Alhamdulillah, akhirnya wisuda! Pekik anak-anak saya begitu saya keluar dari auditorium Prof. H. Abdullah Shiddiq, S.H tempat saya di wisuda di kampus UIKA Bogor. Anak-anak pun mengelilingi saya sambil menyerahkan dua buket bunga. Satu buket bunga asli dapat beli dari pedagangan asongan dan satu buket bunga buatan mereka.
"Keren, Umi! Akhirnya wisuda, yey!" sambut mereka turut bergembira.
Kami pun berfoto bersama di dekat gedung rektorat. Mereka memperlihatkan bunga hasil karya mereka. Ada beberapa ucapan selamat untuk saya yang ditulis mereka dan abinya. Jadi selama mereka menonton prosesi wisuda di bilik ayahnya (kebetulan suami dosen di UIKA dosen teknik sipil) mereka nobar sambil membuat rangkaian bunga. Ya Allah, benar-benar terharu!
|
Buket bunga buatan anak-anakku ada ucapan selamatnya! |
Wisuda ke-73 UIKA Bogor
Pada hari Selasa tanggal 23 November 2021 lalu, alhamdulillah saya termasuk dalam mahasiswa yang di wisuda ke-73 UIKA Bogor. Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT akhirnya saya sampai juga di titik ini. Suasana haru dan menggembirakan bercampur menjadi satu. Saya kuliah lagi diusia yang tidak muda. 45 tahun sekian, pada bulan September 2018. Mana punya Saki yang berusia 1,5 tahun yang sedang hobi berekplorasi. Lari ke sana, lari ke sini. Dan selesai pada bulan Februari 2021. Dengan segala keterbatasan usia dan keterbasan aktivitas, alhamdulillah bisa menyelesaikan studi magister dengan predikat TERPUJI (cum laude) sungguh menggembirakan sekaligus membanggakan.
Setelah wisuda, secara otomatis saya resmi menjadi alumni Magister Teknologi Pendidikan konsentrasi Pendidikan Anak Usia Dini UIKA Bogor dengan menyandang gelar Magister Pendidikan (M.Pd). Ternyata dengan memiliki bayi berusia 1,5 tahun dan dikaitkan dengan studi yang sedang dalami, Pendidikan Anak Usia Dini, justru anak saya menjadi laboratorium hidup saya dalam mendalami anak usia dini. Mungkin ada yang penasaran cara saya membagi waktu saat menulis tesis. Sudah saya ceritakan di artikel berjibaku raih gelar magister ala ibu.
MasyaAllah. Dalam kesempatan ini saya ingin berterima kasih kepada anak-anakku yang dengan sabar mengikhlaskan uminya bersekolah lagi. Juga kepada Kak Arien, suamiku tercinta, yang menjadi sponsor dalam pembiayaan kuliah. Alhamdulillah setelah perkuliahan berjalan, ada bantuan beasiswa dari UIKA, pembebasan uang kuliah 1 semester dan pembebasan uang gedung. Setelah itu ada saja rezeki yang Allah berikan untuk membayar uang kuliah. Rezeki itu dari hasil menulis dan menjadi narasumber dalam berbagai kegiatan literasi. Alhamdulillah ala kulli hal.
Cerita Jelang Wisuda
Sehari sebelumnya, Senin 22 November pagi, saya cuci jubah dan slaber. Sebenarnya perlengkapan wisuda sudah saya dapatkan hari Jum'at, 19 November, namun entah kenapa waktu itu santai saja heuheu. Perhatian untuk yang mau mencuci slaber (selempang dada). Cara mencucinya jangan dikucek, ya. Cukup di rendam sebentar, bilas dan jemur tanpa diperas. Begitu juga dengan toga. Namanya pas pandemi begini. Saya beneran prokes ketat untuk segala macam barang dari luar. Toga saya semprot dengan sanitizer dan disemprot kiss spray karena bau sekali. Entah baunya berasal dari kardusnya atau apa gitu. Benar-benar mengganggu, lalu di jemur di panas matahari. Alhamdulillah hari Senin lalu itu benar-benar panas. Jadi semua cucian yang tidak diperas bisa kering.
Senin siangnya saya mengikuti gladiresik perhelatan wisuda yang akan diselenggarakan keesokan harinya. Jadi wisuda ke-73 ini dilakukan hybrid. Wajibnya offline di auditorium Prof. H. Abdulllah Shiddiq, S.H. Namun bagi yang berhalangan hadir, seperti para mahasiswa yang dari Malaysia dan Singapura, bisa mengikuti lewat online dari rumah masing-masing.
Panitia telah mempersiapkan sedemikian rupa. Karena saat ini pandemi belum usai. Maka dilakukan protokol kesehatan yang ketat. Mahasiswa yang wisuda dianjurkan menggunakan masker N-95 atau masker berwarna putih.
|
Masker kain yang saya pakai gak dijual di tempat lain. Hand made by me
|
Karena saya tidak memiliki masker N-95, sudah sore pula mendengar pengumumannya. Jadi semalaman, saya membuat masker sendiri dari jilbab bekas. Akhirnya saya kerahkan juga keterampilan menjahit agar bisa menggunakan masker berwarna putih. Jadi nanti di dalam menggunakan masker medis, di luar menggunakan masker putih senada dengan jilbab yang saya kenakan. Kalau udah deadline memang adrenalin ini berfungsi dengan baik, ya. Kekuatan pun bertambah di detik-detik akhir hihiihi. Alhamdulillah jadi juga deh 2 masker malam itu.
Hari H Wisuda Ke-73 UIKA Bogor
Alhamdulillah anak-anak mau hadir dalam wisuda uminya tanpa tanya. Maklum kan masih suasana pandemi, yaa. Mereka biasanya banyak tanya soal prokesnya gimana, tapi sekarang mereka sudah paham, bagaimana harus berada di luar rumah. Saki malah bilang, dede sudah lulus, boleh keluar rumah hihihi. Iya, kadang kami berseloroh, yang sudah bisa keluar rumah yang sudah lulus pelatihan prokes. Jadi yang belum keluar rumah belum lulus hehe makanya Saki senang sekali dia.
Oiya, Saki juga lulus sekolah magister lho, karena waktu umi kuliah Saki ikut kuliah juga. Sampai teman-teman umi juga kenal sama Saki dan menjadi teman kuliah Saki. Saki ikut umi kuliah sejak masih digendong-gendong usia 1,5 tahun, sampai akhirnya umi mengerjakan tesis di rumah saja. Waktu wisuda kemarin, teman -teman umi pada pangling sama Saki karena sudah tinggi, katanya. Udah jadi gadis hehe
Kami berangkat dari rumah pukul 07.30 pagi. Tadinya mau saya duluan yang diantar pak suami. Tapi saya kuatir kepikiran anak-anak tidak siap. Jadi akhirnya mereka pun berangkat bersama dengan saya. Alhamdulillah jalanan lengang, jadi tidak telat sampai di tempat wisuda. Lagipula UIKA dan rumah saya cuma kehalangan sama Jogja dept store. Dekat banget. Cuma khawatir aja sih, namanya macet kan gak bisa diprediksi ya.
Hari itu, saya di wisuda sesi pertama. Wisuda ke-73 ini dibagi menjadi 6 sesi dan dilakukan selama 3 hari, yaitu dari tanggal 23 November hingga 25 November 2021.
Sampai di depan rektorat, suasana lengang karena keluarga tidak
diperkenankan masuk ke dalam auditorium. Hanya Mahasiswa saja yang boleh
masuk ke dalam auditorium. Jadi mobil juga tidak banyak di tempat
parkiran. Suasana sangat kondusif. Tenang dan khidmat.
Saya pun bersegera turun dari mobil sementara suami dan anak-anak menunggu di kantor suami di Teknik Sipil. Berjalan menyusutri jalan ke arah auditorium Prof. H. Abdullah Shiddiq, S.H saya bertemu dengan teman saya, Bu Yuvita. Ya Allah, beneran pangling. Saya hampir tidak mengenalinya karena maklum deh, biasanya enggak make-upan kan, eh sekalinya make-upan jadi manglingin. Sementara karena saya pakai masker, jadinya dia juga gak ngeh itu saya. Waduh kita jadi ketawa tawa aja jadinya.
Lalu kami bersama-sama berjalan ke auditorium. Sesampainya di sana masih antre ke dalam ruangan tempat prosesi wisuda. Jadi akhirnya kami berfoto-foto dulu saja di depan auditorium. Aji mumpung!
|
Saya, bu Yuvita dan Bu Nunur tali toga masih di kiri
|
Alhamdulillah prosesi wisuda berjalan dengan lancar. Jujur waktu itu saya agak degdegan juga. Padahal cuma duduk aja heuheu. Ada haru juga menggayuti hati. Teringat mama dan papa allahuyarham. Ingat mama pernah bilang, kamu akan menjadi anak yang sukses. Waktu itu saya tidak begitu paham, sukses dalaam hal apa? Ternyata maksud mama mungkin saya akan sukses lewat jalur pendidikan. Semoga ilmu ini akan menjadi wasilah bagi mama papa agar diampuni segala dosanya dan dinaikan derajat serta dimasukan ke dalam surga-Nya. Amiin ya rabbal alamin.
Saat prosesi wisuda keluarga tidak boleh masuk ke dalam ruangan. Jadi anak-anak menonton bareng di bilik abinya. Kebetulan di ruang rapatnya, monitornya besar, jadi puas menonton umi dari jauh, katanya. Alhamdulillah. Langsung pada capture umi pakai hape Samsung.
Ulang Tahun Dirayakan Usai Wisuda
Waktu wisuda kemarin itu bertepatan dengan ulang tahun uwa Winda. Uwa Winda ini kakak saya nomor 3. Karena suaminya sedang dinas ke NTB, dia ingin ulang tahunnya dirayakan bersama keponakannya saja. Jadi dia bawa kue ulang tahun yang dibelikan Pakde (suaminya) ke tempat wisuda.
|
Makan kue ulang tahun rame-rame usai wisuda di teknik sipil ruangan abi
|
Kita makan kue rame-rame di ruang kerja suami sebelum berfoto di studio foto yang disediakan oleh universitas. Barakallah Uwa Winda. Semoga panjang umur, murah rejeki dan berkah usianya.Anak-anak saya, Sarrah dan Saki memberi uwanya hadiah, dibuat malam sebelumnya.
Supporter Sukses Adik-adik
Kakakku Winda ini salah satu supporter terbaik saya dalam meraih pendidikan tinggi. Ingat dulu waktu kita sama-sama abege, baru mengenal hijab, bersama-sama menuntut ilmu di Al-Qudwah. Dia yang selalu mengajak saya untuk menimba ilmu. Tapi kemudian saya pernah juga ada masalah dianya, lalu diam-diam saya pergi ke Semarang dan melanjutkan kuliah di Unnes (IKIP semarang).
Keluarga saya waktu itu keluarga dengan ekonomi yang pas-pasan. Papa saya bekerja sebagai clerk di Bank Dagang Negara (BDN). Tahun 1996 saat resesi ekonomi global terjadi merger bank-bank di Indonesia. Salah satu yang dimerger adalah BDN, bank di mana papa saya bekerja. Setelah dimerger, BDN menjadi Bank Mandiri. Jadi diputuskan PHK atau pensiun dini. Papa sedih sekali. Kami juga. Akhirnya papa memutuskan untuk pensiun dini. Yah, daripada di PHK, kan? gak jelas nantinya bagaimana.
Saya kemudian merasa harus tahu diri. Mau berhenti kuliah saja. Tapi kakakku Winda tidak setuju. Dia akhirnya ikut saya ke Semarang membantu dengan bekerja di Semarang dan menemani saya sampai selesai. Jika waktu itu beneran berhenti kuliah, entah apa yang terjadi, yaa. Mungkin tidak akan sampai pada titik ini karena takdir telah berubah ceritanya.
Nasehat kakakku Winda tersayang saat itu: "Jangan pernah berhenti sekolah, karena dengan pendidikan/ilmu Allah akan meninggikan derajat kita."
Kata-kata itu terus saja teringang dalam gendang telinga saya hingga hari ini. Memenuhi hati, pikiran dan perasaan. Hingga akhirnya, alhamdulillah, memang benar apa yang dikatakannya. Allah meninggikan orang-orang yang berilmu dengan derajat yang tinggi. Semoga ilmu yang diraih oleh anak-anak mama papa allahuyarhamhum, insyaAllah akan menjadi wasilah kebaikan keduanya hingga yaumil akhir, menjadi penyebab mama papa masuk surga Allah, dan bersama-sama berkumpul kembali di surga-Nya Allah. aamiin ya rabbal alamin.
Semoga cerita pengalamanku di wisuda di usia yang hampir senja ini menginspirasi teman-teman semua dan juga yang sedang berjuang menyelesaikan studinya. Akan menjadi penghibur bagi teman-teman yang sedang berjibaku di aktivitas lainnya. Atau sedang merasa tidak percaya diri karena kita suka disepelekan sebagai ibu rumah tangga saja. Padahal ibu rumah tangga yang berpendidikan itu memang sudah seharusnya ya, karena al umm madrasatun ula. IIbu adalah madrasah pertama dan paling utama.
|
foto keluarga dulu sebelum pulang
|
Semangat, Moms dan teman-teman semuanya. Semoga akan ada pekikan bahagia juga di rumah moms dan teman teman semua ya. Alhamdulillah, akhirnya wisuda!
Salam sukses selalu
Masha Allah mbak, seru dan menginspirasi baca ceritanya. Hebat ih di usia senja masih gali ilmu. Semoga ilmunya selalu berkah dan bermanfaat. Insha Allah
ReplyDeleteiya mbak, alhamdulillah, mumpung ada kesempatan dan didukung oleh suami dan anak anak :-) Makasih doanya ya mbak, aamiin ya rabbal alamin
Deletealhamdulillah. barakallahu fik. keren nih tetap semangat belajar meski sudah umi2. semoga makin besar manfaat yang bisa kausebarkan pada dunia, ya. aamiin...
ReplyDeletealhamdulillah mbak Farida. Terima kasih doanya. semoga demikian juga dengan mbak farida ya. sukses selalu
DeleteLUar biasa Ummi Saki tak pernah tak semangat menuntut ilmu. InsyaAllah ilmunya berkah. Dan menurutku memang penting sekali dukungan keluarga seperti suami dan anak biar kita bisa semangat dan nyaman belajar menyelesaikan kuliah ya mba. Sekali lagi, selamat selamat :)
ReplyDeleteAlhamdulillah...Selamat ya atas wisudanya. perjuangan yang ga akan terlupakan. sangat menginspirasi kita semua. menggali ilmu walau usia senja tetap semangat. salut banget...
ReplyDeleteAlhamdulillah selamat ya Mba... keren semangatnya nih.... Bisa jadi motivasi buat anak-anak juga ya...hehe.....Semoga ilmunya berkah ya Mba... :D
ReplyDeletewah selamat yaaa mba sudah wisuda dengan lancar dan hasilnya memuaskan pastinya dan pas banget nih yaa syukurannya dengan merayakan ulang tahun juga, kebahagiaannya combo nih
ReplyDeleteAlhamdulillah, wisuda yang sangat berkesan ya mbaa... ditungguin sama suami dan anak2 dan mendapat dukungan penuh selama belajar. Selamat ya mbaa
ReplyDeleteKalau saya jadi anak anak pasti bangga banget punya bunda seperti mba sri, aniwe selamat ya mba ikut terharu dan senang.
ReplyDeleteSelamat mbak Sri.
ReplyDeleteSalam kenal dari Lombok.
Kisah wisudanya sangat inspiratif, apalagi sudah ditemani enam orang anak. Barakallah, dan saya jadi nambah jejaring narsum master PAUD ini. Kebetulan di Lombok, saya juga sering jadi narsum terkait materi literasi digital.
Masya Alloh, semangat belajarnya luar biasa, Mbak. Selamat, atas prestasinya ya, Mbak.
ReplyDeleteBtw, kreatif banget maskernya.
waah happy graduation \^^/ masyaAllah kereeen! jadi pengen kuliah lagi nih aku. jadi inget ternyata wisuda sarjana sudah 10 tahun lalu. berkah ilmunya ya mba.. aamiin..
ReplyDeleteSelamat ya, mba atas wisudanya. Ikut seneng ndengernya. Terbukti ya, usia dan segala kerempongan mengurus bayi bukan penghalang untuk terus menuntut ilmu. Salut!
ReplyDeleteSelamat dan sukses, kak Sri.
ReplyDeleteBarakallahu fiik~
Yakin bahwa dengan bantuan Allah , apa yang diupayakan bisa berjalan lancar.
Senang sekali membaca perjuangan kak Sri.
Masya Allah, lengkap sekali perjuangannya dimulai dari awal kuliah hingga menjahit masker untuk wisudah. Semoga menjadi tabungan amal untuk akhirat kelak.
ReplyDeleteSelamat dan sukses selalu ya, mbak. Hebat sekali bisa mengatur waktu dengan baik hingga bisa lulu's 😍
ReplyDeleteMasyaAllah.. Terharu banget, luar biasa kakaknya ikut menyemangati dan membantu Mbak Sri. Barokallah untuk ilmunya mbak, semoga bermanfaat dan menjadikan banyak orang ketularan ilmunya.. Selamat untuk wisudanya yaa..
ReplyDeletealhamdulillah, keren banget kamu mak, bisa menyelesaikan pendidikan dan wisuda dengan segala tantangan yang ada
ReplyDeleteSElamata ya mbak... aku terharu banget dengan semangatnya untuk terus belajar.. Kebayang kerepotannya kuliah, ngerjain tugas dsb sambil ngurus rumah dan anak. Blom lagi urusan-urusan sosial lain. Energimu memang luar biasa. Inspiratif banget.
ReplyDeleteAlhamdulillah. Masya Allah. Selamat ya mbak atas wisudanya. Kisahnya sangat menginspirasi. Semoga ilmunya bermanfaat dan berkah. Sukses selalu ya mbak 👍
ReplyDelete-Katerina-
Alhamdulillah.. Selamat ya mba, semoga ilmunya makin berkah dan bermanfaat bagi sesama. Inspiratif banget. Saya juga kalau ada rejeki pengen kuliah lagi. Bismillah dulu aja, siapa tahu bisa dapat beasiswa, aamiin....
ReplyDeleteSuperr mommm disaat usia tak lagi muda dan punya buntut yg masih kecil.tapi akhirnya bisa menyelesaikan kuliah selamat ya mam
ReplyDeleteSelamat, Mbak. MasyaAllah, saya ikut terharu. Semoga ilmunya bermanfaat ya, Mbak. Aamiin Allahumma aamiin
ReplyDeleteKetawa aku Mom pas liat temennya juga sadar kamera di foto atas itu. Temen yang di belakang Mom. Btw, selamat ya akhirnya bisa meraih gelar M.Pd meski usia udah kepala 4. Insya Allah berkah ilmunya. Aamiin.
ReplyDeletePerjuangan sekali Ummi Saki tak lelah menimba ilmu. Dan ya kebayang dulu Saki masih imut tapi skarang makin gede tinggi. Selamat sekali lagi ya mba. InsyaAllah berkah
ReplyDeleteAlhamdulillah.. Selamat mbaaa semoga ilmunya bermanfaat yaa. Aku jadi pengen kuliah lagi setelah baca artikelnya
ReplyDeleteMasya Allah, keren banget, Mbak. Selamat ya, semoga ilmunya makin bermanfaat. Dalam hal menimba ilmu, memang tak pandang usia ya, Mbak. Dan saya seneng melihat orang-orang yang terus menimba ilmu meski bukan usia muda lagi. Seperti menjadi motivasi diri sendiri bahwa usia bukanlah halangan untuk terus belajar.
ReplyDeleteBarakallahu fiik, kak.
ReplyDeleteSemoga semakin sukses dengan ilmu yang dimiliki dan menjadi manfaat untuk masyarakat.
Seneng bange menjadi wisudawan dengan predikat cumlaude di kampus UIKA Bogor.
Ya Allah, bikin terpacu lagi semangat kembali ke kampus aku mbak
ReplyDeletebaca cerita ini, jadi yakin kalau perempuan tetap bisa melanjutkan pendidikan meski sudah berkeluarga
Selamat ya mba atas wisuda magisternya, semoga berkah ilmunya, maskernya keren deh hand made
ReplyDeleteYa allah mbak aku jadi ikut terharu. Ga nyangka usia mbak Sri udah 45 tahunan. Kukira masih 39 lah. Huaa hebat lho masih semangat lanjut s2. Aku tahu banget ga mudah, apalagi saat tesis. Selamat ya mbak, bikin aku jadi makin yakin bahwa ke depannya aku masih bisa menggapai karir yang kuimpikan. Aamiin
ReplyDeletealhamdulilah seamat ya mba berkah dengan gelarnya jadi inspirasi buat daku nih yang pengen sekolah lagi.. Bismillah pasti bisa kayak mba
ReplyDeleteMbak Sri keren banget kebayang nih serunya gedabrukan ngurus anak, rumah tangga, dan tugas2 kuliah ya mbak. Namun akhirnya terbayar sudah dengan lulus dan wisuda juga ya mbak Sri. Selamat buat wisudanya semoga ilmunya bermanfaat dan berkah ya.
ReplyDeletebarakallah ya mba sri, lanjut lagi deh sampai S3 yah, semangat
ReplyDeletewaa keren mba sri, barakallah, saya nih masih maju mundur cantik diajak kuliah lagi, rasanya kepala takut luber hihi
ReplyDeleteCongratulations mba atas wisadanya, semoga berkah ilmunya. Salut deh sama anak2nya yg antusias banget
ReplyDeleteMasya Allah, selamaaaat Mbak Sri. Berkah ilmunya! Selamat juga Saki lulus S2, hihi ...
ReplyDeleteini jadi pelecut aku buat kuliah lagi. Ga boleh berhenti belajar, yes! Suami udah suruh sih, tapi aku mau ajukan proposal biaya juga dong. heheh
Alhamdulillah, selamat ya Mbak, semoga ilmunya bermanfaat. Enggak kebayang bagaimana riweuhnya kuliah terus punya balita, perjuangan banget pastinya.
ReplyDeleteAlhamdulillah Maaak akhirnya wisuda juga. InsyaAllah ilmunya berkah dan bermanfaat :D
ReplyDeleteKeren Mbak. Jadi malu, nih, karena sempat pengen kuliah lagi tapi mikir dua hal: usia 40+ dan puna batita. Ternyata bukan halangan.
ReplyDeleteJadi pengen ngmpulin semangat untuk kuliah S2 lagi kalau gini