuma sedikit. Selain itu decluttering juga membuat mood kita akan naik karena rumah rapi dan tidak banyak barang. Bebas debu, ramah lingkungan dan lebih damai, aman sentosa.
Saya sendiri, selama ini ketika membereskan dan niat decluttering masih merasa berat. Karena itu tadi, terbebani oleh perasaan sayang sama barang-barang. Inget waktu packing pindahan ke Malaysia. Rasanya ingin banget diangkut semua. Tapi aturan bagasi, setiap orang hanya boleh membawa koper isi 20 kilo saja. Jadinya ya bawa yang penting-penting saja.
Prinsip decluttering packing party ini katanya paling efektif dan banyak yang melakukanya. Selain jadinya terbiasa membawa barang sedikit, kita juga jadi terbiasa ringkas dan membawa barang-barang penting saja. Hasilnya kita akan ikhlas jika ada barang yang tidak kita bawa karena barang itu tidak berguna.
Nah, jadi gimana? Sudah melakukan decluttering? Err .. belum haha ini saya masih terus memperbarui niat agar secepatnya melakukan decluttering bijak untuk singkirkan kenangan. Beneran deh saya ingin sekali barang di rumah jadi lebih sedikit dan secukupnya. Sehingga mudah mengelolanya. Terpenting juga mudah mencari barang-barang yang dibutuhkan lebih cepat.
Baiknya, decluttering apa dulu, ya, Moms? Baju, buku, pajangan, atau apa dulu nih, enaknya, ya? Any Idea?
halo mbak sri. aku jadi teringat dosen s2 ku loh. Prof Andreas namanya, baju dia hanya 2 warna abu-abu dan hitam. dan kemeja putih 1 untuk acara penting dan resminya. rekan dosennya yang cerita saat ku sedang kuliah. Ternyata alasannya dia gamau buang2 pikirannya. Ya sama rasanya dengan konsep decluttering itu. Sedangkan aku ah, nentuin warna jilbab aja bingung, pink apa dusty pink.........
ReplyDeleteemang ya yang paling berat dari decluttering itu ya kenangannya hehe.. kadang suka sayaaangg banget pengen pisah karena bersejarah, tapi ya itu bikin penuh rumah wkwkwk
ReplyDeleteBeruntungnya aku termasuk typical yang nggak suka nyimpan banyak barang. Selalu menyimpan karena kebutuhan. Udah nggak dibutuhin ya hibahkan ke orang, atau ditaruh di bank sampah RT, hehe.
ReplyDeleteAkhir pekan ini saya rencana declutering juga mbak. Biar rumah lebih lega dan rapi. Begitu juga dengan hati #uhuk
ReplyDeleteAku pun jadi sadar pentingnya decluttering saat buku hampir selemari di makan rayap. Sedih banget rasanya. Buku hasil ngumpulin bertahun-tahun berakhir di tempat sampah.
ReplyDeleteBisa ga ya saya ikutin jejak declutering ini hehee.. kadang perasaan sayang bila dibuang itu yang jadi penghalang utama selain itu ada pemikiran mungkin nanti bakal dibutuhkan lagi hadeh kapan bisa terapkan pola ini hehee
ReplyDeleteSayaa juga pengen deh decluttering kek gini. Ntar deh
ReplyDeleteDecluttering memang banyak banget ya manfaatnya. Aku Juga ngerasa lebih fun setelah melakukan Decluttering.
ReplyDeleteCara menyingkirkan kenangan yang bijak ia kak, kadang barang-barang itu punya histori sendiri-sendiri jadi akhirnya susah utk move on.
ReplyDeletekalau udah jadwal bersih2, kami nggak segan buat barang yang memang sudah nggak terpakai sih mbak. jadi memang barang2 yang ada di rumah, yang masih bisa dipakai untuk jangka waktu lama
ReplyDeletebiasanya per beberapa bulan sekali aku melakukan decluttering barang-barang yang sudah tidak dipakai, per tiga bulan sekali, dan memang di awal agak berat sih, tapi harus dilatih
ReplyDeleteYang paling berat dari decluttering emang berpisah dari kenangan. Di rumah saya, suami masih mengoleksi buku-buku jaman di SMA. Padahal kan sudah gak kepake. Anaknya juga buku sudah beda, tapi tetap aja dia tak rela membuang karena ada kenangan di sana. Nah saya tuh sayang buang baju. Paling-paling kalau sudah gak muat tapi masih bagus tak kasih pada yang membutuhkan. Itu memang pekerjaan berat. Selain harus berpisah yang menguras emosi, decluttering artinya harus berhadapan pula dengan rayap dan abu wkwkwkwk..
ReplyDeleteAduuuh urusan memilah barang2 yang udah ga kepakai memang masuknya ke hati hahaha :D Semakin banyak kenangannya, semakin sulit mem buang atau memberikannya kepada orang lain wkwkwkwkw. Tapi akhirnya terjadi juga sekalian bebersih debu dan ada sedikit renovasi rumah, jadilah barang2 lama berkurang cukup banyak, dibagi2kan ke tetangga aja aman :D
ReplyDeleteBajuu dulu maak, channel TV di rumahku selalu waku waku japan yg di tonton.
ReplyDeleteNah tiap minggu malam ada acara Danshari (Deny Dispose Detach) sukaa banget aku, dibantu proses memilah barang2nya, memang ya kita sukaa menyimpan kenangan dalam bentuk barang yang akhirnya numpuk.
Aku belajar decluttering dari orang Jepang juga, itu si Marie Kondo. Metodenya terkenal dengan nama Konmarie kan ya. Sempet nonton seriesnya juga di Netflix, sangat membantu aku untuk beres-beres di rumah
ReplyDeleteaku juga awalnya berat, benda2 di rumah punya kenangan sendiri2. apalagi hadiah2 dari alm bokap yg masih aku simpan. Tapi akhirnya, mikir2...buat apa juga yah... Siapa tahu jika diberikan pada orang lain (jika barang masih dlm kondisi ok), bisa lbh berguna buat mereka.
ReplyDeleteWah iya, declutering itu nggak sekadar menyingkirkan barang barang ya mbak
ReplyDeleteTapi juga menyingkirkan kenangannya, nah biasanya ini yg bikin berat
Hehe
Setelah baca ini, jadi pengen ringkes2 baju mba...banyak yang cuma numpuk, karena udah ga muat...Kmrn sayang, tak simpen...siapa tahu bisa langsing lagi...tapi kok kayaknya susah, lha diet juga cuma niat mlulu😀
ReplyDeleteAku juga baru beres-beres rumah nih mba, kena serangan rayap akhirnya dipilih-pilih lagi berasa juga cape nya hehe
ReplyDeleteHihi... saya kalau ketemu gelas-gelas kristal masih bagus gitu di buang, paling saya pungut juga mbak.
ReplyDeleteMasalah rayap ini saya juga pernah ngalami, baju dan buku habis semua, nggak ada yang bisa dipakai. Sejak kejadian itu, nggak mau lagi nyimpan barang lama-lama.
Ummi Dski, prinsip decluttering ini kayaknya harus aku terapkan juga nih. Dulu udah lakukan tapi sebaiknya memang dilakukan rutin ya
ReplyDeleteMbak, aku dulu juga pengumpul barang hanya karena alasan kenangan. Baju dan buku sampai numpuk. Sejak menikah dan tinggal di rumah mertua ini bisa belajar gaya hidup minimalis. Awalnya terpaksa karena kondisi tak memungkinkan simpan banyak barang. Eh lama-lama jadi biasa.
ReplyDeleteAku juga pernah tu buku-buku dimakan rayap sebelum renov rumah, sedih juga ya, Tapi sejak itu buku2 yang bisa aku kasihkan ke orang lain mending aku kasihkan sekalian decluttering aja ya.
ReplyDeleteUntuk melakukan declutterinbg harus niat & segera dilaknasakan kalau ditunda2 kadang jadinya gak beres nih kalau aku.
Kalau aku biasanay buku, pakaian anak, sepatu juga apalagi anak-anak cepat sempit sekali. Belum pernah jual sih biasanya kasih yg mau aja
Decluttering ternyata berhubungan banget dengan kesehatan mental ya, Mak.. Kemauan untuk ngga terikat dengan apapun, sekalipun itu adalah kenangan indah, itu bukan hal yang mudah memang. Berarti kalau kita belajar decluttering, kita pun belajar untuk bisa move on ya? Hihi...
ReplyDeleteDecluttering itu gak mudah karena sering ada sentimental dan kenangan sama barang tertentu. Tapi kalau udah gak kepakai, masa mau disimpan aja? Sekarang mulai belajar itu biar penyimpanan lebih lega
ReplyDeletemenyingkirkan barang-barang apalagi yang penuh kenangan itu memang susyah deh..
ReplyDeletetapi kalo nggak dimulai rumah udah macam gudang semua disimpen hehe
aku pun sekarang lagi berusaha decluttering tipis2
semoga makin lama makin kuat tekadnya dan ga syang2 lagi hohoho
aku juga sudah baca buku Marie Kondo. Bermanfaat banget buat aku yang suka ngumpulin baju atau barang hasil pemberian kakak2. Karena kenangan jadi berat melepaskan.
ReplyDeleteAkutu juga berat banget, kak..melakukan Decluterring.
ReplyDeleteKalau gak kemarin pindah rumah, pasti deh...menganggap rumah masih cukup, banyak sekali barang-barang yang disimpan, sayang dibuang. Dan ternyata habit "sayang buang-buang barang" ini menurun ke anak-anakku.
Sehingga bisa dibayangkan mainan dan baju bayi-bayi mereka masih aku simpan dengan baik.
bukan cuma orang jepang Mak, orang Indonesia juga sudah sejak dulu melakukan hal ini, hehehe. barang bekasa gak dibuang percuma aja , dibagikan ke sanak keluarga, mengurangi barang di rumah di bagi ama keluarga yang lain, mislanya aja baju bekas , rasa sosial orang Indonesia emang top sejak lama,hehehe
ReplyDeleteSudah lama mba aku tidak melakukan aktivitas decluterring ini. Klo aku sih termasuk ratu tega kalau pas bersih-bersih gini. Ketika sudah niat decluterring, bakalan muncul berkardus2 atau berplastik2 barang yang kusingkirkan hehehe...
ReplyDeleteHanya satu yang selalu tidak tega kusingkirkan. Buku.... kesayanganku yg satu ini lebih banyak yang kusimpan dibandingkan masuk kotak decluterring.
Mau mulai declatering aku kok masih pikir2.kadang masih sayang.. gitu.. Padahal ya udah gak dipake juga sohm..
ReplyDeleteAku akhirnya rencana mau bikin kayak kardus ala-ala orang luar negeri gitu yg isinya barang paling kita jaga dan kita kenang. Ga boleh banyak dan harus muat dalam kardus itu hihi.
ReplyDeletewah iya kayanya yang berat dari decluttering itu menyingkirkan kenangannya ya maaaak.. Tapi katanya kenangannya ttp bisa kita simpan dengan menyimpan foto dari barang tersebut yaaa.. Aku masih mengumpulkan niat buat decluttering nih. hihi
ReplyDeleteAku tuh juga orang yang suka menyimpan barang2 kenangan, malas banget melakukan decluttering. Tapi, lama2 yang aku pilah2 juga sih karena rumah jadi penuh.
ReplyDeleteAku juga lagi decluterring mbak, tapi pelan pelan bangeeet wkwkwk. Soalnya ya ada bayi sih, ga bisa maksimal. Semoga nanti ada waktu untuk benar-benar "bedah rumah" untuk declutter ini itu. Aamiin YRA.
ReplyDeleteSejak terinspirasi untuk decluttering setelah membaca bukunya Marie Kondo, saya menemukan perubahan-perubahan dalam hidup saya. Rasanya senang sekali menemukan orang-orang yang juga merasakan manfaat dari decluttering.
ReplyDelete