Nah, demi menuntaskan rasa penasaran saya, akhirnya saya mengajak sulung saya yang kebetulan tidak bersekolah formal, untuk mengeksplorasi apa itu Perpustakaan Sampah.
Saya dan si kakak keluar dari rumah pukul 9.30 pagi. Dari rumah, kami naik angkutan umum (angkot) nomor 12, mobil hijau menuju PLN di daerah Merdeka. PLN ini kalau dari stasiun Bogor hanya berjalan sekitar 100 meteran saja. Di PLN kami ganti naik angkot nomor 02 (mobil hijau) jurusan Sukasari - Bubulak. Kami turun di pertigaan Batu Tulis. Di sana kami ganti lagi angkot nomor 04A biru. Sebenarnya bisa turun di Gang Aut, tapi saya lupa, jadi kami terus menuju Sukasari dan ternyata terjebak macet. Di gang Aut memang tidak macet tapi mungkin angkotnya ngetem untuk mencari penumpang.
Oiya, jangan lupa tanyakan apakah angkot melewati desa Nagrog sebab ada dua jurusan angkot di jalur itu. Jangan salah naik angkot ya :-)
Setelah harap harap cemas, sebab takut tersesat, akhirnya sampai juga ditujuan. Ternyata di angkot itu banyak temannya yang mau turun di Nagrog. Malah salah satu ibu yang sama sama menumpang angkot itu menyapa saya dan dengan sukarela mengantar saya ke Perpustakaan Sampah.
Kami turun tepat di depan gang tempat Perpustakaan Sampah itu berada. Dari mulut gang kita berjalan kaki ke dalam kurang lebih 100 Meter saja.
Jalanan kecil yang hanya cukup satu mobil itu lumayan asri dan bersih. Sampah-sampah dikumpulkan dalam wadah di pojokan dekat Masjid. Di sampingnya, entah mata air atau solokan yang ditampung sedemikian rupa. Hanya saja airnya tidak bening, keruh. Tapi lumayan untuk menyiram tanaman.
Berjalan menuju Perpustakaan Sampah, di sebelah kiri jalan kita disuguhi dengan tanaman yang ditanam dalam pipa-pipa yang ditata dengan rapi. Ada sayur kangkung tertanam di dalamnya.
Tanaman Kangkung dalam Pipa (dokpri) |
Di depan Perpustakaan Sampah ada pos ojek atau pos ronda yang terbuat dari botol-botol bekas air mineral. Sungguh menarik perhatian.
Pos ronda botol bekas (dokpri) |
Dan, sampailah saya di Perpustakaan Sampah. Sayangnya, saya datang tidak janjian dulu dengan Pak Elan, pemilik Perpustakaan Sampah ini. Jadi saya tidak bertemu dengan siapa-siapa di sana, kecuali seorang tetangga yang menerima saya dan menginformasikan tidak ada orang di rumah.
Tukar sampah jadi anggota perpus (dokpri) |
Saya sempat duduk di teras depan rumahnya yang asri. Perpustakaan itu terbuka dan tidak dijaga oleh siapa pun dengan buku-buku bacaan di rak yang terbuat dari bekas detergen cair atau pengharum pakaian.
Rak buku unik (dokpri) |
Uniknya, di Perpustakaan ini, anak-anak yang meminjam buku cukup membawa sampah non organik atau sampah plastik yang ada di rumah dan siap menikmati bacaan yang bisa dipinjam di sana. Ah, saya jadi mengerti mengapa perpustakaan ini dinamakan Perpustakaan Sampah. Keren ya idenya!
Oiya, sampah-sampah yang dibawa oleh anak-anak juga bisa ditukarkan dengan jajanan juga lho, Menarik ya! Jadi anak-anak dengan sadar tidak akan membuang sampah sembarang. Sebab sampah-sampah itu menjadi barang yang berharga.
Ingin jajan, cukup tukarkan sampah di rumah (dokpri) |
InsyaAllah saya ingin datang lagi ke sana untuk menyaksikan sendiri keceriaan anak-anak membaca buku di Perpustakaan Sampah ini. Ehmm ... mungkin bawa rombongan krucil juga agar mereka bisa belajar dari Perpustakaan Sampah.
Oiya, kemarin sengaja saya membawa beberapa eksemplar buku hasil karya saya yang ada di rumah untuk disimpan di Perpustakaan Sampah. Berharap semoga memberikan manfaat dan keceriaan untuk anak-anak di Desa Nagrog.
Buku-buku cerita anak hasil karyaku (dokpri) |
Nah, jika teman-teman ada yang ingin menyumbangkan buku-bukunya, baik baru maupun bekas bisa silakan datang atau kirimkan ke alamat Perpustakaan Sampah di bawah ini.
Kp. Nagrog RT.002 RW.012 Kelurahan Pamoyanan
Kecamatan Bogor Selatan, Bogor, Jawa Barat 16136 Telp: 0858-6030-7777
Hebat, sudah memulai manajemen sampah. Selama saya tinggal disini, saya belajar bahwa membuang sampah itu harus bersih, bukan sampah kotor. Semua-semuanya harus dicuci bersih baru bisa masuk tempat sampah sesuai dengan sifat dan tanggal pembuangannya. Awal sih bikin setress... tapi kalo liat bersih sih jadi seneng Mak....
ReplyDeleteMak Tinggal di Jepang ya? Di daerah mana? saya juga pernah tinggal di Jepang, tepatnya di Utsunomiya, Tochigi perfectur. Iya di sana sih sampah sampah harus bersih, buang baju juga harus disetrika dulu, dimasukan dalam wadah bersih dan disimpan di tempat sampah hari tertentu. kalau hujan harus dibawa lagi ke rumah hehhe
DeleteDulu saya suka mulungin sampah hihhi boneka dan tas-tas lucu :D
Pos rondanya unik bingits😉
ReplyDeleteHe em ... sebagai tanda juga ... di depannya adalah Perpustakaan Sampah hehhe Mudah mencarinya :-)
Deletewiiih keren bingit , kreatif banget
ReplyDeleteIya mbak .. kreatif ya :-)
DeletePengin main juga kesini
ReplyDeleteAyo mbak ... Aku jadi guidenya nanti hehehe
DeleteSudah dua puluh tahunan tinggal di Bogor, baru tau sekarang. Trmks mbak Sriwidiyastuti. Postingannya penuh manfaat.
ReplyDeleteWah mbak mutia tinggal di mana? Saya juga di bogor. Ketemuan yuk ;)
DeleteKembali kasih mbakkk :)
Dekat nih dari rumah, kapan-kapan ke sana ya mbak.
ReplyDeleteSalam,
Syanu
Silakan Syanu
DeleteIni klo yg lebih populer lagi ada istilah bank sampah. Mungkin bank sampah udh bayak dipake orang jd perpustakaan sampah ide yg bikin orang pengen datang
ReplyDeleteIya mak. Idenya keren menurutku.
DeleteSubhanallah, luar biasa bisa mengelola sampah dan mengajak anak embaca pula. Luar biasah
ReplyDeleteIya mbak. Salut sama pak elan.
Delete