Rating: | ★★★★ |
Category: | Other |
Jika Anda ragu mana gangguan “normal” dan abnormal pada bayi, jangan ragu untuk berkonsultasi ke dokter.
Orang tua mana yang tak cemas jika bayinya sakit? Apalagi kalau hasil pemeriksaan dokter sudah mengarah ke salah satu jenis penyakit yang akhirnya mengharuskan si kecil menjalani rawat inap. Wah, bisa ketar-ketir perasaan kita. Di sisi lain, adakalanya apa yang kita sebut-sebut sebagai penyakit, sebenarnya bukanlah penyakit. Gangguan yang dialami si kecil kadang tidak sampai harus dikhawatirkan karena toh biasanya ada yang hilang dengan sendirinya tanpa perlu diobati. Kalau begitu, bagaimana cara membedakan antara penyakit yang sebenarnya dengan gangguan kesehatan yang sebe-lumnya kita anggap penyakit? Bukankah seringkali gejala yang muncul itu serupa. Nah, untuk lebih jelasnya, berikut pembahasan secara lengkap seputar gang-guan “normal” dan abnormal yang dapat dijumpai pada bayi dan penting diketahui orang tua.
BISUL DI SELURUH TUBUH
* Normal:
Sekitar 50 persen bayi yang lahir cukup bulan sering mengalami bisul-bisul kecil atau jerawat yang dikelilingi oleh warna kulit yang kemerahan. Gangguan ini bisa timbul di seluruh tubuh bayi, entah itu di wajah, badan, punggung, tangan, kaki, dan tempat-tempat lainnya. Kalangan awam menyebut kondisi seperti ini dengan sebutan sarap.
Puncak terjadinya bisul-bisul ini umumnya saat bayi berusia dua hari dan biasanya dialami selama kurang lebih dua minggu. Akibat adanya bisul-bisul ini, orang tua enggan memandikan bayinya karena takut kondisinya akan memburuk. Padahal dengan begitu, justru bisa mengundang infeksi kulit karena kulit si kecil berdaki atau kotor akibat tidak dimandikan. Jadi solusinya sederhana saja, tetap mandikan bayi seperti biasa.
Sayang, penyebabnya belum diketahui secara pasti. Walaupun demikian, tak usah terlalu khawatir karena gangguan yang dalam bahasa kerennya Erythema Toxicum ini akan hilang dengan sendirinya tanpa perlu diobati.
* Abnormal:
Lalu apa bedanya dengan bisul-bisul karena penyakit kulit? Erythema Toxicum biasanya merupakan suatu gangguan pada kulit bayi yang berdiri sendiri. Artinya, tidak ada gejala lain selain dari gejala yang sudah diterangkan sebelumnya.
Bila orang tua menemukan bisul-bisul disertai dengan adanya demam, gatal, bernanah dan lain sebagainya, si kecil mungkin mengalami penyakit kulit. Bisa saja penyakit kulit tersebut berupa infeksi, jamur atau bahkan alergi.
BERCAK MERAH DI WAJAH
* Normal :
Pada bayi sering juga ditemui kelainan kulit lainnya berupa bintik-bintik/bercak/noda merah di bagian wajah, terutama pipi. Terjadinya gangguan ini ada yang menghubungkannya dengan ASI yang meleleh keluar dari mulut ke pipi bayi saat menyusui. ASI diduga mengiritasi kulit di pipi bayi tersebut.
Selain gejala di atas, biasanya dapat juga disertai dengan gejala gatal, sering berulang, dan ada riwayat alergi dalam keluarga. Berbicara tentang alergi, dikatakan bahwa lebih dari 50 persen bayi yang mengalami kelainan kulit ini, yang bahasa medisnya Dermatitis Atopic, akan berkem-bang menjadi asma dan jenis alergi lainnya di kemudian hari.
Salah satu cara yang sederhana yang dapat dilakukan untuk menghindarinya adalah dengan membersihkan pipi si kecil dengan air hangat dan mengeringkannya secara lembut setiap kali setelah bayi diberi ASI.
* Abnormal:
Kulit bayi relatif tipis dengan ikatan antarsel yang longgar. Oleh karena itulah kulitnya menjadi lebih rentan terhadap infeksi, iritasi, dan alergi. Secara struktural pun kulit bayi belum berkembang dan berfungsi optimal.
Bila orang tua menemukan tanda-tanda infeksi atau lainnya pada kulit bayinya, segera berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
KUNING
* Normal:
Gejala kuning yang tampak pada kulit dan mata bayi biasanya terjadi karena meningkatnya kadar bilirubin indirek dalam darah. Banyak hal yang dapat menyebabkan kadar biliribun indirek ini meningkat. Pada bayi baru lahir, misalnya, kadar protein yang kurang, kerja hati yang belum optimal, kurang minum, dan lain-lain.
Kuning pada bayi dianggap masih normal bila timbulnya kurang lebih pada hari ketiga setelah lahir. Untuk menghindari atau mengurangi kuning yang terjadi, bayi dianjurkan untuk tetap diberi ASI dan dijemur di bawah sinar matahari pagi, sebelum jam 10 selama kurang lebih 10-15 menit.
Selain kuning akibat hal di atas, ada juga kuning pada bayi yang disebabkan justru karena ASI, yang disebut juga sebagai breastmilk jaundice. Kuning yang terjadi akibat ASI biasanya timbul pada saat bayi berusia 7 hari dan berkurang dengan sendirinya dalam waktu 2 hari setelah ASI dihentikan. Hal ini diduga karena ASI mengandung enzim glukoronidase.
* Abnormal :
Kuning pada bayi yang harus diwaspadai adalah kuning yang timbul dalam 24 jam pertama setelah bayi lahir. Kuning yang seperti ini disebut sebagai kuning yang patologis. Penyebabnya antara lain bisa karena ketidakcocokan antara golongan darah atau rhesus ibu dan bayi, kurangnya enzim glukosa 6 fosfat dehidrogenase, dan lain-lain. Kelainan-kelainan tersebut harus segera mendapat penanganan dokter di rumah sakit.
DIARE
* Normal:
Dalam 4 hari pertama, ASI banyak mengandung kolostrum yang sifatnya seperti pencahar. Akibatnya, jangan heran bila bayi-bayi yang mendapat ASI eksklusif sejak awal buang air besarnya sering, seolah-olah menderita diare. Ada yang baru selesai menyusui, langsung buang air besar.
Di dalam sebuah literatur bahkan dikatakan ada bayi yang buang air besar dalam 1 hari mencapai 20 kali, namun tetap normal. Orang tua yang tidak mengerti keadaan ini tentunya akan menganggap bayinya diare atau mencret.
Bagaimana membuktikan atau membedakan keadaan ini diare atau bukan? Bila di rumah punya timbangan bayi, timbang saja berat badan si bayi. Kalau berat badannya tak anjlok tetapi tetap naik, berarti bukan diare. Selain itu, perhatikan keadaan si kecil, bila tidak rewel, anteng-anteng saja, tidak gelisah, kemungkinan besar juga bukan diare.
Selain karena kolostrum, buang air besar yang sering pada bayi juga bisa terjadi akibat enzim pencernaan yang belum bekerja secara optimal. Salah satu enzim yang dapat menyebabkan keadaan ini adalah enzim laktase yang bertugas memecah laktosa menjadi gugus gula yang mudah diserap di usus.
* Abnormal:
Bayi yang mengalami diare biasanya terjadi karena kontaminasi kuman pada susu yang diminumnya. Bisa karena ibu tidak atau lupa mencuci tangan sebelum membuat susu, tidak merebus botol susu si bayi, dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan kebersihan.
Jika diare yang terjadi memang karena kuman, pada kotoran bayi biasanya akan dijumpai darah atau lendir. Selain itu, jika ditimbang, berat badan bayi akan terlihat merosot dibanding berat badannya sebelum mengalami diare.
Orang tua yang menjumpai gejala atau tanda-tanda tersebut pada bayinya, segera bawa ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
SEMBELIT
* Normal:
Hampir 100 persen ASI diserap oleh usus bayi sehingga tidak perlu heran bila ada bayi yang kadang dalam satu hari tidak buang air besar. Orang tua sering menganggap keadaan bayinya yang seperti ini sebagai sembelit. Pasalnya, kebanyakan orang tua masih menganggap bahwa bayi itu harus buang air besar setiap hari.
Saat buang air besar, bayi biasanya akan mengejan kuat dan mukanya kadang bisa berubah menjadi merah. Sekalipun kotoran yang dikeluarkannya normal atau dengan kata lain tidak keras. Kondisi seperti ini merupakan hal yang normal dijumpai pada bayi-bayi usia di bawah tiga bulan yang sehat. Orang tua tak perlu cemas melihat keadaan ini dan cepat-cepat menganggapnya sebagai sembelit.
Di dalam sebuah literatur bahkan dikatakan bahwa pada tahap ini justru orang tua sering bereksperimen dengan mencoba mengobati bayinya sendiri dengan memberikan obat-obatan yang melunakkan kotoran. Padahal itu sebenarnya tidak perlu, karena kotorannya memang tidak keras.
Untuk membedakan apakah normal atau tidak, lakukan perabaan pada perut bagian kiri. Jika tidak teraba adanya benjolan, berarti memang tidak ada yang harus dikeluarkan dari tubuh si bayi.
Sembelit yang "normal" ini juga tidak ada hubungannya dengan makanan yang dimakan ibu. Ada penelitian yang membuktikan bahwa sekalipun ibu makan banyak sayur-sayuran, tetap saja ada waktu-waktu tertentu dimana si bayi tidak buang air besar sama sekali dalam satu hari. Pada perabaan perut bagian kiri juga tidak dijumpai adanya benjolan yang biasanya merupakan kumpulan kotoran si bayi di dalam ususnya.
* Abnormal :
Sembelit yang harus diwaspadai adalah sembelit yang terjadi sejak bayi lahir, yang terjadi akibat tidak dijumpainya ganglion-ganglion saraf pada usus besar bayi. Akibatnya, kotoran bayi di dalam usus tidak bisa tersalurkan sampai ke anus dengan baik. Kotoran bayi akan berkumpul dan bertambah banyak secara kumulatif di dalam usus.
Bayi terlihat gelisah dan pada perabaan perut biasanya akan terasa adanya benjolan yang merupakan kumpulan dari kotoran bayi yang tidak bisa disalurkan, atau dengan kata lain mampet. Kelainan ini disebut sebagai penyakit Hirschprung atau Megacollon.
Bila orang tua menemukan keadaan ini, jangan berpikir panjang lagi, segera bawa ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Lagi pula sembelit yang terjadi karena kurang makan sayur atau buah-buahan biasanya terjadi pada anak dengan usia lebih besar, tidak pada bayi, apalagi bayi baru lahir.
PENTING DIPERHATIKAN
Ada beberapa hal lain yang patut diperhatikan orang tua, di antaranya adalah:
1. Jika orang tua ragu apakah gangguan yang dialami bayinya tergolong "normal" atau abnormal, konsultasikan segera ke dokter guna mendapatkan jawaban yang tepat untuk mengatasi keraguan tersebut.
2. Jangan mencoba untuk mengobati sendiri bila orang tua sendiri masih ragu terhadap gangguan yang dialami bayinya. Pemberian obat yang tidak sesuai indikasi justru akan menimbulkan masalah. (Hilman Hilmansyah
Konsultan Ahli: dr. Edi S. Tehuteru, Sp.A, MHA
Sumber : Milis Sehat
Post a Comment
Post a Comment
iframe komentar