Anak bahagia lahir dari ibu bahagia. Hai, Moms, apa kabar? Awal bulan Agustus saya ingin sharing kegiatan saya kemarin sore mengisi kulwap (kuliah whatsaap). Kegiatan ini kegiatan bulanannya Rumah Keluarga Indonesia (RKI) di daerah Ciwaringin dan Kebon Kalapa Bogor dekat tempat tinggal saya. Tema yang diminta panitia terkait parenting. Dan ditentukanlah topik yang dibahas adalah Anak Bahagia Lahir dari Ibu dan Ayah Bahagia. Nah, pada postingan ini, saya hanya ingin membahas topik yang dekat dengan kita saja,ya, menjadi ibu bahagia.
Anak Bahagia lahir dari Ibu Bahagia
Moms, pastilah setuju ya dengan pernyataan di atas. Kalau ibu bahagia, tentu suasana di rumah tentu semarak dengan gelak dan tawa, ya. Rumah itu menjadi hidup. Denyutan kehidupannya terdengar hingga mampu menularkan kepada rumah-rumah di sekitarnya. Rumah menjadi hangat dan selalu dikenang sepanjang masa. Anak yang lahir di dalam rumah itu pun akan bahagia karena memiliki ibu dan ayah yang bahagia.
Ibu Bagaikan Cahaya di Rumah
Professor Gunarsa menyebut bahwa ibu ibaratnya lilin di dalam rumah. Cahayanya menerangi sampai ke sudut-sudut rumah. Ibu juga jantung rumah, karena degup kehidupan rumah ada di tangan ibu. MasyaAllah ya, moms. Sebaliknya, jika ibu tidak bahagia. Rumah tidak akan ada cahaya sedikit pun. Jika ibu sedih, akan berimbas pada suasana di dalam rumah secara keseluruhan. Ibu marah, akan berimbas pula kepada layanan pada suami dan berimbas pula pada anak.
Peran kita itu benar-benar besar yaa, moms. Selain pentingnya peran ibu cerdas dalam mempersiapkan anak pada zamannya, ibu dituntut menjadi cahaya di rumah. Sehingga ini menjadi seperti pengingat kita bahwa ibu harus bahagia. Agar cahaya di rumah kita tidak pudar dan degupan jantung di dalam rumah tidak mati.
Bahagia itu Apa?
Dari berbagai referensi yang saya baca, ternyata makna dari kata bahagia itu belum benar-benar final bagi setiap orang. Jadi di dalam kamus bahasa pun, arti bahagia itu banyak banget. Tergantung apa yang sesuai dengan kondisi kita saat merasakan bahagia. Karena bahagia itu menyangkut perasaan.
Di dalam al-Qur’an, kata bahagia merupakan terjemahan dari kata
sa’id/sa’adah, sementara kata sengsara yang merupakan lawan kata dari
bahagia adalah terjemahan dari Saqiy. Selain kata Sa’id, kata Falah,
najat, dan najah juga digunakan al-Qur’an dalam makna bahagia. Kata sa’adah (bahagia) mengandung anugerah Allah SWT setelah terlebih dahulu mengarungi kesulitan, sedangkan falah mengandung arti menemukan apa yang dicari (idrak al-bughyah).
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) kata bahagia diartikan dengan keadaan atau perasaan senang tentram (bebas dari segala macam yang menyusahkan. Lebih rinci lagi, dalam kamus Tesaurus bahagia diartikan dengan aman, baik, beruntung, cerah, ceria, enak, gembira, lega, makmur, mujur, puas, riang, sejahtera, selamat, senang, sentosa, suka cita, dan tentram.
Cendekiawan Muslim asal Bogor, Prof Syed Muhammad Naquib Al-Attas, mendefinisikan kebahagiaan sebagai kesejahteraan yang bukan hanya lahiriah. Kebahagiaan tidak merujuk pada ketenangan pikiran. Ini adalah keyakinan diri akan hakikat segala yang ada.
Dari definisi di atas, dapat ditarik simpulan bahwa bahagia adalah suatu keadaan yang berkaitan dengan perasaan. Bahagia merupakan kenikmatan dari Allah SWT dan kebahagiaan adalah manifestasi berharga dari mengingat Allah.
Menurut Prof Syed Muhammad Naquib Al-Attas, puncak kebahagiaan manusia adalah ketika ia berhasil mencapai tahap mengenal Allah SWT. Kemudian setelah mengenal Allah, maka ia akan merasakan kebahagiaan karena yakin akan Allah. Kebahagiaan datang sebagai penuaian amalan yang dikerjakan oleh diri berdasarkan keyakinan dan menuruti batinnya. Kebahagiaan merupakan kondisi hati yang dipenuhi dengan iman dan berperilaku sesuai dengan keyakinannya itu.
Orang yang bahagia, ditandai dengan kepuasannya kepada apa yang telah diraihnya saat itu. Sehingga ia tak putus bersyukur dengan segala apa yang dianugerahkan Allah kepadanya.
Mulai Kapan Anak Bahagia?
Dari hasil perenungan saya setelah membaca berbagai referensi dan dari pengalaman pribadi. Saya menyimpulkan bahwa anak bahagia dimulai dari 4 fase kehidupannya di dunia. Jauh sebelum anak lahir ke dunia.
1. Saat Ibu dan Ayah menikah
Saat ini adalah saat yang paling berbahagia, ya, antara ibu dan ayah. Allah menyatukan dua orang yang berbeda dalam satu mahligai pernikahan yang sah. Ketika akad nikah, arasy Allah bergetar karena dahsyatnya mitsaqan ghalizha (perjanjian yang kuat). Dalam Islam, pernikahan disebut sebagai mitsaqan ghalidza atau perjanjian agung.
Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil perjanjian yang kuat (ikatan pernikahan) dari kamu. (Al-Quran surah An-Nissa: 21)
Pernikahan mengandung mitsaqan ghalidza. Pernikahan bukan perjanjian yang bisa dimain-mainkan. Rasulullah bahkan bersabda bahwa perbuatan yang dibolehkan tapi paling dibenci Allah adalah perceraian. Jadi, ketika ayah dan ibu menikah, anak akan memiliki keluarga yang utuh dan memiliki nasab yang jelas. Anak akan bahagia karena mengetahui bahwa ayah ibunya menikah karena menginginkannya lahir ke dunia.
Hayo ibu, mari kita bernostalgia saat pertama kali memutuskan menikah dengan si dia. Ihiy. Pasti ini ada campur tangan Allah yaa. Pasti ibu ada yang istikharah dulu mencari ketenangan sebelum memutuskan menikah. Pasrah pada ketetapannya dan berusaha menjalani kehidupan sebagai istri dengan rido karena Allah. Happily ever after.
2. Saat anak berada di dalam rahim ibu.
Rahim artinya kasih sayang. Ar Rahim adalah nama bagi Dzat Allah dan
juga merupakan salah satu sifat-Nya. Jika Ar Rahman adalah maha pengasih
untuk semua makhluk, Ar Rahim adalah maha penyayang untuk hamba-Nya
yang beriman.
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian kami jadikan air mani itu segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci Allah Pencipta Yang Paling Baik.” (Al Quran Surah Al-Mu'minun Ayat 12-14).
Ini adalah kali pertama si kecil berada di dalam kenyaman rahim ibu. Selama di dalam perut segenap jiwa raganya sudah pasrah berada dalam bidadari yang dipilih oleh Allah kepadanya. Si kecil trust, percaya bahwa bidadari penjaganya akan menjaganya dengan penuh kasih sayang dan kelembutan. Akan sangat bahagia menerimanya dalam segala keadaan. Jadi teringat apa yang disampaikan oleh dr. Meita Dhamayanti, SPA (K)., M.Kes., ibu yang bahagia selama mengandung akan melahirkan anak yang bahagia dan ideal. Saat anak lahir, kebahagiaan ibu akan mencerminkan tumbuh kembang anak
3. Saat anak lahir ke dunia.
Pada masa ini bayi telah mendapatkan pelukan dan curahan kasih sayang dari orang-orang di sekitarnya. Terutama dari ibu ayahnya. Ayah yang siaga mengantar ibu bersalin. Mengazani bayinya ketika lahir dan mengaqiqahi anaknya ketika berusia 7 hari dan memberi nama yang baik. Kemudian ibu dengan kasih sayang, memberikan ASI ketika bayi lahir ke dunia.
Saat menyusui banyak moment sentuhan yang bisa menstimulasi otak anak, sehingga anak akan tumbuh optimal, baik fisik maupun mentalnya. Sekali sentuhan, otak anak akan meresponnya dengan perkembangan otak yang semakin besar dengan jaringan saling berkaitan. Begitu juga ketika dia mendengarkan suara yang merdu dan lantunan surat Al Qur'an dari bibir ibu dan ayah. Otak anak meresponnya dnegan cepat dan anak menjadi tenang dan bahagia.
4. Saat anak tumbuh dan berkembang.
Penerimaan ayah dan ibu kepada anak akan memberikan dampak besar kepada anak. Anak yang bahagia akan menjadi anak yang kuat fisik dan psikisnya. Mereka akan tahan pada berbagai tantangan di luar rumah. Karena ada orang-orang yang menerimanya tanpa tapi dan menyayanginya sepenuh hati.
Kelekatan anak pada kedua orang tua merupakan faktor penting dalam tumbuh kembang anak yang optimal (John Bowbly). Anak yang percaya pada ayah dan ibunya akan menjadi anak yang mudah dalam pengasuhannya dibandingkan dengan anak yang tidak percaya kepada kedua orang tuanya. Oleh karena itu, penting sekali mendapatkan kepercayaan dari anak, agar ayah dan ibu dimudahkan dalam mengasuh dan mendidik buah hatinya.
Dalam hal ini keteladanan dari ayah dan ibu haruslah menjadi fokus utama dalam meraih kebahagiaan di dalam keluarga. Sebagaimana Rasulullah yang menjadi tokoh teladan kita hingga akhir zaman. Sehingga dengan keteladanan ini, anak anak akan mendapatkan contoh terbaik dalam meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.
Ayah dan ibu yang bahagia akan memperhatikan kebahagiaan anak-anaknya. Tentu dengan bekal keimanan dan amal shaleh ya, moms. Ayah dan ibu yakin bahwa apa yang mereka lakukan semata-mata karena ingin mencari ridlo Allah. Ayah dan ibu akan ringan melakukan segala upayanya untuk membahagiakan anaknya.
Ayah dan ibu sadar bahwa anak adalah amanah yang harus dijaga dan dikembalikan lagi ke surga, tempatnya dahulu berada. Begitu juga anak yang shaleh, dengan didikan ayah ibu dengan didikan Rabbani, maka anak juga akan menarik ayah ibunya yang mungkin tergelincir ke dalam neraka untuk bersama-sama berkumpul di surga Allah SWT.
Nah, demikian Moms, sharing saya seputar ibu bahagia. Ternyata menjadi ibu bahagia itu penting sekali ya, moms, karena hal ini akan mempengaruhi keseluruhan isi rumah. Terutama pada tumbuh kembang si kecil di rumah hingga dia dewasa kelak. So, hayuklah moms, kita bertekad menjadi ibu bahagia, karena anak bahagia lahir dari ibu bahagia.
Salam Bahagia,
Belakangan ini, aku seriiing disergap rasa ga berguna dan ga bahagia gitu Mba
ReplyDeleteSemacam pandemic effect, atau karena yaaa banyak berita duka dari segenap penjuru mata angin
dan ini, memang beresonansi ke anak.
kalo aku sedih, anakku auto sedih juga
duh, jadi ortu memang beraattt warbiyasak :D
Semangaaattt!!
iya mbak, alau masalah emosi, tentu anak anak pun harus tahu, sedih, bahagia, agar terbangun empatinya. Namun dalam berbagai kondisi, tentu saja, ibu harus tetap bahagia karena peran kita sentral di rumah. kondisi ibu yang bahagia akan berdampak positif pada kehidupan rumah yang akan bahagia selamanya dan dikenang dengan kenangan yang indah
DeleteHayuuu, menciptakan bahagia dimanapun kita berada terutama di rumah, kegiatan yang sudah setahun lebih, sampai ga ada waktu lagi buat mengeluh.
ReplyDeleteSepakat banget, kalo ibu ibaratnya lilin di dalam rumah. Cahayanya menerangi sampai ke sudut-sudut rumah. Ibu juga jantung rumah, karena degup kehidupan rumah ada di tangan ibu.
Bener2 bangga menjadi Ibu. ❤️😘
Ah, baca tulisannya bikin meleleh kalo bahas soal anak.
Ibu bahagia keluarga juga bahagia termasuk anak ya mbak. Yuk sama-sama menjaga amanah dalam menjaga & membesarkan anak-anak
DeleteSepakat saya mak dengan ulasan dan penjelasannya, kalo mau ibuknya bahagia terus, maka bapak juga harus berpesan bikin ibuk happy. btw itu foto lama yang di bawah, anak nomer berapa aja mak
ReplyDeleteDuh duh duh.. saya terharu deh baca bahwa anak bahagia jika ibunya bahagia. Bener banget loh Mba Tuti, saya sudah lihat sendiri bagaimana kehidupan ponakan saya ketika memiliki ibu yang punya sakit jiwa. Efeknya ke adek saya yang jadi suaminya ikut tidak bahagia. Pantas saja ya kalau Allah kasih reward surga di telapak kaki ibu, karena pengaruhnya yang benar-benar besar.
ReplyDeletePengalaman sendiri nih saat mendidik anak orang, maupun mendidik anak sendiri itu memang kalau kitanya happy, ke anaknya juga jadi terbawa senang. Apapun nasihat dll bisa dimengerti dan diterima anak.
ReplyDeleteLain kali pas saya bete, eh apapun yang dikasih tahukan ke anak, boro-boro ditati yang ada anak malah murungkut alias ketakutan duluan.
Bagaimana kita, anak adalah percontohan
Masya Allah, Mbak ... ini bisa jadi calon buku, lho.
ReplyDeleteKeren materinya.
ibu ibaratnya lilin di dalam rumah ... saya sedang membaca sebuah buku, kisah nyata. Gak ada hubungannya dengan parenting tapi saya mengaitkannya ke sosok sentral "ibu". benar banget. Ibu meman harus mengupayakan dirinya untuk bahagia.
Sepakat banget, bagaimana pun mengupayakan dirinya bahagia itu ga gampang ya Mak, tapi insyaallah kalo ibu bahagia semua yang di rumah pun bahagia, aman sentosa. TApi sebaliknya, huuuu..(ga bisa ditulis, nanti panjaang) hahaa.
DeleteJadi ingat zaman suka ngisi RKI secara ofline deh jadinya hehe.... sekarang secara online ya jadi berupa kulwap atau zoom meeting. Keren nih bahasannya memang bener ibu itu harus bahagia kalau enggak bahagia murang maring marah2 kecapean hahahaha...
ReplyDeletesetuju banget mak sama judulnya kalo anak bahagia lahir dari ibu yang bahagia, karena itu saat hamil anakku satu-satunya ini (sementara, semoga diberi kepercayaan lagi aamiin), selalu jaga mood agar selalu happy supaya babynya juga happy
ReplyDeletePertama kali dengar kalimat ini bahwa anak bahagia dari ibu yang bahagia saat nonton tiktok, pas banget saat hati saya gundah sebagai ibu. Jadi jleb banget rasanya.
ReplyDeleteBener banget moms, kalau ibu bahagia, suasana di rumah jadi ceria. Itu sebabnya jika ingin menciptakan surga di rumah, ibu harus bahagia.
ReplyDeleteTerharu bacanya Mba, jadi memikirkan anak saya, apakah mereka bahagia terlahir dari rahim saya, semoga saya bisa jadi ibu yang bahagia buat mereka, sehingga mereka juga bisa tumbuh dalam kebahagiaan selalu.
ReplyDeleteAnak-anak yang bahagia, akan tumbuh jadi pribadi yang lebih baik :)
Aku sepakat mam, anak bahagia terlahir dari ibu yang bahagia juga. Ibu adalah kunci, makanya menjaga kesehatan mental bagi ibu sangat penting karena ibu adalah poros keluarga.
ReplyDeleteBerat memang menjaga anak untuk bahagia karena Kitanya dulu harus tetap bahagia di tengah berbagai masalah ya
ReplyDeleteSetuju sekali kalau ibu bahagia itu penting agar anak bahagia. Definisi bahagia dari berbagai sumber ternyata artinya beda ya, Mbak. Ibu bahagia, anak bahagia, jadi keluarga juga bahagia.
ReplyDeleteSaya setuju sekali mbak, anak akan bahagia dan merasakan kebahagiaan dalam hidup kalau Ayah dan Ibunya juga membiasakan di rumah bahagia. Kebahagiaan tidak selalu dalam bentuk hadiah, tapi cerita keseharian yg dialami di sekolah atau di tempat main juga memicu kebahagiaan
ReplyDeleteSetuju banget dengan judul artikelnya. saya pun merasakan saat anak anak rewel adalah cerminan mood saya yang kurang baik, namun saat saya bahagia, anak-anak jauh lebih kooperatif dan menyenangkan.
ReplyDeleteMengupayakan agar ibu bahagia tentu nggak hanya dari segi materi, tapi juga kasih sayang. Kesiankan kalo ibu kurang kasih sayang. Jadi ayah dan ibu udah semestinya nggak buntu dalam komunikasi, kasih sayang tetep tercurah di antara keduanya, pastinya anak pun ikut bahagia.
ReplyDeleteSetuju banget sama tulisannya mbak
ReplyDeletekalau lagi nonton film thriller, kebanyakan penjahatnya berasal dari keluarga yang tidak harmonis bahkan cenderung abusive
Yup, apa yang dirasakan si ibu akan berefek juga pada anaknya ya, bahkan selagi anak masih dalam kandungan dan belum lahir, jadi bumilpun harus bahagia tidak boleh stress. Ibu bahagia, anak bahagia. Sebaliknya juga begitu sih, melihat anak bahagia, ibu juga bahagia. Sama-sama bahagia.
ReplyDeleteSalut denganmu Mbak...sharingnya luar biasa ini. Jadi reminder buatku, untuk menjadi ibu bahagia. Mengingat pentingnya, karena akan memengaruhi keseluruhan isi rumah, dan tumbuh kembang anak hingga dewasa kelak.
ReplyDeleteSaya gak bisa gak setuju sama pernyataan itu mba, setuju banget malahan kalo anak bahagia lahir dari ibu yang bahagia
ReplyDeletePokoknya kalau rumah adem dan bahagia maka anak betah di rumah dan prestasi juga meningkat
ReplyDeleteMasya Allah, terima kasih mbaaa. Ga ikut kulwapnya tapi aku bisa menimba ilmu di sini untuk mengingat lagi mengasuh anak itu semata-mata mencari ridho Allah.
ReplyDeleteSetuju banget Mbak, ibu harus bahagia biar anaknya bahagia, karena kalau ibu marah, uring-uringan seisi rumah terkena imbasnya ya Teh jadi tak nyaman.. Anak juga bisa meniru perilaku ibu yang temperamental..
ReplyDeleteBetu mbak suasana rumah yang menyenangkan buat anak juga happy dan bisa mempengaruhi kehidupannya juga ya. Terima kasih sudha diingatkan lewat tulisan ini mbak supaya kita selalu bisa menjaga amanah untuk menjaga & mendidik anak-anak dengan baik
ReplyDeleteSetuju pakai banget!
ReplyDeleteMustahil membuat anggota rumah bahagia jika kita, sang ibu, tidak bahagia.
No way!
... dan untuk bahagia, kita harus mencarinya.
Bahagia bukan hadiah atau turun begitu saja dari langit.
Bahagia harus diupayakan!
Itulah kenapa pentingnya, iqra alias literasi.
Misalnya seperti yang Mak Sri hadirkan di atas tadi.
terima kasih mba Tuti, selalu mengingatkan untk selalu bahagia
ReplyDeleteaku nih yang masih kadan ngeluh heheh, soalnya kan sungkan tinggal ama mertua. Mau belajar cara berbahagia juga
setuju banget aku, Mbak, kalau anak bahagia karena orang tua yang bahagia juga. Karena sehari-hari dia akan dipenuhi dengan cinta, kebahagiaan dan kasih sayang
ReplyDeleteTernyata sumber kebahagiaan itu berasal dari ridho.
ReplyDeleteBila memulai kehidupan pernikahan dengan cara yang benar dan sesuai tuntunan Al-Qur'an, maka menjalaninya pun semoga dituntun Allah.
Ujungnya, rumah tangga bahagia, Ibu bahagia dan mendidik generasi yang penuh cinta.
Haturnuhun, kak..
Sudah berbagi.
Suka banget sama kulwapnya.
Saya sepakat, bahwa ibu yang bahagia akan membawa kebahagiaan pula bagi seisi rumah.
ReplyDeleteDan ternyata supaya anak bahagia, dimulai sejak penyatuan kedua orang tuanya ya, selama ini mikirnya cuma dimulai sejak bayi dalam kandungan saja. Ternyata lebih jauh dari itu
Sepakat, Mbak. Ibu itu ibarat lilin yang menerangi setiap sudut-sudut di rumah. Kalau cahayanya redup, rumah pun akan suram. Jadi memang seharusnya kita berusaha untuk bisa bahagia selalu, ya, supaya anak dan suami juga ikut bahagia.
ReplyDeleteah iya mbak
ReplyDeletemakanya anak g butuh ibu yg sempurna , anak butuh ibu yang bahagia
karena happy mom raise happy kids
Alhamdulillah makin bertambah ilmu saya membaca artikel mba. Semoga amanah dari Allah ini selalu bahagia memiliki ibu seperti saya hehe
ReplyDeletesetuju mba. makasih banyak reminder jadinya. kadang aku itu ngerasa lelah urus anak dll. tapi ternyata memang itu yang kembali menjadi tujuan awal kita menjadi ibu adalah membersamai anak asal jangan lupa bahagia agar anak bahagia untuk mendapatkan ridhoNya
ReplyDeletebener banget sih...kalo ibunya gak happy anak bisa banget jadi gak happy juga.. Makanya seorang ibu harus selalu bahagia ya..biar nular ke anak-anaknya
ReplyDeleteAlhamdulillah, semakin dapat ilmu parenting yang insya allah berkah ya mba, Aamin ya rabb
ReplyDeleteSetuju banget dengan ungkapan judul 'anak bahagia lahir dari ibu bahagia' tentu neneknya dulu juga bahagia he he eh..
ReplyDeleteTetapi sebagai seorang ayah saya juga ingin sekali membuat anak saya bahagia dan saya lakukan apa saja demi membuat mereka selalu tersenyum...termasuk memikirkan masa depan mereka