Allah SWT berfirman,”Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (atau fitnah bagimu). Disisi Allah-lah pahala yang besar” (QS At Taghabun (64) 15)
Belum lama ini saya sempat berkunjung ke sebuah SDIT di Bogor, bersilaturahim dengan salah satu teman yang menjadi ibu guru di sekolah itu. Ketika sedang menunggu di kantin depan lapangan, saya melihat 3 orang anak sedang bermain di lapangan 2 anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Tidak begitu lama kudengar salah seorang anak laki-laki itu berteriak kepada temannya dengan tampang marah sambil menyebut salah satu nama binatang haram.
“#%&#&&, lu” hardik seorang anak laki-laki kepada temannya yang lain.
“eh..tidak boleh berbicara begitu, marah boleh tapi jangan ngataian #%&#&& dong” nasihat seorang teman yang perempuan. Yang disebut nama binatang itu kelihatan kesal juga, tidak begitu pasti mengapa anak itu marah dengan mengatai temannya seperti itu...Astagfirullah al adzhim gumamku dalam hati........
Tidak lama temanku pun muncul dan kami pun asyik dengan apa yang kami bicarakan, pertemuan bisnis ibu-ibu..tidak jauh dari buku-buku bacaan anak-anak. Pertemuan pun selesai dan kami berpisah.
Di depan masjid kulihat ribut-ribut kecil 2 anak lelaki yang sedang siap adu jotos, yang satu agresif sekali memasang badan ke badan temannya. Sekali lagi akupun beristigfar melihat pemandangan seperti itu....anakku ada apa dengan mu...?
Sepanjang perjalanan pulang kerumah, hatiku sibuk berbicara sendiri tentang tingkah laku anak-anak yang sempat terekam mata saya saat itu, apa yang terjadi dengan anak-anak itu.Tingkah yang menyebalkan, bahasa yang buruk, akhlak yang tidak mulia yang mereka pertontonkan kepada temannya boleh jadi itu adalah cara protes mereka kepada lingkungannya. Mungkin saja ketika di rumah anak dijejali dengan target-target dari orangtua yang harus dikejar, atau diperlakukan tidak semestinya, dihukum dengan cara yang tidak tepat atau yang lainnya. Karena tidak ada sekolah untuk menjadi orangtua bukan??? Maaf bukan ingin menyalahkan orangtua....karena bagi saya lingkungan yang terdekat dengan anak adalah orangtuanya.
Kemudian tanpa sadar saya menyimpulkan dalam benak saya ternyata sekolah di SDIT tidak menjamin anak-anak kita memiliki akhlak yang mulia jika saja lingkungan terdekatnya tidak mendukung mereka ketika dirumah. Berarti ini menunjukan bahwa betapa pentingnya pendidikan di rumah. Apapun kondisinya, baik itu kedua orangtua bekerja, maupun orangtua yang ibunya dirumah.
Dari referensi yang saya baca, sebetulnya ada beberapa alasan utama betapa pentingnya pendidikan di rumah. Yaitu kondisi lingkungan anak, Kondisi pendidikan anak kita, pendidikan menurut Islam, Potensi dan perkembangan kecerdasan anak dan minat baca anak. Contohnya dengan berkembangnya teknologi informasi dalam bentuk apapun, selain membawa dampak positif juga membawa dampak negatif. Maka peran orangtua dibutuhkan untuk membekali anak-anak kita dengan informasi yang benar dan mendasar, baik itu hal yang berkenaan dengan IPTEK maupun agama. Pertanyaannya apa saja yang sudah kita lakukan untuk membekali anak-anak kita untuk berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya???
Dan alasan yang paling penting, mengapa anak kita belajar di sekolah saja tidak cukup adalah:
Pertama sistim pendidikan di sekolah kita masih berlandaskan konsep materialisme barat (Divisionistik, parsial, IPTEK dikuasai hanya untuk menguasai dan mengeksplorasi sumber daya alam) hal ini bertolak belakang dengan tujuan pendidikan sejati seperti yang dituntunkan dalam sistem pendidikan Islam (Integral, Holistik, IPTEK dikuasai untuk memelihara alam dan mengenal Allah).
Kedua, di sekolah pencapaian anak diukur dengan angka-angka. Karena boleh jadi angka-angka itu belum mencerminkan pencapaian kecerdasan anak sesungguhnya.
Ketiga, di sekolah seorang guru harus mengayomi sekian banyak murid. Sehingga pendidikan yang diterapkan hanya semacam transfer ilmu saja tidak banyak memperhatikan keragaman individu setiap murid, sehingga potensi murid ada yang terabaikan, tidak terbangkitkan atau malah akan terbungkam.
Anak adalah amanah/titipan Allah, salah satu cara mensyukurinya adalah kita sebagai orangtua bersungguh-sungguh mendidiknya dengan baik agar menjadi generasi yang berkualitas. Rasulullah saw mengingatkan kita dengan sabdanya, “Jika amanah itu disia-siakan, tunggulah saat kehancurannya” (HR. Bukhori). “Didiklah anakmu dan baguskan akhlaknya”. (HR. Ibnu Majah).
Bogor, 25 Nov 2009
Catatan seorang hamba Allah yang sedang belajar menjadi ibu yang baik
*Selamat hari Guru"
Post a Comment
Post a Comment
iframe komentar