Sebenarnya banyak hal yang ingin saya sampaikan dalam membuat
tulisan untuk event Lomba
blog #PameranBukuBdg2014. Tapi saya bingung, harus mulai dari mana. Jadi saya
cerita tentang pengalaman saya saja ya. Saat saya menerjemahkan sebuah buku dari
bahasa Malaysia ke dalam bahasa Indonesia.
Waktu
ditawari menerjemahkan buku tersebut, saya tidak tahu buku jenis apa yang akan
saya terjemahkan. Karena merasa tinggal di Malaysia dan merasa sudah cukup
memiliki bekal dalam hal bahasa, saya menyangggupi untuk menerjemahkan buku
tersebut. Dan ternyata buku yang akan diterjemahkan adalah buku tentang Motivasi Pemasaran Dalam Bisnis.
Ada dua buku yang harus diterjemahkan. Saya pun
memilih salah satu yang saya anggap tidak terlalu berat bahasanya.
Begitu mulai
menerjemahkan, dwe wenggg … saya langsung pusing. Ternyata banyak bahasa yang
tidak saya mengerti. Mau mundur, ini tantangan. Akhirnya saya maju terus
pantang mundur. Saya siapkan kamus Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia, Kamus Malaysia
Inggris. Kemudian untuk pengayaan, saya pun akhirnya
membaca tentang artikel-artikel marketing.
Tak terasa, saya
asyik membaca, membaca dan membaca. Kapan nerjemahinnya? Ya sambil jalan dong.
Dan apa yang terjadi? Saya mendapat banyak sekali pelajaran dari pengalaman pertama
menerjemahkan buku, mendapat masukan kosa kata bahasa Malaysia, Ilmu marketing
dan pengalaman baru sebagai penerjemah. Pokoknya saya senang banget. Angkat topi sama teman-teman yang sudah terlebih dahulu menjadi penerjemah, pasti kalian lebih banyak lagi dapat manfaatnya.
Ilmu
jendela dunia, that's right!
Ajaib! Selama menerjemahkan yang terjadi pada saya adalah keinginan untuk
menjadi writerpreneur dan entrepreneurpun semakin menjadi. Dengan bekalan
ilmu marketing yang saya pelajari diam-diam saat menerjermahkan buku tersebut, saya
akhirnya memiliki bekal bagaimana cara mendapatkan ide, menjual ide, mempromosikan buku saya kelak
dan lain-lain. Bahagia deh pokoknya.
Saking terinspirasinya sama buku itu, saya juga mencari penulisnya. Dan, ketemu! Kebetulan dia akan mengadakan pelatihan wirausaha di kota tempat tinggal saya, Johor. Saya pun mendaftarkan diri mengikuti kelas gratisnya. Saya pun tersenyum, inilah salah satu strategi untuk mengenalkan usaha kita, membuat seminar gratis. Ada tertulis dalam buku itu.
Gara-gara menerjemahkan buku, saya jadi membaca, punya keinginan untuk maju (jadi pengusaha tea :-)), ikut seminar gratis. Wow, banyak amat ya manfaatnya :-)
Kalau membaca banyak manfaatnya, mengapa minat membaca orang Indonesia dikabarkan masih rendah?
Oh.
Mungkin ini salah satu sebabnya.
"Apa Manfaat Membaca Bagimu?"
Manfaat membaca bagi masing-masing orang pasti berbeda.
Betul kan? Seperti yang saya sampaikan di atas, mungkin mereka belum merasakan manfaat dari membaca buku.
Begini.
Saat saya membaca buku-buku tentang bisnis, itu karena saya
kepayahan menerjemahkan istilah istilah dibidang marketing.
Begitu juga alasan membacanya Albert Einstein, alasannya karena fisika. Bagi Bill Gates karena beliau perakit komputer, dan bagi JK Rowling, membaca
membuai mimpinya menjadi seorang penulis cerita fantasi. Dan mungkin pembaca juga punya alasan lain mengapa membaca.
Dalam buku, Quatum Reader, sukses apapun, tak peduli kecil
atau besar, dimulai dengan membaca, menulis dan mengingat.
Yup, saya sepakat banget.
Setiap orang punya alasannya sendiri-sendiri untuk
mendongkrak minat membacanya. Terkadang bagi saya penulis pemula,seperti saya, membaca
adalah kebutuhan dasar untuk meningkatkan kualitas menulis. Menulis pun butuh
keterampilan, dan itu bisa diperoleh dengan cara membaca buah karya orang lain. Membaca pun akan membentuk karakter seseorang, tak hanya kecerdasan
inteletualnya saja tetapi juga kecerdasan emosi dan spiritualnya.
Jadi, mengapa minat membaca masyarakat Indonesia masih
rendah?
Sebetulnya mungkin, permasalahannya adalah pada tingkat
perekonomian masyarakat kita yang masih rendah. Pendapatan rakyat Indonesia
yang belum merata. Miskin dan kaya itu nampak sangat jelas. Untuk rakyat miskin,
buku belum menjadi kebutuhan primer dan mendesak. Saat ini yang mereka lebih
butuhkan adalah makanan dan (mungkin) pendidikan.
Nah, sekarang harapan kita kepada masyarakat kelas menengah ke atas.
Apakah minat membaca mereka juga rendah? Jawaban dari pertanyaan ini
mungkin membutuhkan penelitian lebih mendalam, sehingga bisa lebih adil dalam menilai.
Karena pada kenyataannya, tidak dapat dipungkiri, saat ini ilmu dan teknologi sudah
bukan barang mahal lagi di Indonesia. Facebook dan twitter sudah bisa dinikmati
oleh setiap orang yang memiliki telepon genggam yang bisa akses internet. Masa sih membeli perangkat canggih itu saja bisa terbeli, kenapa untuk membeli buku tidak direncanakan keuangannya setiap bulan?
Ada selorohan dari teman, katanya, ada tetangganya, rumahnya
terpencil hampir reyot, tapi di depan rumahnya ada parabolanya. Fenomena seperti
ini banyak di pelosok pedesaan, karena mereka butuh hiburan dari kotak hitam.
Begitu anak-anak minta dibelikan buku, tidak ada uang. Miris.
Mungkin juga karena masyarakat belum menemukan manfaat dari membaca. Belum klik dengan budaya membaca, sehingga dianggapnya membaca hanya membuang waktu dan membeli buku membuang duit. cmiiw
Jadi, saat ini yang perlu diperbaiki adalah mindset.
Mungkin juga karena masyarakat belum menemukan manfaat dari membaca. Belum klik dengan budaya membaca, sehingga dianggapnya membaca hanya membuang waktu dan membeli buku membuang duit. cmiiw
Jadi, saat ini yang perlu diperbaiki adalah mindset.
Tentang minat membaca masyarakat kita yang memprihatinkan
ini terangkum dalam hasil temuan United Nations Development Programme
(UNDP) bahwa Indonesia menempati peringkat ke 96 dalam minat membaca. Dan untuk
Asia Tenggara, hanya ada dua negara dengan peringkat di bawah Indonesia, yakni
Kamboja dan Laos, masing-masing berada di urutan angka seratus.
Jadi, melihat fenomena di atas, apa peranan Pameran buku, IKAPI dan PENERBIT dalam
mencerdaskan masyarakat?
Sebentar lagi pameran buku akan digelar di Bandung pada tanggal 29 Agustus - 4 september mendatang. Pameran buku yang digawangi oleh IKAPI dan Penerbit ini saya mendukung sekali diadakan setiap tahun
dan diadakan di beberapa kota.
Ini bisa menjadi salah satu event yang bisa
membumikan minat membaca buku sehingga masyarakat yang kurang minat membaca
merasa "enggak keren" atau ketinggalan zaman jika tidak membaca buku.
IKAPI sebagai
satu-satunya lembaga penerbitan buku di Indonesia konsen kepada industry kreatif
penerbitan buku. Dengan segala upaya IKAPI ingin membangkitkan citra bangsa
lewat karya kreatif buku dan aktif menfasilitasi penerbit mengikuti berbagai
event pameran buku baik di luar dan dalam negeri. Saya salut dengan perjuangan
IKAPI yang telah berumur 64 tahun , meski mungkin sudah lelah dengan masalah
angka melek baca yang tetap rendah dari tahun ke tahun, tetapi terus berjuang
untuk memajukan dunia perbukuan untuk mewujudkan pilar kemajuan bangsa.
Visinya untuk Buku Masa Depan dan Masa Depan Buku, membuat saya tersenyum, masih ada harapan. Dunia terus berputar, peradaban manusia akan terus berjalan. Seiring dengan waktu, insyaAllah apa yang dicita-citakan kita semua, masyarakat Indonesia cerdas dan bermartabat akan terwujud.
Mungkin ini sedikit saran dari saya, yang bisa dilakukan
bersama-sama selama pameran buku, antara IKAPI, Penerbit dan Masyarakat adalah
:
1. Perlu adanya gerakan atau aksi dari pecinta literature, nama gerakannya "Membaca buku di mana pun dan kapan pun".
1. Perlu adanya gerakan atau aksi dari pecinta literature, nama gerakannya "Membaca buku di mana pun dan kapan pun".
Seperti masyarakat Jepang, mereka tidak
malu di kereta api, di jalan sambil menunggu bis, di taman dan di kafe-kafe membaca buku. Bukunya juga
rapi-rapi, tidak ada lipatan. Ketika mereka membuang buku pun masih seperti
baru. (pengalaman saat di Jepang, jadi pemulung buku dan langganan beli buku di flea market )
2. Mungkin ini juga bisa menjadi salah satu alternative kegiatan
dalam pameran buku, selama seminggu serentak diadakan gerakan sehari bersama buku. Menyayangi buku dan
menghadiahkan buku kepada orang yang tidak mampu. Gerakan ini akan sangat
bermanfaat sekali dalam mendorong minat membaca masyarakat yang kurang mampu.
Istilahnya, One Man One Book.
Istilahnya, One Man One Book.
3. Membuat pekan edukasi kepada masyarakat. Berisi
penyadaran pada masyarakat arti pentingnya membaca.
4. Membuat jargon cinta membaca dengan kata-kata yang indah
dan memotivasi masyarakat untuk senantiasa cinta buku dan cinta membaca.
Misalnya: Allah perintahkan Rasulullah, “IQRA!” Yuk kita membaca.
Pameran buku akan memberikan manfaat lebih banyak jika diisi tak hanya memamerkan buku-buku yang ada, menjualnya dengan harga diskon, tetapi juga ada kegiatan aksi nyata yang dilakukan bersama-sama untuk mencintai buku, mencintai baca, dan berbagi buku kepada anak-anak atau keluarga tidak mampu. Semoga pameran buku akan benar-benar menjadi salah satu upaya dalam meningkatkan kecerdasan masyarakat.
*Tulisan ini saya ikutkan dalam lomba blog #PameranBukuBdg2014
Referensi:
Apa & Bagaimana Menerbitkan buku, Bambang Trim , IKAPI, 2012
Quantum Reader, Bobbi DePorter, 2010, Kaifa
apa manfaat membaca bagimu? siapa yg bisa jawab, pasti cinta sama buku^^
ReplyDeleteYuuuppp ... pameran buku emang jadi magnet, ya. Pameran yang digawangi IKAPI ini contohnya.
Good luck!
Iya mbak, karena CINTA. Titik, enggak pake koma hehhe
DeleteMakasih sudah berkunjung mbak Arga Lita :-)
waah kereen pisan tulisannya...manfaat banget deh
ReplyDeletemakasih bunda Ida sudah mampir, ternyata aku salah baca tema hihihi ... ah sudahlah :-) ini mah ikut memeriahkan aja kok :-)
Deletebiarpun salah tema yg penting menang! *eh
ReplyDelete