Menjadi keluarga bahagia itulah harapanku ketika memutuskan berumahtangga. Tiada lain yang aku harapkan selain menjadikan rumah yang hangat dan penuh dengan kebahagiaan. Keluarga yang tidak perlu terkenal di dunia tetapi terkenal di langit.
Saya yakin, tentu semua orang yang hidup di dunia ini ingin hidup berbahagia bersama keluarganya di dunia dan di akhirat. Dengan keadaan aman, tentram damai.
Pada masa pandemi ini tentu keadaan ekonomi tidak sama lagi. Kebiasaan di dalam keluarga pun bergeser sedikit. Misalnya shalat di masjid dibatasi, sekolah di rumah, berjalan jalan setiap akhir Minggu tidak ada lagi. Makan di luar dibatasi. Belanja mingguan yang biasanya barengan sekalian jalan jalan dan wisata kuliner, sudah tidak dilakukan lagi.
Banyak hal yang akhirnya tidak kita lakukan lagi di masa pandemi ini. Meski demikian, kita harus senantiasa bersyukur karena kita masih bisa bersama di rumah. Tidak ada anggota keluarga yang terinfeksi karena semua sehat wal Afiat. Saling menjaga dan mendoakan satu sama lain.
Kerjasama di dalam rumah juga semakin kuat dan bisa saling memahami satu sama lain semakin meningkat.
Jujur, awalnya saya dan anak anak kurang nyaman dengan adaptasi kebiasaan baru ini terutama anak anak. Karena sekolah dari rumah, tidak boleh main di luar, tidak boleh jajan. Tapi lambat laun kami mulai terbiasa. Yah, setelah dihitung telah 6 bulan di rumah saja. Alhamdulillah semua baik baik saja.
Mewujudkan Keluarga Langit
Hari Sabtu lalu, saya mengikuti webinar yang menghadirkan ibu Nur Asia Uno. Beliau menyampaikan bahwa seorang ibu itu bagaikan sebatang lentera. Oleh karena itu ibu harus senantiasa bahagia. Karena kebahagiaan ibu akan menular kepada seisi rumah. Begitu juga sebaliknya.
Pada masa pandemi ini yang harus senantiasa dijaga adalah kebahagiaan di dalam keluarga. Karena inilah kunci dari kesehatan lahir dan batin. Dan tentu saja harus senantiasa bersyukur, meski ekonomi sedang sulit, Allah masih memberi kita kesehatan dan masih bersama sama hingga hari ini.
4 hal yang bisa dilakukan agar senantiasa bahagia dan harmonis
1. Menyamakan visi dan misi keluarga.
Misalnya ingin menjadi keluarga yang diridhoi Allah. Menjadi keluarga surga.
2. Berpikir positif
Berpikir positif akan memberikan aura baik kepada kehidupan berkeluarga. Suami istri saling mendukung dan saling berbuat baik satu sama lain. Saling mensupport dalam segala keadaan.
3. Saling mensupport atau menguatkan.
Ini penting sekali agar senantiasa terjaga keharmonisan dalam rumah tangga. Tidak ada yang lebih merasa paling berperan di dalam rumah. Karena semua tahu tugas dan kewajibannya masing masing.
4. Menjaga emosi
Penting menjaga emosi agar kehidupan keluarga bahagia dan nyaman. Anak anak betah di rumah, suami betah di rumah. Menjaga emosi juga akan dapat menekan stress agar tidak muncul.
Dalam menjaga emosi ini kita bisa melakukan kegiatan yang disukai misalnya mengubah seting rumah, makan minum yang disukai, mengobrol dengan anak anak atau menghubungi orangtua, teman , saudara lewat video call atau chating lewat WhatsApp.
Kiat menghadapi Krisis Ekonomi dalam Keluarga
Saat ini ada 1,5 juta orang kehilangan pekerjaan. Sebagai seorang istri dan seorang ibu, diperlukan hati yang lapang dan ikhlas. Jika kita berada diposisi tersebut, maka sebagai istri harus bisa mensupport suami agar dia tidak semakin terpuruk dan tetap bersemangat.
Bu Nur mencontohkan, waktu itu keluarganya pernah menghadapi ekonomi yang sulit. Pada masa krisis ekonomi tahun 1997. Dimana pak Sandi mengalami bangkrut. Asetnya banyak yang dijual dan tidak memilki gaji.
Beliau membesarkan hati suaminya dengan mengatakan, mungkin ini bukan rejeki kita di sana. InsyaAllah ada rejeki yang lebih besar dari Allah di tempat lain.
Alhamdulillah dengan perkataan baik, suaminya kembali bangkit. Karena memang mentalnya atau karakter suaminya karakter juara. Ketika dikomporin dengan kata kata baik, tambah melejit. Dan terlihat hasilnya ya seperti apa Pak Sandi Uno. MasyaAllah, suami istri yang inspiratif sekali.
Saya pernah mengalami juga keadaan seperti beliau berdua. Waktu itu tahun 2007, ketika kami baru saja kembali dari Jepang, suami mengikuti CPns untuk dosen di universitas di Bandung. Namun sayang, suami saya tidak diterima karena usianya sudah tidak memenuhi. Hanya terpaut 3 bulan saja dari masa usia yang memenuhi syarat.
Saya membesarkan hatinya, "Bi mungkin di sana bukan rejeki kita. InsyaAllah ada rejeki lain yang Allah rencanakan yang lebih besar untuk kita".
Dan Alhamdulillah tak lama kemudian, suami diterima di Research University UTM di Johor, Malaysia dan suami lebih berkembang di sana. Alhamdulillah ala kulli hal.
Kata kata baik, insyaAllah menjadi doa, oleh karena itulah, perkataan yang baik yang harus senantiasa terucap dari lisan kita agar semua yang keluar dari lisan kita adalah hanyalah doa.
Bisa disimpulkan dalam keadaan krisis maka tugas kita sebagai support system' adalah
1. Men-support suami
Memberi energi positif kepada suami agar suami tidak patah semangat. Suami tidak boleh putus asa. Katakan bahwa Allah pasti memberi hikmah atas segala kejadian di dunia ini.
2. Tidak melibatkan anak anak dalam masalah
Maksudnya, ketika keadaan krisis ekonomi, jangan menyalahkan anak anak karena ketidakmampuan kita mengelola ekonomi yang sedang terpuruk.
Tapi ajak anak-anak berdialog, utamanya masuk lewat agama. Agar anak anak bisa bersabar karena mungkin saat seperti ini tidak sama dengan kondisi sebelumnya. Tidak bisa memenuhi semua keinginannya.
3. Tetap memerhatikan kesehatan anggota keluarga.
Memastikan pemenuhan gizi setiap hari, memerhatikan aktifitas olahraga anak anak, pemenuhan vitamin untuk menjaga sistem imun dan perkembangan anak.
4. Menjadi sahabat anak
Lebih kerap berkomunikasi dengan anak. Lewat cerita, berdiskusi , mendampingi saat belajar, mengajak terlibat menyiapkan makanan keluarga dan bekerjasama selama di rumah.
Dalam ilmu parenting, aktifitas mengobrol segala macam tema itu juga bisa menstimulasi kecerdasan anak-anak. Baik kecerdasan intelektual juga kecerdasan emosional.
MasyaAllah ya, ternyata kiatnya sebenernya sederhana saja ya, tapi dampaknya akan sangat luar biasa jika benar benar diterapkan di keluarga.
Dan InsyaAllah jika keempat hal di atas dilakukan akan dapat meredam gejolak di dalam rumah. Tentu hal ini akan berdampak besar kepada kebahagiaan dan keharmonisan keluarga. Sehingga apa yang kita dambakan yaitu rumahku surgaku mewujudkan keluarga langit akan tercapai.
Tak lupa, kita banyak banyak istighfar pada Allah dan bertaubat, mungkin ada tingkah laku kita yang menjadikan Allah murka.
Kita bersihkan hati, diri dan jiwa, dan bertaubat pada Allah secara bersama sama semoga pandemi covid 19 segera berakhir.
Salam sayang,
setuju banget sama poin "tidak melibatkan anak anak dalam masalah".. jangan sampai mereka stress mikirin beban keluarga apalagi masalah finansial di umur yang masih dini :') semangat para orang tua, pasti kita bisa bersabar dan berusaha lebih baik lagi :D
ReplyDeleteiya mbak, saya juga sepakat banget karena meski kita tidak melibatkan mereka dalam masalah yang ada sebenarnya mereka melihat dan belajar dari situasi yang sedang ada. jangan sampai mereka ditekan karena masalah ekonomi, justru akan membuat mereka tumbuh menjadi anak yang tidak bahagia.
DeleteSemoga pandemi ini segera berakhir ya. Semoga para ibu tetap sehat, kuat dan semangat. Karena memang ibu adalah lentera dalam keluarga. Mood seisi rumah bisa berantakan kalau ibu moodnya sedang tidak baik
ReplyDeleteYup Iya mbak Nanik. Inilah salah satu caraku membangkitkan mood dengan belajar pada ibu ibu lain yangsudah berhasil dalam mengelola rumah tangganya. Aamiin semoga kita semua sehat selalu yaa
DeleteSemoga pandemi segera berakhir dan banyak yg bisa bekerja dengan normal lagi.
ReplyDeleteBetul banget harus tetap positif menghadapi rintangan hidup. Menjaga emosi di rumah itu juga bener tp memang tantangannya gak mudah yaa.. karena semua bergantung sama ibu
Iya mbak salah satu yang ga mudah itu mengendalikan emosi. Tantangan banget ini yaa
Deletesupport suami itu sangat penting, alhamdulilah badai yang menerjang rumah tangga kami bisa dihadapi ya karena apapun putusannya suami aku selalu dukung
ReplyDeleteBenar mbak yang penting taat dulu sama suami, pasti suami akan lunak Dan makin sayang
Deletesetuju mbak, jangan sampai anak2 ikutan stres dengan masalah orang tuanya ya :) support dan kerjasama dengan suami adalah yang terpenting
ReplyDeleteIya kak, anak anak pada masa ini juga rentan stress, membatasi masalah hanya pada orang dewasa akan mampu memcerdaskan mereka juga karena anak anak ibu peniru ulung.diharapkansetelah dewasa mereka punya pengalaman dalam menyelesaikan masalahnya berbrkal pengalaman masa kecil
DeleteKrisis ekonomi keluarga memang jadi salah satu ujian terberat dalam keluarga ya mbak. Sedih banget liat di masa pandemi ini konon tingkat perceraian meningkat drastis dan salah satu sebabnya adalah kesulitan ekonomi yang tengah melanda para keluarga itu :(
ReplyDeleteSemoga Allah jaga keluarga kita agar senantiasa bisa melewati setiap ujian. Aamiin.
Iya mbak saya juga lihat berita nya Mbak. Perlu diurai juga apakah hanya sebab masalah ekonomi penyebab perceraian tersebut
DeleteSetuju sama semuanya. Dan "pangkal" kebahagiaan adalah ibunya. Sayangnya tidak semuanya bisa mengusahakan kebahagiaan. Baru dengar berita anak yang meninggal karena dipukul saat belajar online. Hiks.
ReplyDeleteIya mbak, sedih baca cerita ibu membunuh anaknya sebab ga bisa diajari belajar online huhu sedihnya double Kasihan pada anaknya, juga pada ibunya, tentu dia sudah tidak mampu menahan emosi yang entah harus dikeluarkan pada siapa amarah itu
DeleteSubhanallah inspiratif sekali mba, aku jadi ingat harus bisa lebih supportive lagi dengan kegiatan yang ada
ReplyDeleteIya kak, kunci kebahagiaan sebenernya ada di diri kita sendiri. Lakukan apa yang kaka suka dengan penuh kesabaran dan supportive
DeleteIni bener2 reminder bangettt buatku, yg sampe skr msh suka ga sabaran terlebih saat mengajari anak mba. Aku akuin, aku msh haruuuuus bnyak belajar sabar, mengatur emosi.
ReplyDeleteAku punya keinginan sama, keluarga tentrem adem ayem, anak2 bisa Deket dengan orangtua,dan selalu saling support . tapi kalo cuma sebatas keinginan, sementara kenyataan masih suka ngomelin dan marah2 ke anak, ya percuma. Makanya aku bertekad banget harus bisa sih lebih sabar dr skr. Mungkin memperbanyak zikir bisa jadi obatnya ya mba ..
Sama Mbak, aku juga masih ngomel sama anak anak. Lepas itu menyesal. Benar sekali dengan berzikir insyaAllah hati kita lebih tenang dan damai
Deleteini bener banget nih mbaaaa... aku juga ngerasain pas pandemi ini gimana beratnya harus support keluarga yang satu persatu mulai nemuin kendala dalam mencari nafkah. emang kuncinya sabar dan tawakal aja pokoknya. semoga pandemi ini cepat berakhir yaaaa
ReplyDeleteWah kak agi, aku kemarin baru aja Ikutin kelas kaka. Senengnya dikau mau komen di blogku kak.
DeleteBTW Iya kak, aku juga mengalami kesulitan selama pandemi ini, makanya ketika dapat suntikan semangat dari kisahnya bu Nur Asia Uno jadi semangat banget dan mulai mengatur diri dan keluarga lagi agar tetap bahagia selama pandemi ini
Subanallah mbak, tulisannya inspiratif banget...
ReplyDeleteAh rumah tangga samawa memang selalu jadi idaman semua orang
Iya mbak, dambaan semua keluarga yaa. Semoga Allah karuniakan keluarga Samara kepada keluarga kita
DeleteMemang pada masa pandemi ini banyak banget yang berubah dalam berumah tangga kita. tak hanya dibatasi pergi ke mana-mana namun secara ekonomi pun ada perubahan. Tapi itu bukan alasan bagi seorang ibu untuk bersedih ya Karena masih banyak sisi-sisi lain yang bisa digali yang harusnya kita bersyukur dan tetap bahagia :)
ReplyDeletePandemi ini memang merubah dunia. Banyak sekali cabaran yg muncul. Dulu awalnya Saya Kira ga akan selama ini. Ternyata masih berlangsung. Kita harus bisa merawat diri sendiri dan keluarga supaya bisa bertahan & tetap berkembang seperti yg diharapkan.
ReplyDeleteSuami istri emang harus saling support ya Teh. Semoga semua ibu termasuk kita diberikan kekuatan, kesabaran, kebahagiaan dan semangat demi keluarga kita juga.
ReplyDeletetipsnya bisa saya terapkan nanti kalau sudha menikah punya keluarga niy mba, pasangan memang harus jaid satu kesatuan antara satu dengan yang lain ya, harus satu frekuensi dan satu visi misi
ReplyDeleteALlah itu maha sayang ya mba sama umatnya, pas baca ga lolos jadi dosen sedih dengernya ternyata Allah siapin yang jauh lebih baik yang enggak semua orang bisa dikasih berkah itu, alhamdulillah
ReplyDeleteMasyaAllah Ummi saki tulisannya menenangkan. Terima kasih ya mba sudah berbagi. Meredam emosi ini ya mba yang tak mudah tapi mau tak mau harus kita lakukan ya mba
ReplyDeleteTerima kasih tulisannya Teh jadi membuka wawasan bagaimana bersikap di masa sulit ini semiga kita semua diberi kesehatan dan kesabaran ya aamiin
ReplyDeleteMenciptakan keluarga yang harmonis tentunya tidak lepas dari peran serta suami istri sebagai tim yang solid. Dimana harus mampu menghadapi segala tantangan kehidupan dengan bekerjasama, saling menguatkan, dan tetap saling mendukung
ReplyDeleteDalam masa pandemi begini, yang enggak kena phk pun harus berhemat ya, kecuali untuk kebutuhan kesehatan
ReplyDeleteSeru bnget mbak dirumahnya rame. Iya betul bgt peranan keluarga untuk support itu penting bgt yaa .
ReplyDeleteAh, perlu belajar banyak deh sama Teh Tuti mah. Anak-anaknya keren, Teh Tutinya sabar banget dengan anak-anaknya yang homeschooling. Huhuhu... aku mah PJJ sekarang aja kerepotan banget. Kudu mulai menerapkan tipsnya deh
ReplyDeleteBener mbak, jangan lupa untuk banyak-banyak bertaubat pada Allah SWT. Jangan lupa juga untuk selalu bersyukur setiap harinya :)
ReplyDeleteMasyaallah mba tipsnya mengetuk hati saya banget nih yang masih seumur jagung berumah tangga, makasih ya mba sharingnya kebetulan saya dan suami juga lagi mencoba bertahan dan bangkit selama pandemi ini
ReplyDeletedi dalam keluarga, kita memang harus selalu bekerja sama dengan baik dan saling membantu agar perjalanan bisa lancar dan penuh berkah
ReplyDeleteMakasih mba.. bener banget kuncinya bersyukur Dan saling terbuka y mba Serta pasrahkan ke pemilik rezeki insyaAllah Ada jalan keluarnya
ReplyDeleteMashaAllah~
ReplyDeleteAdem banget bacanya, teh...
Belajar untuk mengoreksi diri sendiri dengan perbanyak istighfar.
Semoga Allah mengampuni seluruh penduduk bumi.
Teteh...
DeleteSalut sekali dengan kesabaran seorang istri. Doa-doa yang dilangitkan selalu berpusat untuk suami dan anak-anak.
Barakallahu fiik~
Sejatinya berumahtangga memang adalah ibadah yang menyempurnakan agama karena prosesnya yang separuh masa hidup.
DeleteMashaAllah~
Tabarakallahu...
Alhamdulillah semoga saya juga diberi kebijaksanaan seperti mbak dan Bu nur Asia Uno dalam menghadapi segala kesulitan, tulisannya sangat bermanfaat mbak
ReplyDeleteWih pembicaranya Asia Uno.
ReplyDeleteMemang saat berumahtangga tu engak cuma enak2nya ya mbak Sri, ada juga masa gak enaknya dan di situlah kita sbg ibu dan istri diuji. Yg pasti aku setuju kalau ada masalah jgn libatkan anak2 ya, malah sebaliknya kudu cari solusi demi mereka
Gak menyangka Bu Nur pernah kesusahan juga kirain gak pernah susah xixixi.
DeleteSetuju nih jd sahabat baik gak cuma buat anak tapi juga utk suami jd pendengar yang baik ya mbak :D
Menjaga emosi dan menjadi sahabat anak, kedua hal ini saya lagi fokusin mba walau kadang ngos2an bagi waktunya
ReplyDeleteSetiap keluarga pasti ada fase cobaannya masing2 ya mba...
ReplyDeleteDan kesolidan partner suami isterinmemang yg paling utama sih
Masya Allah, tulisan ini jadi pengingat.
ReplyDeleteKadang terbawa emosi, anak2 jadi korban, ikut disalahkan atas kondisi.
Semoga kita selalu yakin ada Allah yang tempat bersandar dan mengadu saat kesulitan datang ya mbak.
Jadi diingetkan mba ttg tidak mengikutsertakan anak dalam masalah. Huhuhu jujur ibu bapaknya suka curhat pdhl g boleh ya :(
ReplyDeleteIntinya pada perkataan yang baik dan selalu berhuznudzon pada Allah ya mba. Insya Allah semua ikhtiar dan doa baik yang kita panjatkan bisa menyelamatkan keluarga kita.
ReplyDeleteSaling menguatkan ini memang penting banget. Karena jangan sampai nak atau pasangan dapat penguatan dari orang lain tapi keluarga tidak. Tak mudah tapi harus kita lakukan
ReplyDeleteyang namanya surga bisa diciptakan dari rumah itu benar adanya, ya. semua harus saling dukung dan menguatkan terutama pada saat2 yang sulit seperti ini.
ReplyDeleteMasyallah artikelnya bagus banget Mbak. Aku banyak belajar dan intropeksi saat membacanya. Semoga bisa kuterapkan dengan baik, terimakasih.
ReplyDeleteMenyenangkan sekali aku baca artikel ini vibesnya positif banget kak 💚💚 pandemi ini tidak hanya challenging untuk dunia, negara, tapi bahkan hubungan dalam keluarga ya 🤗🤗 tapi dengan tips ini ego seseorang jadi dilatih untuk bisa mengerem diri dan lebih saling pengertian..
ReplyDeleteThank you insightnya kak. I really love this blogpost
Wah jangan sampai banget nyalahin anak karena ketidak mampuan kita mengurus ekonomi keluarga ya mba, malah dzalin nanti jadinya
ReplyDeleteMemang semua anggota keluarga harus saling support ya sehingga rumah menjadi tempat yang nyaman dan menyenangkan.
ReplyDeletebetul mba, sekarang keadaannya beda harus saling menguatkan dan bersabar, semoga ujian pandemik ini makin merekatkan keluarga bukan meretakkan
ReplyDeletePoin-poinnya sesuai banget mba, bagian yang paling terasa saat rumah tangga adalah mengendalikan emosi dan memperhatikan seluruh keluarga intinya. Semoga keluarga kita menjadi jalan kita ke jannahNya ya, aamiin
ReplyDeletesaya bertekad jadi sahabat anak, sebab biar dia bs dekat dg saya apalagi waktu kan kita gak tau...kebersamaan ini sampai kapan. seenggaknya biar bs jauh lebih baik lagi masa depannya
ReplyDeleteMungkin maksudnya melibatkan anak dalam masalah disini, anak2 perlu tau gitu ya mbak jadi mereka juga ada rasa empati terhadap ortu yang lagi kesulitan
ReplyDeletemba makasih ya udah diingetin, emang kita harus selalu satu visi dan misi plus juga harus selalu berpikiran positif
ReplyDeleteAnak harus dijadikan sahabat biasanya kalo ada masalah suka cerita dengan sendirinya
ReplyDeleteMaasyaa Allah. Cara bu Sri Widyastuti bercerita, menarik sekali. Saya sepakat seorang ibu adalah lentera. Makasih tipsnya, bisa dijadikan bahan dialog dengan istri.
ReplyDelete