Anak adalah anugerah terindah yang Allah titipkan kepada kita. Sebagai orang tua tentu saja ada kewajiban yang harus ditunaikan kepada anak-anak kita. Hal ini menjadi penting sebagai tanda kita bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang Allah berikan kepada kita. Anak adalah amanah yang harus dijaga. Kewajiban kita kepada anak-anak tentu saja tak sekadar hanya memenuhi kebutuhannya sehari-hari untuk tumbuh kembangnya, tetapi lebih dari itu. Pelukan dan kasih sayang yang besar adalah kebutuhan dasar yang harus senantiasa diterima oleh anak.
Alhamdulillah, saya diberi anugerah yang besar oleh Allah. Yaitu dengan diamanahinya saya 6 orang anak. Saya percaya, akan rejeki setiap anak pasti ada karena Allah lah yang telah mengatur rejeki setiap anak yang lahir ke dunia. Ohiya, seharusnya anak saya 7 orang, tetapi pada tahun 2003, anak ke-2 keguguran di usianya yang ke 10 minggu. Waktu itu saya sedang tinggal di Jepang. Setiap hari naik sepeda. Entah sebab sering naik sepeda atau hal lain, sebab tetangga saya sedang sakit chicken pox, tapi saya tak ingin menyalahkan siapa-siapa. Atau karena apa. Sudah menjadi suratan takdir, saya harus kehilangan calon anak kedua.
Dan, saya percaya, anak adalah rejeki yang besar dari Allah. Banyak yang menunggu kelahiran si Buah hati, hingga bertahun-tahun lamanya. Hingga kemudian lahirlah putra putri kesayangan yang menjadi quratta 'ayun. Membuat diri ini bersyukur dimudahkan dalam hamil dan melahirkan. Karena banyak yang mengalami kesulitan dalam masalah pembuahan dan akhirnya harus mengeluarkan dana yang banyak untuk mendekap buah hati kesayangan.
Saya sangat mengerti perasaan bunda-bunda yang belum dikarunia anak. Apalagi yang kemudian hamil dan keguguran. Sebab, saya pun pernah mengalami hal yang demikian. Rasanya ada yang hilang dalam raga begitu mengetahui sang buah hati tidak lama berada dalam rahim. Perasaan was-was tak bisa mengandung lagi, pernah saya rasakan saat itu. Alhamdulillah hal itu tidak lama. Dan alhamdulillah, dari pelajaran keguguran itu, saya mengambil hikmah, menjaga kehamilan dengan sebaik-baiknya. Dan merawat buah hati dengan penuh sayang saat anak-anak lahir ke dunia.
Sebab ... ditinggalkan oleh kesayangan itu sungguh beban yang berat bagi saya. Saya pernah merasakan pernah hampir ditinggalkan oleh anak ketiga saya. Jujur, saya trauma sekali. Saya ketakutan selama lima tahun usianya. Setiap kali dia demam, saya panik sekali. Takut, kejadian saat dia bayi terulang kembali.
Jadi ceritanya begini, waktu itu tahun 2007. Anak saya baru tiga orang. Yang sulung usia 5 tahun, yang nomor dua, 3 tahun dan yang ketiga baru 13 bulan. Saat itu saya hamil anak ke-empat. Baru jalan dua bulan.
Waktu itu, saya dan anak anak baru bertemu lagi dengan abinya anak-anak. Beliau tugas ke Gorontalo. Pagi itu, kami tertawa melihat kelucuan si Abang (anak ketiga) yang baru bisa berjalan. Jalan selangkah demi selangkah di tempat tidur. Setiap kali jatuh, dia bangun lagi, terus saja demikian. Eh, pada kali ke empat dia berjalan, badan kecilnya tersungkur ke kasur dan seperti kejang begitu.
Saya segera menghampirinya dan mendapatkan dia sedang kejang (stip). Badannya tergoncang. Matanya terbuka sedikit dan meninggalkan putihnya saja. Bibirnya membiru. Dia seperti hendak menggigit. Gegas saya lepas bajunya dan melepas diapernya dan memiringkan tubuhnya. Tak lupa saya buntal jari telunjuk dengan jilbab dan memasukan ke dalam mulutnya yang mulai merapat. Gigi kecilnya menggigit telunjuk. Saya menangis. Bukan karena sakit digigit. Tapi menangis karena takut terjadi apa-apa dengan si kecil.
Detik seakan melambat, akhirnya tubuh kecil itu lunglai. Segera saya dekap dan bawa keluar. saya panggil suami, dia sedang di kamar mandi. Beruntung, adik ipar sedang memanaskan mobil. kami pun segera meluncur ke rumah sakit.
Di jalan menuju rumah sakit, air mata saya terus menderas. Saya pandangi bayi kecil itu. Begitu mudah keadaan dalam keadaan bahagia kemudian berganti duka. Saya takut sekali kehilangan anak saya. Mana dia anak lelaki satu-satunya lagi. Kami beri nama Syauqi, sebab, dia adalah anak yang kami rindukan. Anak yang menjadi harapan ayahnya, seorang anak lelaki yang sehat, kuat, pintar dan sholih. Waktu rasanya ingin saya dorong kembali ke belakang, sehingga saya tahu anak saya sedang demam dan saya menanganinya segera. Memberinya obat penurun panas dan dia terhindar dari kejang demam panas. Tapi itu kan tidak mungkinnn ....
Ya Allah, saya terus saja berdoa memohon agar saya diberi kesempatan untuk mengasuhnya hingga dewasa kelak. Menatap wajah kecil yang sedang terkulai lemas dengan bibir membiru itu rasanya saya ingin berteriak. Menangis sambil berguling-gulingan atau berlari-lari model film India. Agar saya puassss .. puas meneriakkan kegalauan saya.
Di tengah panik, alhamdulillah saya masih terjaga kewarasannya. Pagi itu saya bawa si abang ke rumah sakit memakai daster dan jilbab kaos untuk di rumah. Lupa tak memakai kaos kaki tapi masih ingat memakai sandal. eh, lupa bawa dompet juga sih hehe tapi alhamdulillah RS itu baikk banget dan responsif. Saya sangat berhutang budi sekali kepada para perawat yang menangani anak saya. Semoga mereka mendapat balasan terbaik untuk amal perbuatan mereka. aamiinn ...
Sampai di RS, anak saya langsung ditangani para perawat dan dokter jaga. Ternyata dia demam tinggi. 41 derajat selsius. Padahal badannya dingin. Ternyata di dalamnya panas. Ya Allah, kenapa saya tidak bisa melihat tanda-tanda si abang sedang sakit demam? Kenapa?
Sebelum stip/kejang itu, si abang ceria sekali. Tidak ada tanda-tanda dia sakit atau pun demam yang membuatnya rewel. Anak itu kuat. Tapi kekuatannya tidak bisa mencegah dia dari kejang karena demam.
Entah si abang diapakan lagi, yang saya tahu, dia langsung diinfus dan dibawa ke ruang perawatan. Katanya mau diobservasi. Alhamdulillah selama 3 hari di opname di RS, tidak ada penyakit berbahaya yang diidap si abang. Alhamdulillah.
Selama di RS, si abang tidak minum obat sama sekali, karena dia selalu memuntahkan obat yang saya beri. Akhirnya saya booster ASI saja. Saya sudah tidak memikirkan janin yang ada di dalam rahim saya. SAya sudah pasrah. Saya serahkan semua kepada Allah. Saya yakin, janin di dalam tubuh saya Allah yang menjamin semua kebutuhannya. Dan tugas saya memberikan yang terbaik kepada anak yang sudah lahir ke dunia.
Saya pasrah. Akhirnya yang tadinya saya mau menyapih si abang lebih cepat, dibatalkan. Saya sudah memutuskan untuk tandem nursing saja. Si abang dapet ASI, adek bayi tetap terjaga. Alhamdulillah setelah konsultasi dokter juga tidak apa. Dan janin pun berkembang dengan baik. Cerita lengkapnya bisa dibaca cerita saya tentang tandem nursing di sini: Tandem Nursing
Kembali kepada demam pada anak, ternyata kasus si abang itu kasus yang sering terjadi kepada anak usia di bawah 5 tahun. Kejang tanpa peningkatan suhu tubuh. Kejang yang timbul tanpa disertai demam. Ah entahlah, suhu tubuh di luar dingin, tapi di dalam panas. Jadinya panas dalam, dong!
Penyebabnya macam-macam. Bisa karena pendarahan pada otak, trauma pada otak anak, peradangan otak, epilepsi atau kekurangan kalium.
Ketika si abang dirawat di rumah sakit, dia diobservasi, di rontgen dan dicek darah, tidak terindikasi segala macam penyakit berbahaya. Saya kira mungkin dia kekurangan kalium.
Jadi, beberapa waktu sebelum dia kejang, saya beri dia minum susu dengan protein soya. Bukan susu yang direkomendasikan oleh dokter, tetapi ada teman saya yang memberikan rekomendasi. Katanya bisa untuk bayi dan orang dewasa. Nah, inilah mungkin penyebabnya. wallahu'alam saya juga tidak begitu paham. kemungkinan kejang turunan dari ayahnya juga bisa jadi itu juga menjadi salah satu penyebabnya.
By the way, alhamdulillah, si abang sampai hari ini sehat wal afiat. Allah menjawab doa saya selama merawatnya di RS. Si abang esok harinya ceria seperti tidak terjadi apa-apa. Sehat saja gitu lho. Tapi dokter tetap keukeuh ingin memeriksanya sampai tuntas, agar tidak kejadian lagi kejang di rumah katanya.
Ketika pulang ke rumah, saya dinasehatkan, jika si abang demam, segera diberi penurun panas jika suhu mencapai 38 derajat.
Dan memang, selama 5 tahun saya selalu ngeri melihat si abang mulai demam. Badannya suka menggigil dan mengigau. Kadang juga sampai mimisan. Semalaman saya tidak bisa tidur kalau si abang demam. Kadang ingin berteriak, ya Allah biarlah saya yang demam, jangan anak saya. Alhamdulillah selepas usia 5 tahun, si abang sudah bisa mengendalikan demamnya. Dia bisa mengontrol dirinya ketika demam. Meski demikian tetap saya pantau. Lesu sedikit saya usap keningnya. Kuatir demam yang harus segera ditangani.
Biasanya ketika dia demam, saya usap-usap sekujur tubuhnya dari kepala hingga kaki dan dioles minyak zaitun. Saya pijat lembut badannya yang sedang demam dan berbicara dengannya. Tak lupa memberikannya obat penurun panas. Alhamdulillah saya selalu sedia Tempra. Sehingga ketika si abang demam, langsung saya minumkan dia Tempra.
Sekarang saya juga tetap sedia Tempra di rumah. Apalagi sekarang ada adiknya yang bungsu. Bayi itu rentan demam. Baik karena tertular batuk pilek atau demam sebab imunisasi. Alhamdulillah dengan sedia Tempra di rumah perasaan saya jadi nyaman. Jika anak anak saya ikhtiar dengan memberikannya obat dan hasilnya tawakal kepada Allah.
Menyediakan obat penurun panas Tempra di rumah menjadi bukti cinta saya kepada anak-anak. Tempra obat penurun demam yang membuat anak ceria kembali setelah demam yang menderanya.
Mam, dari pengalaman menangani anak yang kejang, alhamdulillah saya jadi tambah ilmu. Kebetulan waktu itu saya sedang rajin banget membaca buku Dokter di Rumah Kita, jadi bagus banget kalau ibu-ibu rempong seperti kita mengoleksi dan membacanya (membacanya yaa .. catettt.. jangan sekadar mengoleksi hehhe) buku-buku tentang penyakit yang biasa diderita anak dan penangannya. Ketika keadaan genting seperti kejang karena demam itu kita jadi gak panik dan tetap dalam keadan tenang (padahal saya juga gak tenang banget sih hehhe .. takuuttttt huhuhu
Jadi, apa sih yang menyebabkan anak kejang-kejang?
Pada anak-anak usia 1 tahun hingga 5 tahun, ada beberapa anak yang jika terserang demam dia akan mengalami kejang. Kejang-kejang akibat demam ini timbul akibat infeksi yang menaikan suhu tubuhnya. Walaupun membuat cemas, tapi kejang karena demam biasanya tidak berbahaya.
Ciri-ciri anak yang sedang kejang akibat demam panas dari referensi yang saya baca adalah:
1. Lengan dan atau kakinya menyentak-nyentak
2. Llidahnya tergigit
Apa yang harus dilakukan apabila buah hati kita terkena kejang panas?
Saya bagikan ya, cara saya menangani anak yang kejang dengan tambahan dari buku yang saya baca (Dokter di Rumah Kita):
1. Usahakan menahan si kecil ketika dia jatuh. (beruntung si abang jatuhnya di kasur, ditempat yang lunak).
2. Jika sedang bermain, jauhkan semua benda dari dekatnya.
3. Baringkan tubuh si kecil. Kendurkan pakaiannya, baju, celana dan diapers. Baringkan dengan posisi miring.
4. Jangan masukan benda apapun (waktu itu saya masukan jari saya, sebab takut dia menggigit lidahnya) SOPnya sih begitu, gak boleh masukan benda apapun juga.
5. Setelah kejang mereda, atur tubuhnya ke posisi pemulihan. Yaitu, berbaring dengan agak telungkup. Tangan kanan menopang kepala.tangan kiri terbuka. kaki kiri diluruskan dan kaki kanan menekuk.
posisi pemulihan |
6. Dampingi si kecil sampai dia rileks.
7. Jika kejang parah, yaitu tidak sadar lebih dari 10 menit, atau kejang lebih dari 5 menit atau kejang yang berulang, segeralah cari bantuan medis.
8. Sambil menunggu pertolongan tim medis, lakukan tindakan menurunkan demamnya. Berikan obat penurun panas yang mengandung parasetamol. Berikan sesuai dosis yang disarankan oleh dokter atau tercantum dalam kemasan.
Saya memilih Tempra Syrup sebagai obat penurun demam anak-anak saya. Karenaaaa ... Tempra itu aman dilambung, tidak perlu dikocok, larut 100% dan dosisnya tepat sehingga tidak akan menimbulkan over dosis.
Nah, Mam, untuk buah hati kita, tentu saja kita mencari solusi terbaik untuk masalah demam mereka, kan. Dan pilihan saya adalah Tempra.
Oke Mam, sampai jumpa lagi, semoga hari-hari Mam dan buah hatinya selalu ceria yaaa. Salam manis selalu ^_^
*Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh Blogger Perempuan Network dan Tempra.
Jadi inget dulu lagi menyusu tau2 Shidqi kejang-kejang dlm pelukan, salahnya waktu dia demam eh diurut, adem sebentar, sejam kemudian kejang 😭 untung gak lama, lgsg kami bawa ke RS. Terimakasih tipsnya
ReplyDeleteya Allah mbak, itu lagi dipeluk yaaa ... katanya anak lelaki lebih rentan kejang panas dibandingkan anak perempuan, tapi da ya, kalau sudah terjadinya mah bikin deg-degan, hati mencelos, rasa asa diremas-remas. Alhamdulillah ada limitnya ya, jadi kejang tak berkepanjangan
Deletenah, kejang inilah yang aku paling takutkan kalau anak demam
ReplyDeleteSamaa mbak Tira. Sampai sekarang saya masih traumaaa ..
Deletekalo tandem nursing berat ya, mbak. harus kuat jalani dua peran dan siapin asupan nutrisinya.:D
ReplyDeleteiya mbak, baper pas lagi hamil terus menyusui, suka inget sama yang diperut. alhamdulillah dede bayi lahir normal
DeleteYa Allah, jadi ini panas dalam. Ga kelihatan demam tapi di dalam tubuh udah 41 derajat? Tetanggaku pernah kejang. Aku ikut panik lihat bibirnya membiru. Langsung bawa ke RS. Ga ngerti langkah seperti ini.
ReplyDeleteiya mbak, gak nyangka banget kalau dia demam, sebab gak ada tandanya sama sekali. tiba tiba aja gitu, eh pas diukur suhunya udah tinggi banget. alhamdulillah masih tertolong..
DeleteMeski kejang udah reda, khawatir ada kejang susulan. Jadi tetap harus pemeriksaan keseluruhan.
ReplyDeleteSEmoga sehat selalu bunda dan keluarga :)
ReplyDeleteAduuuuh pasti ramai sekali ya rumahnya. Kuingin punya saudara banyak. Tapi apa daya ibu sudah tidak bisa hamil lagi :"" Alhamdulillah banyak saudara sepupu. Jadi tetap ramai kalau liburan
ReplyDeleteaku suka banget bobo dengan posisi pemulihan mba :-D
ReplyDeletebesok kalau punya anak, saya mungkin panik kalau anak sakit apalagi sampai kejang.. tapi gak perlu khawatirlagi ya karena ada tempra sebagai solusinya
ReplyDeleteDulu anak saya pernah kejang tiba-tiba. Ternyata karena saya minum obat flu, padahal sedang menyusui. Jadi ngaruh ke ASI yang diminum si kecil.
ReplyDeleteTerimakasih ya mbak buat tips-tipsnya. Jadi pembelajaran kalau nanti saya telah memiliki anak. Kasihan kalau misalnya liat anak demam atau panas, suka ga tega
ReplyDeleteSehat selalu ya
ReplyDeleteJadi keluarga yg ramai dan ceria
subhanallah...hebat mbak anaknya 6...aku aja yg 2 udah klepek2
ReplyDeleteSaya juga paling takut kalo anak udah mulai demam, takutnya dia jadi kejang, sebagai ibu memang kita harus ekstra membekali diri dengan ilmu dalam mengatasi ketika anak sakit. Untung mbaknya sigap saat si abang kejang dan memberikan pertolongan pertama. Keren mbak ga panikan dan masih bisa bertindak cepat.
ReplyDeleteSemoga mbak dan anak-anak sehat selalu ya :)
Subhanallah sudah dikaruniai putra-putri hingga 6, bunda 😍💖👸
ReplyDeleteSemoga sennatiasa sehat selalu, mereka 🙆😻🙏🙏🙏🙏
Berarti anaknya ada riwayat kejang demam ya mbak. Alhamdulillah gpp ya, soalnya kata DSA kejang demam emang sbnrnya gk bahaya cuma penanganannya kudu tepat. Semoga sehat2 sellau dan gak berulang lagi kejang demamnya, eh anaknya dah gede ya skrng :D
ReplyDeletePaling khwatir kalau anak lagi demam ya mbak, semoga tempra membantu kesehatan anaknya
ReplyDeletedi keluargaku gak ada riwayat kejang2 karena demam tapi tetep aja klo anak demam itu bisa bikin mataku tiap menit melek buat ngecekin demamnya udah turun ato belum
ReplyDeletesehat2 selalu untuk mbak sri dan anak2 yaa
MasyaAllah untuk ukuran zaman now punya anak 6 itu rezeki yang begitu besar ya Mbak ^^ semoga anak-anaknya sehat selalu ya Mbak... nah untuk obat saat demam, Tempra memang recomended banget, anak-anak pada suka karena rasanya buah ^^
ReplyDeleteCalon bapak tanggap mau numpang lewat baca artikelnya 😂😂
ReplyDeletekemarin pas GazaRo DPT 2 aku gak ada suami (lagi dinas). Trus puskesmas kehabisan obat aku suruh beli sendiri di luar. Malamnya demam tinggi, kata kakak ipar yang dokter kalau sudah 38,5 kasih paracetamol takut kejang. Huaaaa aku langsung buka aplikasi ojek online buat beli paracetamol.
ReplyDeleteMenghadapi kejang saat demam benar-benar bikin panik, bungung, tidak karuan. 😭 Tulisannya bermanfaat sekali. Terima kasih.
ReplyDeleteMenghadapi kejang saat demam benar-benar bikin panik, bungung, tidak karuan. 😭 Tulisannya bermanfaat sekali. Terima kasih.
ReplyDeleteilmu baru nih.. makasih tambahan ilmunya Mbak Sri..
ReplyDeletewah ternyata kejang juga bisa terjadi tanpa ada demam ya, mbak. noted banget nih
ReplyDelete