Anak adalah anugerah yang indah
titipan Allah SWT. Sebagai orang tua, tentu saja ada kewajiban kepada anak yang
harus ditunaikan sebagai pertanggungjawaban kita kepada Allah. Benda titipan,
tentu harus dijaga dengan sebaik-baiknya. Begitu juga dengan anak. Anak adalah
titipan yang paling berharga yang harus dijaga penuh amanah.
Alhamdulillah saya dikaruniai 6 orang
anak. Terkadang hal ini mengundang decak tak percaya dari orang-orang yang saya kenal atau tidak
kenal dalam sebuah kesempatan. Ada beberapa komentar teman-teman yang sungguh
membuat saya bersyukur, seperti misalnya;
Saya dan keluarga kecil saya |
“Wah, anaknya banyak, ya. Tapi awet muda!”
“Anaknya anteng-anteng ya.
Manis-manis enggak kayak anak saya. Anak dua aja rempong banget, ihh .. apalagi
anak banyak. Hebat mbak bisa punya anak banyak…”
“Hah .. anaknya enam? Saya satu aja
capek banget, Mbak!”
Yah … begitulah pandangan sekilas
teman-teman atau orang yang baru mengenal saya. Saya ucapkan, Alhamdulillah.
Kerempongan saya enggak kelihatan hehhee. Aslinya nih, Bun, saya juga ibu yang
normal yang setiap hari jungkir balik dalam mengasuh anak. Saya juga pernah
menangani anak yang tantrum sebab enggak mau diajak pergi, sementara ayah dan
bundanya harus pergi juga, waktu sudah mepet banget. Telat pokoknya mah.
Sementara si kecil masih nangis guling-guling sekitar satu jam. Suami sudah
tidak sabar. Mood kami diaduk-aduk. Kami diuji dengan hal seperti itu hampir
setiap kali akan pergi bersama-sama.
Ada juga anak yang di kendaraan
menjadi “trouble maker”. Tidak tenang dan tidak suka diusik. Ingin legaaaaa.
Sementara kendaraan kami waktu itu hanyalah sebuah mobil sedan yang cukup untuk
5 orang. Sementara yang naik 7 orang. Dua dewasa dan 5 orang anak. Ya Allah,
sungguh perjalanan santai yang diharapkan, alih-alih jadi tegang terus hahahaha
… Terutama kalau ayah sudah mulai marah, biasanya perasaan saya juga suka ikut
terbawa emosi. Antara anak enggak boleh dimarahin sama ayahnya, dan ingin marah
juga sama anak. Gimana coba itu, Bundaaa … jadinya baper deh!
Alhamdulillah, setelah melewati
fase-fase tersebut, anak-anak pun bisa menjadi anak yang manis, menjadi anak
yang anteng, penurut, gemar berbagi, santun, dan menjadi anak yang saling
sayang.
Ya .. semakin bertambah usia
anak-anak, mereka pun akan sampai pada fase dimana emosi mereka mudah diarahan.
Fase dimana mereka mulai mengenali diri mereka. Mulai dapat bekerjasama dengan
orang lain. Dan hal itu membutuhkan stimulasi dan bimbingan yang panjang dari
kami orang tuanya, terutama saya ibunya yang setiap hari di rumah bersama
mereka.
Proses mengawal emosi anak-anak tidak berhenti pada saat si anak sudah
mulai bisa dikontrol emosinya, tapi berlaku jangka panjang. Sebab anak-anak itu
memiliki karakter yang unik dan berbeda satu sama lain. Meski satu kandung, 6
orang anak saya tidak ada yang sama karakter dan kebiasaannya. Sehingga harus
senantiasa terus diperhatikan tingkah laku mereka, dengan cara mengenali mereka
dengan sebaik-baiknya.
Dan, Alhamdulillah, saya mendapatkan
tambahan ilmu parenting dari hasil belajar saya bersama Parenting Club. Pada
tanggal 14 September 2017 yang lalu, saya berkesempatan hadir dalam acara Smart
Parenting Workshop yang diselenggarakan oleh Parenting Club bekerjasama dengan
Clozette. Bertempat di sebuah restoran yang ramah anak, Harlequin Bisro, para
Smart Mom mengikuti Talkshow dengan tema “Kenali Perilaku Anak Di Usia Pra
Sekolah”.
Hadir dalam talkshow yang sarat ilmu
ini ibu DR. dr. Rini Sekartini. Seorang dokter pakar lulusan UI yang sangat
memperhatikan tumbuh kembang anak dan pediatri social. Selain dokter Rini,
hadir juga Bunda Ayudia, seorang public figure, artis juga, cucu dari pelawak
legendaris Bing Slamet dan ibunda daripada Dia Sekala Bumi. Mereka berdua
memaparkan bagaimana mengenali anak dari sisi keilmuwan dan dari pengalaman.
Alhamdulillah sungguh bagi saya, seperti mendapat durian runtuh mendapat ilmu
dari dokter Rini dan Bunda Ayu ini. Secara saya masih punya bayi usia 7 bulan
dan pasti tetap harus terus belajar.. belajar dan belajar ilmu parenting.
Saya dan Bunda Ayudia |
Suasana tempat belajar. Seru! |
Selain itu, hal yang sangat penting lagi adalah memberikan
asupan nutrisi yang baik untuk mengoptimalkan tumbuh kembang si kecil selama
1000 hari pertama kehidupannya. Penuhi kebutuhan dasar untuk tumbuh kembangnya.
Stimulasi dan beri nutrisi yang harus diberikan secara seimbang dan pantau
perkembangannya secara teratur setiap bulan.
Dalam sesi pertama ini, Bunda Ayu
sharing tentang pengalamannya menstimulasi tiga kepintaran (akal, fisik dan social)
kepada putranya, Sekala.
Sesi kedua DR. dr Rini memaparkan
tentang Pentingnya Mengenali Perilaku Anak Usia Pra-Sekolah. Hal ini untuk
memudahkan orang tua mengendalikan emosi anak.
Perilaku anak menurut orang tua
adalah salah satu aspek kemampuan anak yang paling didambakan orang tua . Orang
tua mengartikan perilaku dalam bentuk yang beragam dan bermacam-macam.
Sementara menurut para ahli, bahwa
semakin komplek sirkuit otak, semakin besar pula kapasitas belajar berbagai
respon baru, semakin berkembang perilaku anak.
Perilaku merupakan suatu produk dari hasil kerja dan aktivitas otak.
Rentang usia pra-sekolah berkisar
usia 3 tahun hingga 6 tahun. Pada usia ini ada beberapa hal yang menjadi tanda
bahaya dan perlu penanganan ahli jika terjadi kepada si kecil.
11. Tanda Bahaya pada Akal, jika si
kecil;
- Belum bisa memegang pensil dengan ibu jari dan jari telunjuk
- Sangat kesulitan untuk coret-coret
- Belum bisa membuat kalimat dari tiga kata
- Belum bisa meniru gambar lingkaran
- Sangat mudah distraksi dan tidak dapat konsentrasi pada sebuah aktivitas dalam waktu lebih dari 5 menit
- Tidak dapat menceritakan tentang aktivitas sehari-hari
2.Tanda Bahaya pada Fisik, jika si
kecil;
- Seringkali jatuh dan kesulitan naik tangga
- Meneteskan air liur terus menerus
- Belum bisa melempar bola ke atas kepala
- Belum dapat melompat di tempat
- Menunjukan kepasifan fisik yang tidak wajar
3. Tanda Bahaya pada segi Sosialnya,
jika si kecil;
- Sangat tidak mempunyai ketertarikan bermain dengan anak yang lain
- Sangat tidak tertarik permainan interaktif
- Tidak menampakan kesukaan terlibat dalam permainan “pura-pura”
- Seringkali meronta-ronta tanpa control bila marah dan kesal
- Sangat penakut dan pemalu
- Sangat agresif
- Nampak sangat tidak bahagia dan sedih sepanjang waktu
Dr Rini menyampaikan, jika terjadi
hal-hal tersebut di atas kepada si kecil, maka segera hubungi dokter anak untuk
mendapatkan penanganan serius. Jangan
lupa orang tua untuk terus memberikan stimulasi tiga hal tersebut di atas,
akal, fisik dan sosialnya sehingga bersinergi dengan baik ketiga kemampuan
tersebut sehingga tumbuh kembang si kecil menjadi optimal.
Dengan mengetahui tanda bahaya ketiga
hal penting dalam tumbuh kembang si kecil, maka ketika ada perilaku anak yang
aneh dan tidak dapat dikendalikan, orang tua akan dapat segera mengetahui terapi
apa yang cocok diberikan kepada si kecil atas rekomendasi dokter.
Alhamdulillah selama saya belajar,
Parenting Club id sudah mempersiapkan tempat bermain untuk anak-anak. Sehingga
ketika para mami belajar, anak pun belajar sambil bermain. Hadir juga menemani
anak-anak, Kak Budi, seorang pendongeng nasional yang mengajak anak-anak
bermain dengan ceria mendengarkan dongeng dari Kak Budi.
Foto bersama peserta dan narasumber |
Kak Budi berbatik oranye |
Ada playground di bagian belakang Bisro yang aman untuk anak. Sementara ayah bunda dating atau meeting dengan klien misalnya, sementara anak tidak bisa ditinggal, anak bisa diajak dan bermain di playground.
Playground yang ramah anak difoto dari ruanh shalat |
Ada mainan perosotan, mainan bola dan permainan yang lainnya. Selain itu di bagian atas playground juga ada musholla kecil terbuka yang wangi. InsyaAllah tetap khusyu beribadah meski bukan di rumah atau di masjid.
Post a Comment
Post a Comment
iframe komentar