Waspada Hoaks! Cek Fakta di Masa Pandemi Covid-19 demi Kesehatan dan Keselamatan Keluarga. Demikian pesan singkat yang saya terima lewat layanan SMS. Moms, pernah mendapatkan SMS serupa? Kalau saya, sejak bulan Oktober 2020 lalu, setiap 2 minggu sekali mendapatkan pesan dari Satgas COVID-19, namanya Lawan Covid-19. Alhamdulillah, informasi-informasi di dalam Lawan Covid-19 ini membantu saya mengetahui situasi dan kondisi di masa pandemi ini. Dari mulai ajakan untuk disiplin prokes 3 M lalu berkembang menjadi 5 M, larangan mudik, program pemulihan ekonomi UMKM di masa pandemi, informasi layanan vaksinasi gratis dari pemerintah, jaminan keamanan vaksin Covid-19 yang aman dan halal dan ajakan untuk mewaspadai berita-berita hoaks di masa pandemi ini.
Saya yakin, seluruh warga Indonesia yang memiliki telpon seluler, tentu mendapatkan informasi yang sama dengan saya dari satgas Covid-19 dalam melawan Covid-19 ini. Oleh karena itu, saya masih tidak mengerti, mengapa di antara teman-teman dan keluarga saya, masih ada yang meragukan kebenaran informasi bahwa saat ini sedang masa pandemi Covid-19. kita sedang dalam keadaaan tidak baik-baik saja. Virus Corona itu ada dan menginfeksi banyak orang hampir di seluruh dunia. Bahkan di antara mereka ada yang mengembuskan informasi sesat, tidak boleh ke rumah sakit, karena nanti diCovidkan oleh rumah sakit. Akhirnya, dampak yang terjadi adalah kepanikan dan ketidakjujuran pada pasien yang bergejala, baik ringan, sedang maupun parah. Pasien gejala ringan menjadi parah karena penanganan yang salah dan terlambat. Akibatnya fatal dan menyebabkan kematian. Hal ini banyak terjadi di tengah masyarakat. Salah satunya terjadi pada keluarga saya sendiri. Meski keluarga jauh, tapi mendengar kronologis kejadiannya, saya sedih sekali. Keluarga termakan informasi hoaks yang disebarkan di grup whatsapp seperti di dalam gambar di bawah ini sehingga berujung kematian.
Happy Hypoxia adalah berkurangnya kadar oksigen dalam tubuh tetapi penderita tidak menunjukan gejala sehingga pasien terlihat baik-baik saja atau normal. Padahal pada saat itu, virus sedang merusak organ pernafasan pasien. Dan selang tak lama kemudian, bapak wafat. Bapak hanya bisa bertahan selama 3 hari. Setelah itu, Allah lebih sayang pada bapak. Innalillahi wa innailaihi rojiun. Semoga bapak husnul khotimah. Allahumaghfirlahu warhamhu wa afihi wa'fuanhu.
Pentingnya Cek Fakta di Masa Pandemi Covid-19
Pengertian Hoaks
Jenis Hoaks
- Misinformasi adalah adalah informasi atau berita palsu yang beredar, namun orang yang berbagi tidak menyadarinya bahwa itu salah atau menyesatkan.
- Disinformasi adalah suatu informasi yang dengan sengaja dirancang untuk menyebabkan kerugian.
- Malinformasi adalah informasi asli, namun penyebarannya dimaksudkan untuk menyebabkan kerugian bagi pihak tertentu.
- satire,
- konten menyesatkan,
- konten aspal,
- konten pabrikasi,
- konten gak nyambung,
- konteks salah, dan
- konten manipulatif.
Penyebab dan Dampak Hoaks
- Tingginya penetrasi internet secara global dan di Indonesia saat ini menyebabkan sirkulasi hoaks makin cepat. Sejak internet lahir, siapapun orang bisa memproduksi dan mendistribusikan informasinya sendiri tanpa ada proses moderasi yang ketat. Ini menyebabkan banjir informasi diterima oleh warganet setiap menitnya.
- Indonesia menjadi pengguna internet keempat terbesar di dunia yang sayangnya belum diikuti dengan kemampuan melek literasi digital. Tingkat literasi Indonesia menempati urutan ke-70 di dunia. Sedangkan indeks literasi digital Indonesia, menurut Kominfo di angka sedang. Ini menyebabkan pengguna internet belum bisa membedakan informasi yang sesuai fakta dan hoaks.
- Polarisasi karena politik juga menjadi sebab sirkulasi hoaks menjadi cepat.
- Fanatisme berlebihan pada kelompok, calon, atau ideologi tertentu menjadi penyebab mengapa orang mudah termakan hoaks.
Tujuan Hoaks
- jurnalisme yang lemah,
- untuk lucu-lucuan,
- sengaja membuat provokasi,
- partisanship,
- mencari duit lewat judul clickbait,
- gerakan politik dan propaganda.
Dampak Hoaks
Infodemik
Infodemik adalah penggunaan media sosial yang begitu masif di masa pandemi Covid-19 menimbulkan informasi yang salah terkadang dapat menyebar lebih cepat dibandingkan faktanya. Sehingga banyak beredar berita hoaks.
Fenomena ini disebabkan oleh kehidupan di masa pandemi Covid-19 di mana era digital begitu canggih membuat masyarakat semakin mengandalkan internet sebagai sumber informasi. Hal ini dikuatkan oleh laporan perusahaan media asal Inggris, We Are Social yang dirilis pada Februari 2021 menunjukkan 61,8% masyarakat Indonesia merupakan pengguna aktif media sosial. Durasi penggunaan rata-rata orang Indonesia untuk mengakses media sosial adalah 3 jam per harinya.Kalau begitu, bagaimana cara melawan infodemik? Solusi yang ditawarkan adalah membuat platform digital yang lebih akuntabel, mis/disinformasi dilacak dan diverifikasi, serta kemampuan literasi digital masyarakat perlu ditingkatkan.
Permasalahan Mis/Disinformasi Kesehatan
Berdasarkan data Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO), jumlah hoaks kesehatan meningkat dari 7% (86 hoaks dalam setahun pada 2019) menjadi 56% (519 hoaks dalam setengah tahun pada 2020). Jumlah hoaks Covid-19 yang diklarifikasi oleh MAFINDO adalah berjumlah 492 hoaks (94,8%) dari total hoaks kesehatan selama enam bulan pertama tahun 2020. Sedangkan Kementerian Kominfo mencatat 1.471 hoaks terkait Covid-19 tersebar di berbagai media hingga 11 Maret 2021.
Studi lain menyatakan hanya 11,3% responden (n= 382 orang) yang menganggap diri mereka kemungkinan besar tertular Covid-19 (International Journal of Public Health Science, 2020).
Dampak Mis/Disinformasi Kesehatan
- menyebabkan kebingungan dan kepanikan di masyarakat
- ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah, otoritas kesehatan dan ilmu pengatahuan (sains)
- demotivasi untuk mengikuti perilaku protektif yang direkomendasikan
- sikap apatis yang memiliki konsekuensi besar karena berkaitan dengan kualitas hidup masyarakat, seperti membahayakan kesehatan, bahkan sampai menimbulkan risiko kematian.
Ngeri dampaknya ya, Moms. Jadi bagaimana dong supaya kita bisa melawan arus dis/misinformasi ini? Jawabnya adalah dengan mengupgrade diri untuk memiliki kemampuan dasar cek fakta kesehatan.
Kenali Situs Abal-abal
Menurut Menkominfo ada 900 ribu situs penyebar hoaks. Berikut tips-tips untuk mengidentifikasi situs abal-abal, diantaranya:
Cek alamat situs
Cek alamat situs nya jika meragukan,
bisa melakukan pengecekan melalui sejumlah situs salah satunya who.is dan domainbigdata.com.
Ada juga situs abal-abal yang cuma beralamat di blogspot.
Cek perusahaan media di Dewan Pers
Bisa melakukan pengecekan perusahaan
media melalui direktori Dewan Pers. Pengecekan bisa melalui https://dewanpers.or.id/data/perusahaanpers. Namun, perlu diketahui, ada beberapa media
kredibel yang tidak berbadan hukum.
Cek detail visual
Misalnya gambar logonya yang jelek.
Ada situs abal-abal yang menyaru mirip-mirip situs media mainstream.
Terlalu banyak iklan
Hati-hati dengan website yang banyak
iklannya. Media abal-abal sekadar mencari click untuk mendapatkan iklan.
Bandingkan ciri-ciri pakem media
Bandingkan sejumlah ciri yang menjadi
pakem khas jurnalistik di media mainstream. Misalnya, nama penulisnya jelas,
cara menulis tanggal di badan berita, hyperlink-nya yang disediakan mengarah ke
mana, narasumbernya kredibel atau tidak, dan lain-lain.
Cek About Us
Cek "About Us" yang
ada di laman situs media. Media abal-abal selalu anonim.
- Sesuai UU Pers: berbadan hukum dan ada
penanggung jawabnya. Cek, ada alamat yang jelas dan siapa saja
orang-orangnya.
- Mencantumkan Pedoman Pemberitaan Media Siber.
Waspada terhadap judul yang sensasional
Hati-hati jika menjumpai berita
dengan judul-judul yang terlalu sensasional. Baca beritanya sampai selesai. Jangan
cuma baca judul lalu komen di medsos.
Cek ke situs media mainstream
Untuk memastikan apakah informasi
yang dimuat sebuah situs non-mainstream layak dipercaya atau tidak, bisa
mengeceknya ke situs media mainstream. Jika ada, bandingkan bagaimana situs
mainstream melaporkan. Selain itu penting melakukan verifikasi untuk memastikan
sumber pertama dan melihat konten aslinya.
Cek foto di google reverse image
Cek foto utama apakah pernah dimuat
di tempat lain, terutama di situs mainstream. Situs abal-abal biasanya selalu
mencuri foto dari tempat lain.
Nah, ini jadinya menantang nih, Moms. Gimana sih cara memverifikais foto? Gimana cara kita tahu kalau informasu dalam foto itu mengandung hoaks? Kak Icha memberikan latihan kepada kita untuk verifikasi foto, moms.
Memverifikasi Foto
Untuk memverifikasi foto, perhatikan
tanda-tanda khusus yang bisa diidentifikasi antara lain nama gedung, toko,
bentuk bangunan, plat nomor kendaraan, nama jalan, huruf-huruf yang menandakan
bahasa, tugu atau monumen, dan bentuk jalan.
Tools untuk Verifikasi Foto
Beberapa tools yang
bisa digunakan untuk memverifikasi foto yakni:
- Reverse Image dari Google bisa digunakan untuk mencari unggahan foto
pertama pada sebuah website. Tools ini berguna untuk menelusuri foto-foto
yang diambil dari internet.
- Reverse image dari Yandex. Yandex adalah sebuah search
engine dari Rusia yang sangat bagus untuk penelusuran foto, terutama
untuk mengeksplorasi situs-situs dari Eropa Timur.
- Reverse image dari Tineye bisa digunakan untuk penelusuran foto
dengan kelebihan memiliki filter berdasarkan urutan waktu.
- Alternatif tools lainnya adalah Bing.com milik Microsoft dan Baidu.
Memverifikasi Video
Bagaimana cara menverifikasi video?
Ternyata ada dua langkah untuk memverifikasi video, moms.
1. menggunakan kata kunci di mesin pencari atau di media
sosial (Youtube, Facebook, Twitter, IG). Kedua, memfragmentasi video menjadi
gambar lalu menggunakan reverse image tools.
- Saat Moms mendapatkan video di media sosial,
tonton dan dengarkan video tersebut sampai habis. Carilah petunjuk di
dalam video seperti bentuk bangunan, rambu-rambu jalan, plat nomor
kendaraan, nama-nama jalan, nama-nama bangunan, dan lain-lain. Dengarkan juga
audionya, terkait bahasa, obrolan orang-orang dalam video atau
dialeknya.
- Apabila Moms menemukan petunjuk-petunjuk di
dalam video, lalu gunakan petunjuk-petunjuk itu sebagai kata kunci.
Misalnya, pada akhir Januari beredar video yang diklaim suasana pasar
hewan di Wuhan, yang dianggap sebagai asal-usul menyebarnya virus Corona
jenis baru. Dalam detik ke-15, terlihat papan nama kantor yang tertulis
“Kantor Pasar Langowan”. Setelah ditelusuri di Google, Pasar Langowan
ternyata terletak di Tomohon, Sulawesi Utara.
2. menjadikan
video menjadi potongan gambar lalu ditelusuri dengan reverse image tool.
Untuk memfragmentasi video menjadi gambar bisa menggunakan cara manual
dengan screen capture atau menggunakan tool InVID.
InVID memiliki beberapa keunggulan yakni memiliki fitur fragmentasi video dan reverse image tool sekaligus, dapat memfragmentasi video dari seluruh tautan media sosial dan file lokal dan dilengkapi fitur lain seperti memeriksa metadata dan analisis forensik foto.
Kemampuan Dasar Cek Fakta Kesehatan
Kemampuan cek fakta kesehatan di masa pandemi ini penting sekali, Moms. Terutama agar kita bisa menyaring informasi yang masuk lewat sosial media, seperti FB, twiter atau whatsapp. Beberapa langkah di bawah ini bisa moms lakukan di rumah ketika mendapatkan broadcast seputar klaim kesehatan.
- Cek sumber asli informasi yang didapat, baik dari WA, FB atau instagram. Cek siapa yang membagikan informasi dan darimana mereka mendapatkan informasi tersebut. Bahkan, jika informasi tersebut berasal dari teman atau keluarga, tetap periksa sumbernya.
- Jangan hanya baca judulnya. Judul mungkin sengaja dibuat sensasional atau provokatif untuk mendapatkan jumlah klik yang tinggi.
- Identifikasi penulis. Telusuri nama penulis secara online untuk melihat apakah penulis adalah seseorang yang nyata dan kredibel.
- Cek tanggal. Periksa apakah informasi tersebut merupakan informasi terbaru, apakah sudah up to date dan relevan dengan kejadian terkini. Periksa apakah judul, gambar atau statistik yang digunakan sesuai konteks.
- Cek bukti pendukung lain. Cerita yang kredibel mendukung klaim dengan fakta.
- Cek bias. Pikirkan bahwa bias pribadi Anda akan mempengaruhi penilaian Anda terhadap hal yang dapat dipercaya atau tidak.
- Cek organisasi pemeriksa fakta. Cek berita yang ditemukan dengan tulisan atau temuan yang sudah diverifikasi oleh organisasi pemeriksa fakta baik dalam lingkup nasional, seperti Cek Fakta Tempo atau media nasional lainnya maupun pemeriksa fakta internasional seperti AFP factcheck, dan Washington Post factcheckers.
Lalu untuk memeriksa fakta, khususnya
seputar klaim kesehatan, moms bisa menggunakan tools dan teknik dasar yang
diperlukan di antaranya:
- sumber referensi yang terpercaya seperti website resmi institusi atau organisasi (Badan Kesehatan Dunia/WHO, Pusat Pencegahan dan Pengandalian Penyakit AS/CDC, Kementerian Kesehatan, Badan POM, Ikatan Dokter Indonesia/IDI, Ikatan Kesehatan Masyarakat Indonesia/IAKMI) dan jurnal ilmiah, seperti the New England Journal of Medicine, the British Medical Journal, Nature Medicine, the Lancet).
- studi peer-review dan pre-print.
Peer review merupakan studi penelitian melewati proses evaluasi
oleh tim pakar independen dari bidang keilmuwan yang sama. Peer-review umumnya
dianggap sebagai gold standard dalam studi
ilmiah. Sedangkan pre-print belum melewati
proses peer-review.
- studi korelasi dan hubungan sebab akibat. Studi korelasi mengukur derajat keeratan atau hubungan korelasi antara dua variabel. Sedangkan studi hubungan sebab akibat untuk meneliti pola kausalitas dari sebuah variabel terhadap variabel lain.
Yak!
ReplyDeleteAdaaa aja ya, hoax jaman now.
Apalagi kalo terkait kesehatan, byuhh banyaakk banget!
Alhamdulillah, artikel ini memaparkan gimana cara cek fakta vs hoax
super ngebantu banget!
Sekarang ini memang banyak berita bersliweran yang belum tentu juga kebenarannya. Apalagi di masa pandemi seperti sekarang, berita tetang covid banyak sekali, gak tau juga mana yang benar mana yang hoax. Sedih sekali kalau sampai ada yang menjadi korban hoax.
ReplyDeleteSemenjak pandemi makin parah ya mbak rasanya hoax seputar kesehatan..kmr juga abis baca ada bapak2.meninggal gegara percaya sama omongan dr.Lois yg kemarin sempat heboh. Makanya penting bangey untuk.menyaring info sebelum sharing
ReplyDeleteNah ini, banyak informasi beredar, bisa jadi ngefek buat orang-orang tertentu namun buat orang lain tidak. Menyedihkan ya kalau sampai kejadian kayak bapak kerabat Mbak di atas.
ReplyDeleteherannya di masa pandemi seperti sekarang banyak sekali yang jahat dan iseng sebarkan hoaks. misinformasi dan disinformasi benar - benar harus kita perangi
ReplyDeleteAku juga masih bingung sama yang gak percaya covid, Mba. Tapi dr.Tirta selalu bilang kalau kamu gak percaya ya sudah, biarkan orang yang percaya dengan narasinya. Jadi masing-masing saja. Walau begitu, saat keluarga termakan hoax dan sering share berita hoax malah bikin kesal. Apalagi kalau debat, pasti gak akan ada habisnya. Mengatasi berita hoax ini memang penting banget, agar tidak ada orang terdekat di sekeliling kita yang merasakan dampak negatif dari hoax. Terlebih banyak cara yang bisa kita lakukan untik verifikasi setiap berita yang diterima dengam cek sumber aslinya, cek gambar dan video.
ReplyDeleteCek ricek dan verifikasi berita itu penting sekali supaya tidak termakan berita hoaks. Apalagi kalau sampai menyebarkan berita yang tak benar. Duh, kasihan yang menerima berita secara mentah-mentah..
ReplyDeletewah iya mbak, saat pandemi seperti ini banyak banget hoaks yang beredar di masyarakat
ReplyDeleteini tentu sangat berbahaya ya mbak
makanya diperlukan kemampuan cek fakta seperti ini
Hoaks makin menjadi-jadi ya...salurannya juga semakin banyak dan mudah diakses..kayak wa grup atau grup-grup medsos. Sebagai pengguna medsos harus teliti dan hati2 menyikapi hoaks
ReplyDeletebener nih, mbak sekarang memang banyak banget berita hoaks muncul terkait covid ini. kalau nggak pintar dan teliti kita bisa ikutan termakan hoaks tersebut deh
ReplyDeleteKadang sekarang itu suka bingung membedakan mana hoaks mana benar-benar informasi valid karena semua berseliweran di lini masa.
ReplyDeleteWAG emang gudangnya bertabaran info hoaks teh, ya Allah turt berduka semoga tidak ada lagi case seperti bapak..ngeri banget itu saturasi sampe turun terus tapi terlambat penanganannya semoga bisa jadi pelajaran ya teh biar ga menyama ratakan treatmentnta ke semua dengan menyebar kayak gini
ReplyDeleteSekarang emang harus jeli banget ya mba. Malah saat ini aku membatasi berita tentang covid ini biar tetap waras stay positif aja. Tetep waspada tapi jangan terlalu takut harus jeli percaya/cari berita ya mba. Terimakasih infonya sangat bermanfaat
ReplyDeleteDuh ini mah banyak banget beredar terutama di medsos kadang di share di grup wa juga tanpa di cek dulu kebenarannya padahal kondisi tubuh tiap orang ya beda2. Masyarakat harus aktif ini membendung berita hoax bukannya ikut menyebarkannya juga
ReplyDeleteWah, kemampuan cek fakta dan informasi seperti ini nih..kudu dibaca dan dipahami banyak orang. Terutama yang memiliki generasi orangtua ((di atas kita)) yang baru akan memulai memahami teknologi.
ReplyDeleteSemoga cek fakta sebelum menyebarkan ini bisa bermanfaat mengendalikan informasi hoax.
Tingkat literasi indonesia memang menyedihkan ya...
ReplyDeleteSeru banget nih, saya baca ini jadi nambah ilmu tentang hoax dan tau cara mengeceknya...
Kalau bicara soal hoaks ini suka bingung mba sama orang-orang yang main bagi saja tanpa membaca secara saksama. Artikel ini semakin menambah wawasan saya soal hoaks dan cara memeriksanya. Informasi yang sangat baik. Izin share link ya mba.
ReplyDeletesetuu kalau dampak dari artikel fto dan video hoax nih ga bagus ya mbak. keliatannya gak kenapa2 tapi kita ga tau kalau di beberapa keluarga hoax ini bisa jadi boomerang banget
ReplyDeleteSetuju bangeeet, hoaks itu menyesatkan dan membahayakan banget ya maaaak.. bener bener harus cek fakta hoaks dl sebelum menyebarkan ke yang lain yaaa
ReplyDeleteSering kesel deh mba kalau ada yang langsung nyebar-nyebarin sesuatu tanpa dicek dulu kebenarannya. Yang ada kan malah makin bikin si hoax ini laris manis dibaca kaaann... Semoga saja makin banyak masyarakat yang teredukasi tentang cara cek fakta melalui langkah-langkah di atas tadi ya.
ReplyDeleteNah gak semua orang paham dengan situs-situs ini memang, masih banyak sekali orang yang share tanpa mikir, entah itu nggak tau beneran apa emang cuma ikut-ikutan. Artikel kayak gini memang harusnya ada di blog semua blogger sih termasuk saya. Biar nggak banyak orang awam yang kemakan hoax. Apalagi soal covid ini, sungguh menyedihkan karena bisa fatal banget.
ReplyDeleteSangat disayangkan jika orang begitu saja percaya informasi tanpa cek fakta dulu kebenarannya ya, mbak. Bisa fatal seperti kasus Bapak yang meninggal di atikel ini. Memang kita mesti hati-hati dan waspadai hoaks demi keselamatan dan kesehatan keluarga.
ReplyDeleteMemang sekarang harus pintar-pintar cek n ricek ya, Mba Sri. ga bisa sembarangan nerima berita. Yang perlu tau ini orangtua. Banyak yang nggak ngeh soal informasi hoax
ReplyDeleteAlhamdulillah, membaca artikel ini jadi nambah pengetahuan buat cek ricek informasi sebelum memutuskan untuk mempercayai/menyebarkannya. Kadang kalau cuma baca sekilas informasi, emang kayaknya bener ya, tapi setelah di cermati ternyata hoaks
ReplyDeleteHuhuhu hoax ini emang udah ngeri2 sedap ya..kadang aku sampe bertanya-tanya maunya apa ya pembuat hoax ini... Parahnya lagi yang percaya hoax juga gak sedikit. Padahal dicek ricek dulu aja ya semua info yang kita terima dan mau dishare
ReplyDeletemasalahnya sekarang hoax lucu2an juga jadi serius di orang yang ga paham ya. malah jadi buruk jg nih dampaknya. bener deh skrg wajib banget ya cek2 artikel bener atau gak
ReplyDeleteMakin berseliweran info2 maupun berita via WAG nih. Terutama di masa p0andemi adalah soal si corona dan vaksin. Hhhhmmm....tentunya kalau terima info mesti dicek dulu kebenarannya ya mbak, jangan langsung disebarkan lagi :)
ReplyDeleteintinya banyak cek2 berita dulu ya mbak sebelum ditelan mentah2 dan dishare kembali ke banyak orang biar dampakya ga jadi jelek
ReplyDeleteHoax bisa sampai menyebabkan kematian ya Allah. Harus benar-benar bisa menyaring berita dengan website terpercaya sebelum dishare ke orang lain yah
ReplyDeletePercaya dan turut menyebar hoax sangat bahaya. Maka kudu ditangkis dengan cara yang tepat dan ikuti langkah yang sudah diajarkan. Meskipun terkesan ribet karena harus cek fakta sana-sini tapi lebih baik dari pada nanti malah membuat diri sendiri maupun orang lain jadi korban hoax. Teknologi informasi maju, literasi juga harus maju.
ReplyDeleteSedih banget banyak yang terjerumus dengan hoax, apalagi hoax kesehatan. Di masa ini paling nyeremin, bahkan berawal dari hoax bisa berujung kematian. Semoga dengan edukasi konten baik seperti ini bisa mengurangi dampak hoax.
ReplyDeleteSemua berita hoax itu membahayakan terutama yang mengandung informasi seputar kesehatan. Kalau sampai salah malah bisa menyebabkan kesehatan bertambah buruk. Semoga tingkat literasi masyarakat kita bisa meningkat ya, agar tidak ada lagi penyebaran berita hoaks
ReplyDeleteBlow up informasi - terus dishare pula, itu yang paling seriing terjadi di ...grup whatsapp keluarga coba!
ReplyDeleteMo ngasih tau eh pakde sendiri, kan rada piyeee gitu
Di WAG keluarga,, syaa yang paling aktif kasih info tentang hoax. Abisnya infonya banyak yang meresahkan. Tentu aja saya berusa cek fakta dulu. Semoga yang saya sampaikan tidak salah
ReplyDeleteYes, perlu lebih kritis untuk cek hoax atau fakta sebelum menyebarkan berita. Ngeri ih banyak banget info beredar tentang covid, jadi makin ga jelas mana yang dapat dipercaya. Biasanya ku lihat sumber informasinya, nanya ke yang sharing langsung supaya jelas gitu.
ReplyDeleteTurut berduka cita ya, Mbak
ReplyDeleteSebenarnya minum ramuan, rempah itu memang gak ada yang salah ya. Dari dulu banyak buat terapi, tapi memang untuk yang sehat sebagai pencegahan. Kalau udah ada tanda kena dan gejala berat, mending minta bantuan tenaga medis. Jangan sampai cuma ikutan berita di WA, tapi gak jelas itu dari mana. Sering banget ketemu ginian di grup
Innalillahi wa inna ilaihi raji'un sekarang banyak yang isoman meninggal ya Teh karena RS penuh, juga pada takut ke RS karena ngeri dicovidkan dan isoman di rumah seadanya..huhu sedih baca ceritamu keluarga pasien termakan informasi hoaks dan taruhannya nyawa..
ReplyDeletepaling banyak itu hoaks yang beredar di Whatsapp group
ReplyDeletetiap hari ada aja yg share berita hoaks
meresahkan banget
memang kita harus punya kemampuan cek fakta seperti ini ya mbak
Aku termasuk yang sering banget menerima informasi hoax di whatsapp grup tapi biasanya langsung aku cek mba kebenarannya. Jangan sampai deh dapat berita atau info hoax
ReplyDeleteMemang udah di tahap mengkhawatirkan ya hoax yang sekarang ini beredar. Apalagi hoax kesehatan terkait pandemi. Duh, udah bikin jengah deh. Dulu aku cukup tahu aja. Tapi sekarang, udah mulai coba bantah dengan cak fakta terlebih dahulu. Habisnya bikin pandemi terancam berlarut-larut. Bikin menghambat penanganan. Semoga ya, dengan semakin banyaknya sosialisasi Cek Fakta seperti yang dibuat Tempo Institute ini, masyarakat bisa semakin bijak menyikapi hoax.
ReplyDeleteIya mbak aku suka terima juga SMS dari Datgas COVID-19. Kadang memang karena informasi disebarkan oleh keluarga terdekat jadi banyak yang percaya juga ya padahal belum tentu kebenarannya. Makanya penting banget ya kita mengecek faktanya untuk mencari kebenaran dari sebuah berita atau hoax yang sedang beredar.
ReplyDeleteIya, perlu ketelitian dan ketelatenan dalam mengecek kebenaran berita/foto/video. Dan ternyata ada jalan pintasnya ya untuk mengeceknya. Hehe.
ReplyDeleteMemang kita kudu pintar-pintar menyaring berbagai berita yang masuk ke kita ya, Mbak :)
Banyaknya penduduk Indonesia menjadikan kita negara dengan pengguna internet keempat terbesar yaa..
ReplyDeleteBeneran sekarang kudu banyak dan cek bahan bacaan di situs terpercaya.
Dimasa sekaramg emang banyak banget berita terkait pandemi. Dan nyatanya banyak juga yg hoax dan kita percaya aja karena banyak yang share...jadi ikutan panik..
ReplyDeleteKalo dah agak aneh aku males ikutan share..kudu disaring juga..jangan samoai kita ikut nyebar hoax juga
Bagiku WAG lingkungan merupakan sumber berita HOAX yang tak terbendung, heuheu. Hampir tiap hari ada share berita aneh-aneh begitu. Kadang sehari sampai beberapa kali. Hampir setiap hari juga saya cek fakta berita aneh-aneh itu, kemudian share kembali ke WAG. Tapi tetep aja gak selesai-selesai. Duh, gak paham aku kenapa kok orang2 itu gampang banget share-share padahal mereka gak tau juga apa isinya.
ReplyDeleteSekarang jaman covid begini mulai keliatan siapa yg gak ada empati dan hati nurani, salah satu nya keluarin hoax. Semoga mendapat hidayah aamiin
ReplyDeletesenang sekali baca artikel ini. Dengan beredarnya banyak berita Hoax yang tidak bisa dipertanggungjawabkan, akan semakin banyak korban. Artikel Waspa Hoax ini harus dibaca oleh semua orang yang kebiasaan hanya meneruskan berita berita tanpa mengecek kebenaran, terutama sering di group WA. Terkadang begitu ditegur oleh admin bahwa info itu Hoax, jawabannya sunggug enteng dan tidak menunjukkan sikap bertanggung jawab, " saya hanya meneruskan kok"....Semoga sikap sikap seperti ini segera hilang dan menjadi pemakai medsos yang bertanggung jawab sesuai di artikel Bu Sri. Terima kasih sharingnya, semoga semakin sedikit berita hoax dan pengguna medsos semakin pintar memfilter. Salam sehat dan selamat beraktifitas.
ReplyDeleteHoax ini concern ku sejak awal Corona masuk ke Indonesia. Orang-orang Indonesia itu gemar banget denial dan makin kuat denial-nya saat ada banyak berita hoax bertebaran di platform media sosial dan WAG adalah salah satu dari banyak platform yang menurutku kuat banget Mak untuk persebaran berita2 yang belum terverifikasi kebenarannya. Semoga dengan adanya platform Cek Fakta ini bikin masyarakat jadi lebih kritis dan aware untuk cari tau kebenaran dari sebuah info.
ReplyDeletetest
ReplyDelete